Satu purnama sudah Hasea bersama dengan kelompok perampok Harinuan. Dari pengalaman selama berada rombongan Perampok tersebut, Hasea mamahami satu hal bahwa kelompok tersebut tidaklah terlalu buruk. Mereka lebih tepat dikatakan sebagai Pemberontak kerajaan dari pada Perampok.
Mereka tidak pernah setuju dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh kerajaan Partungko Naginjang. Kelompok Perampok Harinuan adalah orang-orang yang sudah muak dengan penindasan semena-mena yang justru dilakukan oleh kerajaan kepada Rakyatnya sendiri.Sasaran yang mereka rampok juga hanya dari kalangan Bangsawan kerajaan dan pedagang-pedangang licik yang berlindung dibalik kekuasaan kerajaan.
Hasil rampokan kelompok ini digunakan untuk membiayai perjuangan menggulingkan kekuasaan kerajaan. Setidaknya itulah impian mereka. Selain itu, hasil rampokan juga kerap mereka bagikan kepada masyarakat yang tertindas. Mungkin karena itulah Hasea dan rombongannya memilih untuk bertahan di kelompok Perampok Harinuan. Perkemahan yang ditempati Hasea saat ini adalah satu diantara beberapa perkemahan kelompok perampok Harinuan. Untuk menjalankan misi, memang kelompok ini berpindah-pindah tempat. Kecuali kelompok utama mereka. Perampok Harinuan bukan tanpa Sekte dengan tempat tinggal tetap. Sekte mereka berada tersembunyi di puncak gunung Pusuk Buhit.
Setiap orang memiliki andil dalam perkemahan kelompok Ini. Hasea bersama 2 orang pemuda yang kemudian diketahui olehnya adalah Abang beradik bernama Paraga dan Sotul. Abang beradik ini juga memilih menetap di kelompok Perampok Harinuan karena takut apabila kembali pada orang tuanya, Jarrat akan mengambil mereka lagi. Mereka bertiga bertugas di dapur, menyediakan makanan bagi kelompok maupun menyiapkan bekal kepada anggota kelompok yang akan menjalankan misi.
" Hasea, ketua memanggilmu..kau ikutlah denganku" Seorang perampok memanggil Hasea. Hasea mengikuti pria kurus ceking tersebut ke sebuah tenda yang paling besar diantara tenda yang lain.
" Hamba menghadap Ketua" Hormat Hasea setelah masuk ke dalam tenda dan menghadap seorang pria separuh baya. Janggut pria tersebut nyaris menutupi seluruh mukanya. Pria tersebut adalah Harimotting. "Oh, kau sudah tiba anak muda, satu purnama sudah kau berada di perkemahan ini. Kalau tidak salah umurmu juga sudah pantas untuk mengemban misi, pekerjaan dapur adalah urusan anak yang lebih muda" Harimotting menatap serius ke arah Hasea yang tampak kebingungan .
"Tapi ketua" belum selesai Hasea menuntaskan kalimatnya, Altong muncul dari balik tenda. "Apa kau hendak membantah Perintah ketua Atas?"
"Hamba tidak berani, hanya saja Hamba tidak memiliki bekal bela diri seperti anggota kelompok lain ketua muda" ucap Hasea sambil tertunduk. " Tidak usah munafik, apa kau pikir kami bodoh dengan membawamu begitu saja? kau akan lebih dulu dibekali ilmu bela diri. Lagi pula apa kau pikir aku tidak memperhatikanmu yang secara diam-diam belajar beladiri? dan sayangnya kau cukup berbakat, hanya saja kemunafikanmu menutupi bakatmu" Altong menatap Hasea sambil mengolok-olok nya.
" Anak muda, Ketua Altong sendiri yang meminta agar kau ikut dengannya di regu yang dipimpinnya. Kau mampu menguasai 2 jurus Sekte Harinuan dengan Belajar bela diri secara diam-diam hanya dengan memperhatikan orang lain berlatih, walaupun gerakanmu masih kasar dan beberapa gerakan yang salah namun tetap saja itu bakat yang tidak biasa" ucap Harimotting serius, membuat Hasea terdiam .
" Sudahlah, kau ikutlah denganku. Ketua tengah Borong untuk sementara akan manjadi Guru pembimbing mu. Dia pendekar yang Hebat" Ketua Altong mengajak Hasea menghadap Ketua Tengah Borong.
"Hormat kepada senior" salam Ketua Altong saat tiba di sebuah areal lengkap dengan peralatan latihan. Kini mereka ada di hadapan Ketua tengah Borong. " Ketua Muda Altong, jangan sungkan begitu. Oh jadi ini pemuda yang kau ceritakan?" Ketua tengah Altong menatap Hasea dari ujung kaki sampai ujung Rambut. " Hm.. struktur tulang yang bagus, kalau saja aku tidak mengenalmu, mungkin aku akan mengira kau pendekar hebat.Hahaha" Ketua Borong tertawa.
"Jadi, ceritakan padaku kenapa kau diam-diam belajar ilmu bela diri Sekte Harinuan? Padahal kau tinggal meminta saja untuk bergabung dengan pelatihan?" Ketua Borong menatap curiga pada Hasea. Memang selama beberapa hari terakhir secara diam-diam Hasea belajar bela diri setelah memperhatikan para anggota kelompok yang dipimpin Ketua Borong latihan. Hal itu dilakukannya saat pekerjaanya telah selesai. Yang membuat ketua Altong tertarik adalah dalam beberapa hari ternyata Hasea mampu menguasai beberapa jurus dasar walau masih sedikit kasar. Hal itu yang membuatnya tertarik untuk merekrutnya kedalam kelompoknya.
" Maafkan hamba telah lancang Ketua, hanya saja ada keraguan di dalam diri hamba. Satu sisi hamba tidak yakin apakah ilmu bela diri berguna untuk hamba, karena dari sepanjang perjalanan hidup hamba...hamba hanya melihat hal-hal buruk yang ditimbulkan bela diri" Hasea bersujud di depan Ketua Borong. Dia takut dikenai hukuman. " Namun di sisi lain, hamba melihat beberapa hal hanya dapat diselesaikan dengan bela diri. Itulah sebabnya hamba sedikit belajar bela diri secara diam-diam. Tapi sungguh, hamba melakukan itu setelah semua pekerjaan hamba selesai".
" Berdirialah, kau terlalu sungkan. Hal itu membuatku sedikit canggung" Ketua Borong menarik lengan Hasea untuk berdiri. " Katua Altong, aku bersedia melatihnya, serahkan ini kepadaku" ucap ketua Borong kepada Ketua Altong. " Baiklah senior, terima kasih atas bantuannya" Ketua Altong meninggalkan kedua orang itu.
" Sebelum aku mengajarkan bela diri kepadamu, aku ingin menyampaikan beberapa hal" Ketua Borong mengajak Hasea berkeliling. "Perlu kau ketahui, sekte ini adalah sekte yang menjadi musuh kerajaan. Kau tidak harus bertahan di sekte ini, hanya saja seseorang yang telah menguasai bahkan hanya beberapa jurus dari sekte kami dan mendapatkan ilmu bela diri itu langsung dari sekte telah kami anggap saudara" Ketua Borong menatap tajam pada Hasea. "Aku dapat melihat kesedihan yang mendalam di matamu, tapi aku tidak akan bertanya tentang itu biar itu menjadi ceritamu sendiri. Hanya saja jangan sampai kau gunakan Ilmu bela diri saat amarah menguasaimu, jangan pula bertujuan untuk membalaskan dendam . Hal itu hanya akan mengakibatkan hal-hal buruk lainnya. Kalaupun kau harus meluapkan amarah atau dendam, lampiaskan itu kepada Kerajaan Partungko Naginjang" Ketua Borong berhenti sejenak. Dia kembali menatap Hasea.
"Mungkin usia mu masih muda, mungkin kau belum mengetahui semua ini. Tapi pahamilah, Raja dan orang-orangnya sungguh adalah orang yang keji. Mereka menggunakan kekuasaan untuk hal-hal buruk. Mereka tidak pernah menganggap warga nya. Mereka hanya memanfaatkan nya sebagai sapi perah" ucapan Ketua Borong itu membuat Hasea berfikir. Kalau dipikir-pikir, kejadian buruk yang dia dan neneknya alami selama ini memang dimulai saat pihak kerajaan memporak-porandakan Desa mereka. Sejenak tangannya mengepalkan tinju. Rahangnya mengeras .
"Semakin tinggi nantinya ilmu bela diri yang kau kuasai, ku harap kau semakin menjadi orang yang dewasa dan bertanggung jawab dalam menggunakan ilmu bela diri tersebut" Mereka berhenti di tenda gudang peralatan bertarung. "Mana yang kau sukai?" Tanya ketua Borong.
"Entahlah ketua, saya tidak yakin, saya tidak pernah menggunakan semuanya. Kecuali mungkin pisau untuk mengiris bahan masakan di dapur" Hasea menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hahaha..masakanmu memang tidak terlalu buruk, tapi tetap saja masakan istriku yang lebih kurindukan" ketua Borong merasa lucu dengan keluguan Hasea.
"Baiklah, kita akan berlatih tanpa senjata" Ketua Barong mengajak Hasea keluar.
" Kalau ucapan Ketua Altong benar, seharusnya Ilmu paling dasar dari jurus Sekte Harinuan telah kau kuasai" Ketua Borong menatap Hasea. "Ayo tunjukkan kemampuanmu"
Hasea kemudian mengambil sikap. Dia memasang kuda-kuda kemudian melafalkan beberapa jurus. Ketua Borong tampak kagum dengan hasil latihan diam-diam yang dilakukan Hasea. "Hm.. sangat menarik, aku bahkan mungkin tidak akan percaya kalau kau berlatih ini semua hanya dengan memperhatikan orang lain latihan" ketua Borong mengelus Jenggot tebalnya.
"Baiklah untuk selanjutnya ikuti gerakanku. Kau telah berhasil menguasai setidaknya 3 jurus dengan baik. Sekte Harinuan memiliki 10 jurus dasar. Hari ini aka akan mengajarkan 2 jurus lagi kepadamu" Ketua Borong mulai memperagakan jurus yang diikuti oleh Hasea.
***
Selama beberapa hari selanjutnya, Hasea telah menguasai ke sepuluh Jurus dasar sekte Harinuan. Hal itu sebenarnya membuat ketua Borong terkagum-kagum dan bangga. Hal tersebut karena biasanya butuh setidaknya 3 purnama dengan berlatih tanpa henti untuk menguasai jurus-jurus tersebut . Namun Hasea dapat menguasainya hanya dalam waktu beberapa hari ditambah lagi fakta bahwa selama ini dia tidak memiliki dasar ilmu bela diri.
***
Sekali lagi Author mohon dukungan dari teman-teman semua. Sebuah like, rating bintang 5 dan meninggalkan saran pada kolom komentar akan membakar semangat Author untuk menulis.
Terima Kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Ramon Chaniago
mantap thor..
apa kah author orang Batak Thor, kok nama2 nya, kayak bahasa Batak Thor..!!??
2021-09-26
0
Iman Budianto
kl blh minta, tlg selipkn bhs batak+artinya. ini kl bnr cerita dr daerah sumatera utara.🙏🙏🙏
2021-05-12
0
Pan
mantap gan seru ceritanya tulisan nya juga sip
2021-04-27
0