"Aku aku akan berangkat" Hasea menatap dengan tatapan yang dalam kepada Mentari. Mungkin ini adalah pertemuan mereka yang terakhir, itu yang ada di benak Hasea.
Hasea mulai melangkahkan kaki nya. "Tunggu" Mentari merai tangan Hasea. Jantung Hasea berdegup kencang seketika. Bagaimana pun logikanya berjalan, tapi perasaannya tak dapat dibohongi. Sebenarnya Hasea sungguh mengasihi wanita itu. Bagaimana tidak, diantara semua warga desa yang membencinya dan menganggapnya pembawa sial, Mentari justu sangat memperhatikannya.
"Aku harap kau selalu memakai ini" mentari memakaikan gelang dengan hiasan batu yang indah di pergelangan tangan Hasea. Galang yang dia buatnya sendiri untuk Hasea. "Saat kau melihat gelang ini, ingatlah aku. Jangan menaruh dendam pada desa ini, mereka juga mengalami hal yang kelam di masa lalu" ucap Mentari pelan . Air matanya menetes dari kedua bola matanya. Air mata perpisahan, menandakan kerinduan yang sangat panjang dimasa-masa yang akan datang. Air mata untuk melepas kepergian pemuda yang disayanginya.
" Tunggu sebentar" Hasea merogoh sesuatu dari bungkusan perbekalan. Tampak sebuah liontin batu giok berwarna hijau diambilnya dari sana " Ini untukmu sebagai kenang-kenangan"
Hasea meletakkan liontin itu di tangan Mentari. " Tidak, aku tidak dapat menerima nya . Itu adalah satu-satunya peninggalan ibumu. Kau harus menyimpannya" Mentari menyerahkan kembali liontin itu ke tangan Hasea. " Maafkan aku tidak bisa menerima nya. Dengan kau akan baik-baik saja sudah cukup bagiku" Mentari sedikit menyeka air mata nya.
Hasea akhirnya melangkahkan kakinya menjauhi Mentari. 5 langkah dia berjalan, namun tiba-tiba dia berbalik badan menghadap Mentari. Hasea mendatangi Mentari kemudian dia memeluk Mentari. Air mata Mentari semakin menjadi-jadi dalam pelukan Hasea. Beberapa saat mereka berpelukan, akhirnya Hasea melepas pelukan itu. "Aku akan pergi, jaga dirimu baik-baik"
"Sampai jumpa lagi" Ucapan Mentari itu tidak dijawab Hasea. Dia mempercepat langkahnya meninggalkan wanita itu, meninggalkan semua tentang desa Hariara. Dia memang tidak berniat kembali ke tempat ini.
***
Tiga hari sudah Hasea menempuh perjalanan. Dia terus saja melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Sepanjang perjalanan itu tak sekali pun dia mendapati perkampungan atau manusia lain. Di kiri dan kanan jalan setapak yang dia telusiri hanya ada hutan. Sesekali dia beristirahat untuk mengembalikan tenaga, saat tiba malam hari dia mencari tempat yang terlindung untuk tidur.
Hari ke kempat perjalanannya, tampak Hasea berada di jalan yang lebih besar. Tampaknya jalan itu adalah jalan utama yang menghubungkan antar desa, jalan yang juga menuju kota. Saat berjalan beberapa lama, di depan Hasea nampak sebuah kereta kuda yang terperosok ke kubangan. Beberapa orang tampak sedang berupaya melepaskan kereta kuda itu dari kubangan tersebut. Hasea berlari bermaksud untuk membantu.
Setelah beberapa saat akhirnya Kereta kuda tersebut lolos dari kubangan." Terima kasih anak muda, siapa namamu? Tanya seorang pria gendut dengan jenggot tipis yang sudah mulai beruban. " Nama saya Hasea tuan" Jawab Hasea kemudian.
"Kau adalah pemuda yang baik, dari mana asal mu? dan kemana tujuan perjalananmu?" tanya pria tersebut sambil memperhatikan gerak gerik Hasea. Sepertinya dia sedang mempertimbangkan sesuatu.
" Nama saya Hasea tuan, saya berasal dari desa Hariara dan saya belum tau tujuan saya"
"Hm...menarik, sepertinya kau pemuda yang kehilangan arah tujuan. Desa Hariara, aku bahkan tidak pernah mendengar nama desa itu" Pria itu berbicara sambil mengelus-elus jenggot tipisnya. "Ikutlah denganku, kau pria yang baik. Aku akan sangat senang mempekerjakanmu" pria itu memberi tawaran. "Baiklah tuan" jawab Hasea tanpa berfikir panjang. Dia juga memang belum memiliki tujuan. Jadi tidak ada salahnya menerima tawaran tersebut. Lagi pula menurut Hasea, pria ini pria yang baik.
Satu hari sudah Hasea ikut dalam rombongan tersebut. Dari hasil percakapan sepanjang jalan, Hasea mendapat informasi bahwa pria itu bernama Jarrat. Dia adalah pemilik rombongan tersebut. Jarrat adalah seorang pedagang.
Dalam rombongan tersebut terdapat satu kereta kuda yang di tarik oleh dua ekor kuda. Jarrat bersama dua orang pemuda yang lebih muda dari Hasea dan beberapa barang dagangan juga beberapa benda berharga lainnya tampak santai di atas kerera kuda.
Terdapat juga 4 orang yang menunggang kuda. Pakaian mereka dan pedang di pinggang masing-masing orang tersebut menandakan mereka adalah pengawal rombongan ini. Sementara Hasea berjalan di belakang mereka bersama dengan 4 orang pekerja Jarrat.
"Berhenti" salah satu pengawal tiba-tiba mengangkat tangan kanannya. "Nampaknya kita sedang di awasi" ujar pengawal tersebut. Tampak seluruh rombongan panik, termasuk juga Hasea. Keempat pengawal meningkatkan kewaspadaan.
Tiba-tiba dari semak di pinggir jalan terlempar sebuah kain berwarna hitam dengan corak garis-garis kuning.
"Tidak mungkin, rombongan perampok Harinuan" salah satu pengawal mulai panik
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Yono Sujono
lumayan ceritanya thor
2022-06-02
1
Tom 21
👍
2021-07-07
0
Jhon M Sihaloho
harinuan:lebah hutan👍👍🤣😁
2020-07-24
0