Hasea mematung di tempat dia berdiri. Raga nya memang berdiri disana tapi jelas pikirannya sedang menerawang ke masa yang telah lampau. Tatapan kosongnya menandakan dia sedang memikirkan sesuatu, ingatannya seperti kembali mengulas kejadian-kejadian masa lampau. Kisah bagaimana semua ini bermula, kisah tentang masa pahit yang pada akhirnya dibebankan kepadanya dan neneknya.
***
Desa Hariara, desa kecil dan terpencil yang dulunya adalah salah satu tempat yang menjadi surga bagi mereka yang menggantungkan hidup dari hasil bertani. Masyarakat disana hidup rukun, aman dan tentram. Setiap orang juga berkecukupan dari hasil tani nya walau tidak bisa dikatakan berlebihan juga.
Desa itu tidak memerlukan penjagaan dari prajurit kerajaan ataupun pendekar bayaran karena walau desa itu merupakan wilayah bagian dari kerajaan Partungko Naginjang, letaknya yang jauh dan terpencil membuat desa Hariara luput dari perhatian kerajaan ataupun para perampok. Di desa tersebut juga tidak terdapat seorangpun yang menguasai beladiri atau sekedar ingin mempelajarinya.
Namun babak baru menuju kesengsaraan desa dimulai saat Pasukan kerajaan yang dipimpin oleh salah satu panglima menyisir desa untuk mencari sepasang buronan kerajaan.
Berhari-hari para prajurit kerajaan memporak-porandakan desa tersebut guna menyelesaikan misinya. Berbagai cara mereka lakukan mulai dari menyiksa, membakar perumahan bahkan sampai membunuh warga tak berdosa.
Buronan yang dimaksud adalah sepasang suami istri bersama satu orang anaknya. Listi dan Marlu nama pasangan suami istri itu. Berdasarkan pengumuman yang ditempel di berbagai sudut desa oleh prajurit kerajaan, Listi sendiri adalah pelayan di kerajaan Partungko Naginjang yang menjalin hubungan terlarang dengan seorang pria bernama Marlu yang merupakan pendekar dari aliran hitam.
Kerajaan sangat melarang siapapun dalam lingkaran kerajaan untuk berhubungan dengan aliran hitam. Listi bukan hanya berhubungan dengan aliran hitam dia malah menikah dengan salah satu pendekar mereka dan dari hasil cinta mereka adalah seorang anak laki-laki.
Setelah hubungan mereka terbongkar, Listi melarikan diri bersama dengan Suaminya. Pihak kerajaan telah melakukan perburuan kepada keluarga itu untuk waktu yang lama. Empat tahun lebih waktu yang dibutuhkan oleh prajurit kerajaan yang dipimpin langsung oleh panglima Kerajaan menandakan yang dicari bukanlah buronan biasa. Dan disinilah sekarang para prajurit kerajaan itu berada, setelah melakukan pencarian ke berbagai tempat dalam kurun waktu tahunan, desa Hariara adalah titik pencarian mereka selanjutnya.
Kepala desa adalah orang pertama yang menjadi korban arogansi para prajurit tersebut, entah memang begitu titah dari kerajaan atau memang karena sikap asli mereka seperti itu, para prajurit memperlakukan warga sangat kasar dan brutal. Tidak segan mereka menebaskan pedangnya kepada warga yang dianggap tidak membantu mereka dalam pencarian.
Tetapi Pak Malawu selaku kepala desa tidak bisa apa-apa karena selain tidak berdaya, Pak Malawu juga tidak merasa memiliki warga yang bernama Listi maupun Marlu. Dia juga tidak pernah mengetahui apakah ada warganya yang pernah bekerja di istana kerajaan.
Gambar yang ditunjukkan oleh prajurit pun tidak membantu sama sekali. Sebenarnya
Para prajurit kerajaan juga sudah menyerah dengan pencarian mereka karena mereka paham betul buronan yang dicari juga tentu sudah mengganti identitas dan penampakan perawakannya guna menghindari pihak kerajaan. Mungkin itu pula lah yang membuat para prajurut semakin arogan di tengah-tengah keputus asaan mereka. Bertahun mereka melakukan pencarian sia-sia. Bertahun pula mereka tidak bisa bertemu keluarga. Hampir semua tempat yang mereka datangi mereka porakporandakan namun hasilnya berujung sama. Sia-sia.
Siang itu, matahari bercokol ditempatnya seolah menegaskan bahwa hari itu akan ada pembantaian besar-besaran. Panglima menurunkan perintahnya kepada prajurit kepala. "Kumpulkan semua Laki-laki dan perempuan berperawakan 25 sampai 30 tahun" serunya kepada prajurit kepala itu. " Baik panglima" jawab prajurit kepala itu dengan sedikit terbata akibat tertekan aura yang besar dari sang Panglima.
Semua warga yang berumur 25 sampai 30 tahun telah dikumpulkan secara paksa oleh prajurit di sebuah halaman kosong. Kisaran 50 orang total dari jumlah semuanya. Tidak ada warga yang dapat melawan. Mereka sadar gerakan yang tiba-tiba dapat menghilangkan nyawa mereka seketika. Semua orang berusia kisaran 25 sampai 30 tahun dikumpulkan sedangkan warga lain yang tersisa termasuk orang tua dan anak-anak dipaksa menyaksikan dari kejauhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nawan Damanik
jelas.....Naginjang = Yg tinggi / Dataran Tinggi,
Author Batak
2021-04-25
1
Rahmat Kusir
nie cerita nya dri daerah mna thor
2021-03-22
0
Sari Ananda
Lha kejem tenan rek...
2020-10-29
0