" Hari ini kalian akan latihan memanah" Kata Ketua Borong kepada anggota sekte yang masih baru. Sebelumnya orang-orang itu telah berlatih Pedang.
"Kau khusus akan dilatih oleh ahli panah kita" seru Ketua Borong kepada Hasea. " Mohon maaf Ketua, maafkan bila hamba lancang, tetapi apakah tidak sebaiknya hamba belajar ilmu pedang terlebih dahulu?" Walau ragu tapi Hasea tetap memberanikan diri untuk bertanya.
"Mengenai itu, satu Minggu dari sekarang kau akan menjalankan misi yang dipimpin oleh Ketua Muda Altong. Salah satu regu panahnya tidak bisa ikut karena masih terluka akibat misi terakhir mereka" Ucapan itu membuat Hasea mengerti. Namun hatinya juga sedikit bimbang. Dia tidak menyangka akan ikut misi secapat ini.
"Ini Ketua Muda Sulpi. Beliau adalah Pendekar dengan kemampuan memanah yang tinggi. Kalian beruntung dilatih olehnya" ketua Borong memperkenalkan Ketua Muda Sulpi.
"Dalam memanah, kunci utama adalah ketenangan. Pikiran kalian harus fokus, tidak ada pikiran lain selain fokus pada sasaran" Ketua Sulpi mengambil sebuah busur panah lengkap dengan anak panahnya . Dia menarik busur dan melepaskan anak panah ke papan sasaran sejauh 100 meter jaraknya. Semua orang yang menyaksikan tampak terkejut saat anak panah tepat menancap di tengah papan sasaran.
" Bukan hanya ketepatan dan ketenangan, pemanah juga harus mengambil kesunyian untuk dirinya sendiri sekalipun saat berada di keramaian. Tidak ada kata panik dalam diri seorang pemanah. Senyap.. adalah sahabatnya" Ketua Sulpi kembali menarik busur dan melepaskan anak panah. Anak panah itu melesat ke papan sasaran yang tadi dia panah. Anak panah kedua melesat tepat ketengah papan sasaran. Anak panah tersebut membelah anak panah pertama . Bahkan anak panah tersebut tidak menancap di papan namun tembus dari papan sasaran tersebut hingga melesat jauh ke belakang.
Semua yang menyaksikan semakin terkesima. Beberapa orang diantaranya bahkan tidak berhenti memandang papan sasaran yang telah berlubang. Mulut mereka menganga.
"Kalian adalah orang-orang baru dalam sekte ini, perjuangan kita masih panjang. Regu pemanah adalah salah satu kunci dari perjuangan kita. Kalian kelak akan menjadi penjaga bagi regu penyerang yang ada di titik terdepan. Ambil masing-masing senjata panah di depan kalian arahkan sebisa mungkin ke papan sasaran". Ketua Sulpi memberi arahan.
Masing-masing dari orang-orang tersebut melakukan latihan panah. Mereka berupaya sebisa mungkin mengenai papan sasaran yang jaraknya 50 meter dari mereka berdiri, beberapa diantaranya mampu mengenai papan sasaran walau masih jauh dari titik tengah papan tersebut. Beberapa diantaranya malah tidak sekali pun anak panahnya menancap di papan sasaran. Bahkan beberapa anak panah terjatuh sebelum sampai ke papan sasaran kerena lemahnya laju dari anak panah tersebut.
Ketua Sulpi memperhatikan Hasea. Beberapa anak panah yang dilepaskannya berhasil menancap di papan sasaran. Tidak tepat di tengah, namun diantara semua yang latihan .. mungkin bisa dikatakan anak panahnya yang paling dekat dengan tengah papan sasaran. Ketua Sulpi sedikit kagum melihat hal tersebut. Apalagi dia dimintai tolong oleh Ketua Altong untuk segera mengajarinya menguasai sedikit ilmu panah karena dia akan diikut sertakan dalam misi. Mengetahui kemampuan memanah Hasea, membuat ketua Sulpi sedikit tenang. Tidak akan sulit baginya mengajari Hasea dengan kemampuan Hasea yang seperti itu.
" Bocah, sampai kapan kau akan bermain dengan mainan anak kecil seperti ini?" Suara dalam otak Hasea kembali muncul. Hal tersebut mengganggu konsentrasinya. Anak panah yang dia lewatkan tidak lagi mengarah ke papan sasaran, namun anehnya anak panah tersebut melesat sangat cepat seolah dilepaskan bersamaan dengan tenaga dalam. Ketua Sulpi yang memperhatikan hal tersebut sedari tadi jadi terkejut. Dia mendatangi Hasea.
" Apa yang mengganggumu? anak panah yang kau lepaskan semakin menjauhi sasasan" Ucap ketua muda Sulpi kepada Hasea kecewa. " Maafkan hamba Ketua. Hamba akan lebih berkonsentrasi" ucap Hasea Ketakutan.
" Ikutlah denganku" Ketua Sulpi mengajak Hasea menjauh dari anggota kelompok lain yang sedang berlatih. "Bukankah sudah ku katakan , seorang pemanah harus dapat menguasai dirinya sendiri. Dia harus mampu mengambil kesunyian untuk dirinya sendiri sekalipun didalam keramaian ataupun dalam ancaman. Angkat busurmu" perintah Ketua Sulpi kepada Hasea. "Bawa pemuda itu kemari" perintah Sulpi pada salah seorang anak buahnya.
Anak buah Ketua Sulpi membawa serta Sotul bersamanya. "Bawa dia ke papan sasaran" Anak buah Sulpi segera melaksanakan perintah Ketua nya tersebut. Sotul diberdirikan di depan papan sasaran sejauh 50 meter dari Hasea. Mata Sotul ditutup kain hitam. Badannya diikat di tiang yang telah disediakan di depan papan sasaran.
Ketua Sulpi mengangkat busurnya kemudian dia mengarahkannya kepada Sotul. " Aku akan melepaskan anak panah ini ke kepalanya nya, kecuali kau bisa membelokkan arah anak panah ku dengan anak panahmu, maka hilangnya nyawa pemuda itu menjadi tanggung jawabmu" Ancaman serius dilayangkan ketua Sulpi kepada Hasea. Seketika badan Hasea bergetar. Jantungnya berdegup kencang. "Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya" gumamnya dalam hati.
"Aku paham kalian baru saling mengenal, tapi aku yakin kebersamaan kalian beberapa hari terakhir ini tentu juga menimbulkan rasa peduli mu kepadanya kalau kau memang manusia. Kalau kau memang benar-benar peduli padanya maka fokuslah, konsentrasi. Belokkan Anak panah yang akan ku arahkan ke kepalanya" Ketua Sulpi tampak serius.
"Mohon ketua memberi saya waktu untuk berlatih" Hasea bersujud di kaki Ketua Sulpi. " Hamba mohon diberikan waktu beberapa hari. Hamba akan berlatih sungguh-sungguh..,setelah itu terserah Ketua" Hasea berkucuran keringat memohon dengan ketulusan. Dengan kemampuann memanahnya saat ini, dia menganggap permintaan ketua Sulpi adalah hal yang mustahil dia wajudkan.
"Baiklah, kau kuberi waktu 3 hari, namun setelah itu tidak ada penawaran lagi" Ketua Sulpi meninggalkan Hasea.
" Sulpi .. bukankah hal itu sedikit berlebihan?" Ketua muda Altong menghampiri Ketua muda Sulpi. Sulpi memang 10 tahun lebih tua darinya , namun kedekatan mereka membuat tidak ada panggilan formal diantara mereka .
" Bukankah kau yang memintaku agar cepat mengajarinya Altong?, Jadi jangan protes dengan caraku" ucapnya cuek.
" Tapi itu"...belum selesai Ketua Altong berbicara , Ketua Sulpi Menepuk pundak Ketua Altong.
" Sudahlah, aku yakin dia akan berhasil. Aku mengamatinya sejak pertama. Dia memiliki potensi kemampuan memanah yang baik, kalau saja kau tidak merekrutnya pertama, mungkin aku yang akan merekrutnya ke grup ku" ucap ketua Sulpi. " Ayo lah, kita minum sedikit arak, kau terlalu tegang " ajak ketua Sulpi . Kedua orang itu melangkah pergi.
***
" Bagaimana ini, waktuku hanya 3 hari. Apakah aku mampu melakukannya?" Nampak Hasea termenung didepan perapian, dia sendiri disana. Memang malam ini giliran dia untuk berjaga . Sementara anggota lain yang juga mendapatkan giliran menjaga perkemahan sedang melakukan patroli.
"Untuk apa kau perdulikan bocah itu? Kau bahkan tidak memiliki hubungan apapun dengannya!!" Suara dalam kepala Hasea kembali muncul. Matanya memerah.Tampak dia sedikit emosi. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau selalu muncul di kepalaku akhir-akhir ini? " Hasea berbicara pada dirinya sendiri. "Kalau bukan karena suara aneh ini, aku tak akan mendapatkan masalah seperti ini" Hasea bergumam dalam hati. "Hei.. Kenapa kau malah menyalahkanku? Kau dan kemampuan lemahmu yang harus disalahkan" Suara aneh itu kembali muncul di kepala Hasea.
"Diamlah suara aneh.. pergi dariku" Hasea berbicara pada dirinya sendiri sambil memukul-mukul kepalanya. Kalau saja ada orang yang melihatnya pastilah dia dianggap gila.
" Sekarang kau malah melukai dirimu sendiri, kau memang bodoh. Aku sungguh sial terjebak dalam tubuhmu" suara itu kembali dengan nada merendahkan.
***
Sekali lagi Author mohon dukungan kawan-kawan semua
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Muhammad Yusuf
komentar
2022-10-13
0
muhammad sakdan
makin seru
2021-04-22
0
Onez Dewa Ganaz Trisula
Gasspoll
2021-04-01
0