"Kalian telah melintasi, salah satu wilayah kami tanpa permisi. kalian punya 2 pilihan, Apakah harus menggunakan kekerasan atau cara yang mudah?" Tampak seorang pemuda berperawakan tinggi kekar keluar dari balik pohon di pinggir jalan, pemuda itu adalah Altong, Ketua muda Perampok Harinuan . Tangan kanannya menggenggam pedang yang disandarkan ke bahu nya. Di sela mulutnya tampak terselip batang rumput ilalang.
"Hei, apa maksudmu? Cepat menyingkir dari jalan atau ku kirim kau ke alam baka" tampak salah satu pengawal tuan Jarrat menggertak walau dia sadar yang sedang mereka hadapi bukan perampok biasa.
" Hahaha..kalau kau sudah lama berkecimpung di dunia kepengawalan, harusnya kau sudah tau sedang berhadapan dengan siapa" Altong meladeni gertakan pengawal tuan Jarrat dengan tenang.
"Apa yang kalian tunggu? Cepat singkirkan mereka" tuan Jarrat yang tampak geram memberikan perintah.
"Sialan, apakah si tua ini tidak mengetahui reputasi Perampok Altong? " Gumam salah satu Pengawal dalam hati.
"Baiklah, rupanya kau memilih jalan yang lebih sulit padahal tetap saja, hasilnya akan tetap sama. Serang mereka" Altong memberi instruksi pada anak buahnya. Seketika itu sepuluh orang keluar dari kiri dan kanan jalan. Mereka bersenjatakan pedang, kapak dan tombak berlari ke rombongan Pedagang itu.
"Lindungi tuan Jarrat" sesaat sebelum mengayunkan pedangnya, pengawal itu memberi perintah kepada Hasea dan para pekerja tuan Jarrat. Sementara tuan Jarrat nampak terkejut saat mengetahui ternyata perampok yang mengepungnya berjumlah banyak. Tak banyak yang bisa dilakukannya selain memeluk erat bungkusan yang berisi barang berharga miliknya.
"Hei, kalian keluarlah, bunuh mereka" Tuan Jarrat mendorong kedua pemuda yang sedari kemarin bersama nya diatas kereta kuda.
"Jurus pedang langit utara" salah seorang pengawal tuan Jarrat melesat dari atas kudanya melayangkan pedangnya pada 2 orang perampok sekaligus. Kedua orang itu terkena tebasan di perutnya. Serangan tiba-tiba tersebut membuat kedua perampok itu tidak siap.
Keempat Pengawal tuan Jarrat tampak solid menggempur para perampok, mereka memang Pendekar yang memiliki kemampuan Tinggi. Namun banyaknya perampok membuat mereka kewalahan. Beberapa perampok mereka lumpuhkan, namun tubuh mereka juga penuh luka.
Pekerja tuan Jarrat yang bersama Hasea bukanlah orang-orang yang menguasai Bela diri. Namun mereka berusaha membantu para pengawal. Mereka tidak bisa berbuat banyak. Para perampok juga pada akhirnya melumpuhkan mereka. Luka di sekujur tubuh membuat mereka tidak lagi berani bergerak. Sementara Hasea, tidak ikut menyerang para perampok. Dia hanya berupaya membantu mengobati pekerja tuan Jarrat yang terluka. Dia tidak mengenal orang-oran itu, namun yang dia ketahui orang-orang itu pasti kesakitan karena luka di sekujur tubuhnya. Sementara kedua pemuda yang tadinya bersama tuan Jarrat di kereta kudanya, kini telah berada di balik pohon di pinggir Jalan. Mereka bersembunyi ketakutan.
"Kurang ajar, apakah aku memeng harus turun tangan? sungguh merepotkan" Altong melesat ke arah salah satu pengawal tuan Jarrat. "Hei, ayo segera kita akhiri ini. "Jurus pedang sengatan lebah" Altong melesat kemudian melompat tinggi, dengan gerakan memutar mata pedangnya diarahkan ke salah satu pengawal tuan Jarrat. " Apa? Bagaimana dia bisa melompat setinggi itu?" Pengawal tuan Jarrat nampak terkejut namun dia masih bisa menguasai keadaan. Pedang yang mengarah kepadanya dia tepis dengan pedang pula.
Berulang kali Altong menggempur dan menyerang pengawal tuan Jarrat. Sampai akhirnya Pengawal tersebut mulai kewalahan . " Jurus pedang sengatan lebah level 2 " Altong kembali mengarahkan pedangnya ke arah Pengawal tersebut . Namun kali ini dengan tenaga yang lebih besar. Pengawal tampak tidak siap dengan serangan tersebut. Pedang Altong bersarang di dadanya.
"Kurang ajar, Serang dia" salah satu pengawal yang melihat temannya telah terbunuh menyerukan agar mereka fokus pada Altong.
"Oh baiklah , kalian maju lah bertiga agar semua ini bisa lebih cepat berakhir " Altong mencabut pedangnya dari tubuh pengawal yang telah dibunuhnya
"Ketiga pengawal itu kini tidak lagi berfokus melindungi kereta kuda yang sedari tadi menjadi incaran para perampok.Bersama-sama mereka menuju Altong.
"Bentuk rantai pemusnah raga" salah satu pengawal berseru. " Itu tidak akan berhasil, kau tau jurus itu hanya bisa bekerja saat kita berempat yang membentuk jurus itu" tampak salah satu pengawal mengingatkan. "Kalau begitu gunakan saja semua jurus yang kau tau" seru seorang pengawal yang lain.
" Baiklah, ini akan semakin seru. Jurus pedang sengatan lebah level 3" Altong melesat cepat. Kali ini gerakannya zig zag. Tiba-tiba dia sudah berada di sisi salah satu pengawal. Pengawal tersebut terpukul ke belakang setelah mendapat tebasan pedang di punggung kanannya. Pengawal tersebut lumpuh seketika.
Kedua pengawal lain segera menyerang Altong. Berbagai Jurus mereka lancarkan , nampak Altong sedikit terdesak.
"Bantu Ketua" seru salah satu perampok botak kepada perampok yang lain. Puluhan perampok segera menyerang pengawal yang masih bertahan. Puluhan tebasan dan pukulan mereka dapat. Beberapa pukulan dapat mereka tangkis, namun tidak sedikit juga yang berhasil melukai mereka. Jumlah perampok yang banyak , sanggup membuat mereka terdesak.
Melihat celah terbuka, Altong melesat ke arah salah satu pengawal. Dia bermaksud untuk segera mengakhiri pertarungan ini.
"Jurus pedang lembah lebah hitam" Altong mengayunkan pedangnya ke arah Pengawal tersebut. Tampak pedang yang digunakannya diselimuti aura hitam. Para perampok yang lain segera menghindar. Mereka takut terkena imbas dari jurus tersebut. Pengawal itu menahan serangan itu dengan pedangnya, namun padang tersebut patah saat berbenturan dengan pedang Altong. Tubuhnya terkena sabetan pedang Altong. Badannya terbelah dua.
" Apa kalian Ingan melanjutkan ini semua?" Urat Mata Altong memerah. Teriakannya tersebut mengagetkan semua orang yang ada di tempat itu. Kedua pengawal tuan Jarrat yang tersisa tampak berdiri lemas melihat 1 lagi temannya mati mengenaskan. Mereka tidak lagi bergerak. Pedangnya mereka lemparkan. Mereka menyerah.
"Apa yang kalian lakukan? Kalian memalukan,kalian merusak reputasi sekte kalian. Tidak ada lagi yang akan menyewa jasa pengawalan dari sekte kalian. Apa kalian sadar akan hal itu?" Teriak tuan Jarrat penuh amarah namun juga kepanikan. Teriakan itu diarahkan kepada 2 orang pengawal yang tersisa. Memang yang dikatakannya benar. Beberapa Sekte menggantukan kelangsungannya dengan cara memberikan jasa pengawalan. Mereka biasanya menjamin keamanan para pengguna jasa mereka sekalipun nyawa taruhannya. Beberapa pengawalan memang bisa saja berakhir buruk. Namun menyerah saat menjalankan misi pengawalan adalah hal yang Tabu. Apabila itu terjadi, bisa dipastikan jasa mereka tidak akan lagi digunakan.
Altong mendekati tuan Jarrat. "Hai tua Bangka, pergilah dari sini. Tinggalkan semua barang-barangmu, mungkin kau akan selamat"
"Kurang ajar kau, kau perampok yang hanya bisa menyusahkan orang lain. Kupastikan kerajaan akan memburu mu" tuan Jarrat berteriak ketakutan, dia bergegas menaiki salah satu kuda pengawal yang terbunuh, di segera memacu kuda tersebut sekuat tenaga meninggalkan tempat itu . Nampaknya dia lebih menghargai nyawanya dari pada harta benda nya.
"Bawa semua barang-barang ini, bawa juga mereka" Altong memerintahkan anak buahnya untuk membawa kereta kuda berisi barang-barang berharga milik Tuan Jarrat. 3
Pekerja tuan Jarrat yang terluka juga mereka Bawa. Hasea mereka giring.
" Tunggu tuan" Tampak suara dari balik Pohon. " Bawalah kami bersama kalian, kami takut berada di tempat ini. Tempat ini terasa asing bagi kami" dua orang yang sedari awal pertempuran itu berlangsung bersembunyi di balik pohon akhirnya memberanikan diri keluar.
" Pantas saja Jarrat membawa kalian. Jiwa Budak kalian sungguh murni. Kalian bahkan menyerahkan diri pada perampok.. hahaha" Altong tidak mengerti dengan jalan pikiran kedua orang itu.
Sementara kedua pengawal tuan Jarrat yang tersisa hanya mampu mendapat Nanar kepergian rombongan perampok itu.
" Hei.. kenapa kau bisa bekerja pada penjahat keji seperti dia?" Di perjalanan suara Altong memecah kesunyian. Pertanyaan itu dia arahkan kepada Hasea. Namun Hasea yang masih diselimuti kemarahan tidak menanggapi pertanyaan tersebut. Hanya terus berjalan dan diam.
"Apakah kalian marah? apakah kalian tidak sadar bahwa kami justru yang menyelamatkan nyawa kalian?" Altong kembali berbicara dengan nada merendahkan. " Menyelamatkan kami?kalian melukai orang ini, kalian juga membunuh para pengawal itu dan anda dengan mudahnya mengatakan menyelamatkan kami?" Hasea tampak geram, dia tidak dapat menahan emosi nya. "Dan satu lagi, disini rombongan kalian lah penjahatnya, tuan Altong Orang yang baik"
"Hahaha..baik katamu ? , Apakah memperjual belikan manusia itu baik? Apakah menjerat orang-orang miskin itu dengan utang baik?" Altong menatap tajam pada Hasea. Kini mereka berhadap-hadapan.
"Aku sungguh kasihan kepada mu, sudah berapa lama kau bekerja pada pria licik itu sampai kau menutup mata atas semua kejahatan yang dia lakukan"
"Apa maksud mu?, Aku baru 1 hari bersamanya. Aku belum bekerja dengannya. Aku akan melakukannya tapi aku belum bekerja padanya" Hasea membalas ucapan Altong.
"Pantas saja, apa kau belum juga mengerti? apakah dia menawarkanmu pekerjaan? Pekerjaan yang dia maksud adalah menjadi budak. Kau akan dijual untuk dijadikan budak...Hahaha" Altong semakin mengejek Hasea yang belum menyadari bahwa tuan Jarrat menjebaknya. "Kau lihat kedua pemuda itu? jelas Mereka bernasib sama dengan mu. Hanya saja bedanya kau dengan suka rela ingin jadi budak , sementara mereka pasti diambil paksa dari keluarganya sebaga konsekuensi keluarga nya yang tidak mampu bayar utang . Si Tua itu selalu menggunakan cara yang sama" Altong menunjuk dua pemuda yang sebelumnya bersama tuan Jarrat. Altong berbicara serius kali ini.
Hasea terdiam di tempatnya. Nampak ia sedang berfikir, dia belum bisa percaya bahwa manusia juga diperjual belikan. Akhirnya dia mendatangi kedua pemuda yang sebelumnya bersama tuan Jarrat.
"Apakah yang dia katakan benar?" Hasea menatap iba kepada salah satu pemuda itu. " Dia benar, keluarga kami hidup dalam kesusahan. Orang tua kami meminjam sejumlah uang kepada tuan Jarrat untuk dijadikan modal usaha, usaha tersebut bangkrut . Bunga pinjaman yang diberikan sangatlah besar, orang tua kami tidak mampu membayar. Akhirnya tuan Jarrat membawa kami dengan paksa" ucap pemuda tersebut.
Hasea tampak terdiam. Dia kemudian hanya ikut melangkah bersama dengan rombongan perampok Harinuan tersebut.
***
Tiga hari rombongan perampok Harinuan menempuh perjalanan di hutan, akhirnya mereka tiba di tengah hutan. Tampak perkemahan di sana, tampak beberapa orang lalu lalang. Di pintu masuk perkemahan tersebut nampak dijaga oleh pengawal .
Hasea memperhatikan sekelilingnya . Dari pengamatannya , perkemahan itu nampaknya baru didirikan. " Tak ku sangka ada perkemahan sebesar ini di tengah hutan" gumamnya dalam hati.
"Wah.. ketua muda Altong, kau sudah kembali.. seperti biasa pasti kau membawa banyak hasil jarahan" Seorang pria paruh baya menyambut kedatangan rombongan ketua muda Altong. "Hormat junior kepada ketua tengah Borong, ketua terlalu memuji.. rombongan hamba hanya beruntung kali ini" ucap Altong merendah.
"Apakah lagi-lagi kau menyelamatkan orang? Ketua tengah Borong menatap ke arah Hasea dan orang-orang tuan Jarrat. "Kau terlalu baik ketua muda Altong"
"Mereka hanya orang-orang yang kehilangan arah, salah satu dari mereka malah menganggap si tua Jarrat itu adalah orang baik. Hahaha" Altong mengejek Hasea.
*****
Mohon dukungan dari teman-teman semua. Author akan lebih semangat utk melanjutkan Novel ini. Sebuah like, rate bintang 5 dan comment akan sangat membantu..
Terima kasih atas support Teman-teman sekalian..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Iman Budianto
asyiiikk......bs belajar bhs batak..... horas bah....hahaha...
2021-05-12
0
Prabu-10
jurusnya g usah ditambahin level dong bang. malah jd kayak ayam geprek pedes lvl 1-10
2021-04-04
1
roalo_man
lanjuuuuttttt
2021-03-03
0