"Nama ku Angkar, panglima perang regu Bulan Darah kerajaan Partungko Naginjang. Kami datang ke desa ini untuk membawa pulang Buronan kerajaan bersama seorang anak kecil. Salah satu diantara kalian harusnya mengetahui keberadaan mereka, sudah beberapa hari kami mencoba dengan cara yang terbaik yang bisa kami lakukan. Namun nampaknya tak satu pun dari kalian yang berniat bekerja sama. Kalian sungguh tidak berguna, kalian tidak lagi diperlukan" Seru Panglima Angkar sambil tetap berada diatas kuda yang dia tunggangi. Aura membunuh yang sangat pekat yang dipancarkannya membuat bulu kuduk setiap warga berdiri, para wanita menangis sesunggukan sementara para pria tidak mampu menahan getaran ketakutan dari tubuhnya.
" Tetapi tuan, kami sungguh tidak mengetahui siapa yang Panglima cari. Mohon lepaskan kami, kasihanilah Kami Tuan". Seorang warga berperawakan kurus memberanikan diri untuk berbicara walau suaranya bergetar serasa tertahan di tenggorokan. Keringat dingin tidak berhenti mengalir dari tubuhnya.
"Siapa namamu?" Seru panglima Angkar. " Saya Sundanu Tuan, saya hanyalah petani biasa, saya ayah dari dua orang putri". Ucap Sundanu dengan suara terbata-bata. Sengaja dia tegaskan bahwa dia hanya memiliki putri untuk mempertegas bahwa dia tidak sesuai dengan kriteria buronan yang di cari .
"Kalau begitu Kerajaan tidak lagi membutuhkanmu". Ucap Panglima Angkar sambil melayang dari kuda yang ditungganginya. Panglima Angkar melesat hampir tidak dapat terlihat karena cepatnya dia melayang ke hadapan Sundanu. Sabetan pedang panglima yang seketika itu memisahkan kepala Sundanu dari tubuhnya. Seketika itu juga seluruh warga menjerit ketakutan menyaksikan hal yang sama sekali belum pernah mereka saksikan sebelumnya. Darah segar mengalir memenuhi sekitar tubuh dan tanah tempat mayat Sundanu tergeletak.
"Itu contoh bagi orang yang tak berperan apa-apa dalam misi pencarian ini. Seharusnya pedangku tidak ku kotori dengan darah tak berguna ini" ucap Panglima Angkar dengan santai sambil membersihkan pedangnya pada pakaian Sundanu.
" Bunuh semua yang tidak dapat membantu" Panglima Angkar mengeluarkan perintah dengan ekspresi dingin kepada Prajurit kepala. " Siap laksanakan" Seru prajurit kepala kemudian yang segera dengan sigap menyusun barisan berhadap-hadapan dengan warga. Satu persatu warga dipanggil ke depan. Sedikit introgasi dilakukan, bagi warga yang hanya diam atau tidak jelas jawabannya maka seketika itu pula nyawa mereka melayang.
Delapan orang telah di eksekusi. Tanpa pengadilan seperti seharusnya yang dilakukan Kerajaan saat akan menghukum mati seseorang. Warga yang menungu gilirannya tiba hanya dapat menangis dan ada pula hanya terdiam dengan tatapan kosong entah karena pasrah atau bisa saja karena jiwanya tidak lagi selaras dengan raganya menyaksikan pembantaian di depan mata.
Anak-anak dan orang-orang tua yang berada tidak jauh dari tempat warga dikumpulkan hanya bisa meronta-ronta dan menjerit menyaksikan pembantaian itu. Memang yang dikumpulkan untuk diintrogasi hanyalah mereka yang berusia 25 sampai 30 tahun. Tetapi warga lain dipaksa untuk menyaksikan pembantaian itu, berharap salah satu diantara mereka bersuara dan dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh rombongan prajurit itu.
Sementara Pak Malawu , kepala desa yang sudah berusia 50 tahun itu dikurung didalam rumahnya dengan penjagaan ketat. Tubuhnya dipenuhi luka bekas pukulan dan sabetan pedang. Mentari si putri tunggalnya yang masih berusia dua Tahun digendong pengasuhnya. Ibu Mentari memang meninggal saat melahirkannya dan sampai sekarang Pak Suliwa memutuskan untuk tidak menikah lagi. Kecintaan kepada istri yang telah dinikahinya selama 20 tahun itu membuatnya bertahan untuk tidak menikah lagi. Saat mengandung Mentari, usia ibunya memang tidak lagi muda. Mungkin itulah yang membuatnya tidak bertahan saat melahirkan Putrinya itu.
Disana turut berdiri menyaksikan pembantaian itu dari jauh nenek Sabeni, tidak lain adalah nenek dari Hasea. Nenek Sabeni mendekap erat Cucunnya sambil menutup mata bocah laki-laki 4 tahun,ya dia adalah Hasea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Kamal Kasim
huh. amat zalim
2021-02-13
1
Kadek
lanjutkan kk
jangan lupa mmpir ya
2020-07-15
1
Destiny 🍃
panglima kerajaan gayanya kya pimpinan bandit 😳
2020-07-03
1