Kepala Desa Malawu tau hukuman itu terlalu berat. "Bukankah tadi sudah ku katakan, hukuman itu adalah hukuman yang paling ringan yang bisa kalian terima. Apa kau ingin aku berubah pikiran?" Panglima Angkar menatap tajam kepada kepala desa Malawu. Sebenarnya Raja tidaklah memberikan titah seperti itu. Panglima Angkar melakukannya untuk kepentingannya sendiri. " Setiap akhir purnama, Prajurit Kepala akan mengutip Pajak dari desa ini" lanjut Panglima Angkar.
"Ini tidak adil, ini tidak adil !!! kami tidak berbuat apa-apa kami tidak bersalah, kenapa kami harus mendapatkan hukuman itu" Tiba-tiba seorang perempuan bersuara lantang dari arah kerumunan warga. Dia tak lain adalah Istri dari Sundanu, pria yang kepala nya dipenggal Panglima Angkar. Mungkin karna masih diselimuti rasa duka yang mendalam, membuat pikirannya kacau. Warga di sekitarnya mencoba menghentikannya karea khawatir Panglima Angkar murka. "Biarkan dia bicara, lagi pula hatiku sedang gembira" Panglima Angkar menatap warga yang menghalangi Perempuan tersebut. "Tuan telah mendapat apa yang tuan cari, tuan bahkan membunuh suamiku yang tidak berdosa" Ucap perempuan itu tidak teratur. " Oh, jadi kau adalah istri dari pria malang ini? " ucap Panglima Angkar sambil menatap mayat Sandanu. "Ambil ini sebagai ucapan bela sungkawa dari ku" Panglima Angkar melemparkan beberapa koin emas ke hadapan wanita itu.
" Hamba tidak mengharapkan uang tuan, hamba hanya butuh suami hamba kembali" Ucap Perempuan itu sambil mendekati mayat suaminya. Dia meraung di depan mayat suami nya. "Bukankah dia yang seharusnya dibunuh?"Perempuan itu menunjuk nenek Sabeni. "Dia sumber dari semua mala petaka ini, dia pembawa sial di desa ini"
"Ambil koin emas itu, atau akan ku ambil nyawamu" ancam Panglima Angkar. Perempuan itu akhirnya mengutip koin emas yang berserakan dan dia terdiam lemas. "Untuk wanita tua ini, hukuman yang paling pantas baginya adalah menjalani sisa hidupnya dengan hinaan dan rasa bersalah. Bukankah itu hukuman yang sangat berat? Jangan ada diantara kalian yang mengambil nyawanya kecuali yang maha kuasa" ancaman itu membuat semuan warga terdiam.
Nenek Sabeni hanya duduk terdiam lemas, air matanya tak berhenti mengalir. Sebenarnya dia sangat terpukul atas kematian putri, menantu dan cucunya. Hanya saja dia berusaha menutupinya, dia tidak ingin membuat gerakan yang mencurigakan . Dia bersikap demikian tidak lain umtuk melindungi Hasea. Rupanya tidak ada yang menyadari keberadaan Hasea. Nenek Sabeni berhasil membuat keberadaan Hasea luput dari perhatian warga maupun para Prajurit. Kalau saja dia gegabah, bisa saja para warga teringat akan Hasea, bisa saja Warga menuntut Hasea agar dibunuh sama seperti permintaan Perempuan tadi. Yang nenek Sabei ketahui, para prajurit mengincar anak pertama Larasati yang tidak lain adalah Hasea. Hanya saja Panglima Angkar salah mengira Anak pertama Larasati anak yg dibunuhnya bersama ibunya. Mungkin karena usia Hasea dan adiknya hanya berbeda 1 tahun. Lagi pula semenjak dilahirkan, Hasea dirawat oleh neneknya.
Semenjak dilahirkan, Larasati tidak menginginkan Hasea, entah apa sebabnya. Berulang kali dia ingin menggugurkan Hasea namun urung dia lakukan.
***
Begitulah, nenek Sabeni dibiarkan hidup, dia merawat Hasea sampai akhir hayatnya. Nenek itu sabar merawat anak yang tidak pernah di inginkan Ibunya. Larasati memang melarang nenek Sabeni untuk memberi tahu Hasea siapa ibu kandungnya. Sepengetahuannya, ibunya adalah kakak dari Larasati yang meninggal dunia saat melahirkannya.
Sepanjang 11 Tahun, nenek Sabeni dan Hasea mendapat, hinaan, comooh dan makian dari warga.
Setelah kejadian kelam 11 tahun yang lalu, desa Hariara tidak lagi pernah sama. Sekuat apa pun mereka bekerja, warga hanya menjadi sapi perah penghasil pundi-pundi bagi Panglima Angkar. Tingkat kriminal dan tindakan kejahatan meningkat drastis, kerukunan warga tidak lagi terjaga.
Beberapa Pemuda akhirnya belajar bela diri entah sekedar untuk pertahanan diri maupun untuk memperlancar aksi kejahatan yang akan mereka lakukan
Nenek Sabeni dan Hasea terkucilkan, hanya Kepala Desa Malawu dan putrinya mentari yang menghargai mereka sebagai Manusia.
Kini, Hasea harus meningglkan desa Hariara untuk memenuhi perjanjian terdahulu. Tidak berat baginya, karena memang tidak ada apapun lagi yang tersisa baginya di desa ini.
###
Menulis hanyalah Hobby Author di sela-sela kesibukan, namun untuk kelanjutan Novel ini tentu Author Sungguh membutuhkan dukungan kawan-kawan semua. 1 like dan tinggalkan jejak komentar sudah lebih dari cukup..
Terima kasih :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Tom 21
ok
2021-07-07
1
Iman Budianto
jadikan proses penulisan cerita ini sbg langkah awal sumber nafkah sampingan utk author, ok thor...???
tetap semangat......💪💪💪✍✍✍✍
2021-05-12
0
yang baca anak tolol
bikin op mc ny throl
2021-03-21
0