Never Been Hated

Jam dinding di ruang makan menunjuk pukul 6.05 ketika kudengar suara mobil berhenti di depan pagar. Ayah lebih dulu keluar menyambut tamu, sementara aku membuat kopi di dapur.

Dari cerita Ayah semalam, rencananya pagi ini Om Wigyo dan Ayah akan meninjau progres pembangunan perumahan di Kabupaten Malang. Lalu setelahnya melakukan peninjauan lokasi baru bersama Pak Agam sebagai pemilik tanah.

Karena loksinya lebih dekat dari rumah, maka Ayah mengundang mereka untuk kumpul di sini sekalian sarapan. Untung ada warung nasi pecel langganankup yang buka sejak jam lima pagi, sehingga tidak perlu repot menyiapkan sarapan.

"Mari, masuk-masuk," kata Ayah pada tamunya.

Tidak lama berselang, mereka bertiga sudah asyik ngobrol di ruang tamu. Sebelum mempersilakan mereka makan, kuperiksa kembali sajian di meja makan. Empat piring nasi pecel, sendok, garpu, toples berisi kerupuk, lauk pauk tempe dan ayam goreng.Tak ketinggalan pula empat gelas berisi air putih sudah tertata sedemikian rupa.

Perfect!

Lalu aku berjalan ke ruang tamu membawa nampan berisi tiga cangkir kopi. Juga untuk memberi tahu Ayah kalau sarapan sudah siap.

"Monggo, lebih baik sarapan dulu," kata Ayah mempersilakan.

"Waduh, jadi ngerepotin ini," sahut Om Wigyo sambil ikut berdiri.

“Cuma pecel kok," imbuhku sambil tersenyum sopan pada Om Wigyo. Kuletakkan tiga cangkir kopi itu di meja.

Satu tamu tidak segera berdiri mengikuti Ayah. Dia masih saja duduk sampai aku selesai meletakkan ketiga cangkir itu.

"Hallo, Serena. Selamat pagi," sapanya.

“Pagi, Pak. Eh, Mas Fian,” balasku kikuk. "Silakan ke dalam, sudah ditunggu Ayah," pintaku sopan.

"Baiklah, aku di belakangmu," ujarnya sambil berdiri.

Ayah dan Om Wigyo sudah duduk berhadapan di meja makan. Mereka sedang ngobrol seru ketika kami berdua sampai di ruang makan. Tak ayal lagi, aku harus duduk berhadapan dengan Pak Agam.

"Monggo silakan," kataku mempersilakan.

"Iya sampai lupa keasyikan ngobrol. Ayo, monggo-monggo," timpal Ayah.

Untuk beberapa waktu kami berempat berkonsentrasi pada makanan masing-masing. Hingga suara Om Wigyo memecah kesunyian. "Nada kapan lulus, katanya habis ujian, ya?"

“Masih lama, Om. Baru juga selesai semester satu,” jawabku sopan.

“Hemmm, tapi gak harus nunggu lulus juga sih buat nikah. Iya, nggak Fian?,” lanjut beliau.

Aku hampir tersedak mendengarnya, sementara Ayah tertawa renyah. Konspirasi mereka rupanya semakin terang-terangan.

"Terserah Nada saja, Om. Dia siap atau belum,” jawab Pak Agam santai sambil tersenyum padaku.

Buru-buru kuambil gelas berisi air putih dan menyesapnya untuk menenangkan diri.

"Kamu belum punya calon, kan?” tanya Om Wigyo sambil menunjuk padaku dengan sendoknya.

"Belum kok," sahut Ayah sambil tertawa.

“Nah, berarti tidak ada masalah. Fian juga sampai sekarang masih single. Terlalu sibuk ngajar dan kuliah terus, hahahha."

I hate this situation. Lagi-lagi tiga orang laki-laki ini bahas masalah nikah. Hal sensitif yang paling aku hindari. Apa nggak ada bahan obrolan lain? Ujung-ujungnya menjodohkan ku dengan Pak Agam.

Bimbang antara ingin menolak dan takut nilai resumeku jelek, aku diam beberapa saat. Semoga mereka segera membahas hal lain.

"Aku sih sangat setuju kalau Nada bersedia. Tinggal kita tentukan tanggalnya saja," ujar Ayah, seolah aku tidak ada di sana.

Ini sudah terlalu jauh, tidak bisa dibiarkan! Aku mendongak menatap Ayah. "Maaf, Yah. Saya punya pilihan sendiri. Sekarang Nada sedang dekat dengan seseorang." Kutahan emosi dan berusaha sesopan mungkin mengatakan hal itu.

“Oh, ya? Waduh kita telat, Fian,” sahut Om Wigyo.

"Kok kamu nggak pernah cerita."Wajah Ayah yang semula riang berubah serius seketika.

"Iya, maaf. Dia teman sekelas," jawabku tegas. Kulirik Pak Agam yang tiba-tiba menghentikan makannya. "Nanti Nada perkenalkan pada Ayah.”

"Ya, sudah. Kapan-kapan ajak kemari, mumpung Ayah di Malang," timpal Ayah dan kembali makan seperti tidak terjadi apa-apa.

Aku tersenyum penuh arti pada Pak Agam. Rasakan! batinku.

Pak Agam balas menatapku seperti sedang memikirkan sesuatu. Kubalas tatapannya dengan berani. This is my life, my teritory.

Tidak ada yang berkata-kata lagi setelah perbincangan tadi. Sampai Ayah dan Om Wigyo selesai makan. Mereka kembali ke ruang tamu untuk berdiskusi sambil ditemani kopi masing-masing. Hanya tertinggal aku dan Pak Agam di meja makan. Padahal dia juga sudah selesai, tapi tidak buru-buru ikut ke ruang tamu.

Tanpa bicara kuambil piring-piring dan alat makan yang kotor. Dia ikut berdiri ketika aku membereskan meja makan.

"Sini aku bantuin," katanya sambil mengangkat piring yang kutumpuk di sisi meja makan.

"Nggak usah, biar saya beresin sendiri. Mas Fian ke depan saja, sudah ditunggu," kataku kikuk mengambil tumpukan piring di tangannya.

Sayangnya dia tidak mau melepaskan piring itu begitu saja. "I insist," katanya memaksa.

"Nggak usah!" Kutarik agak keras. "Kamu, apa-apaan sih. Lepasin, nggak?"

"Aku bukan orang yang mudah melepaskan sesuatu. Ingat itu, Serena." Suaranya penuh dengan nada ancaman.

"Ya udah, kalau gitu taruh sana," jawabku kesal sambil berlalu ke dapur.

Dia mengikutiku ke dapur, meletakkan piring itu di wastafel. Tanpa kuduga, ia mengambil spons cuci dan hendak mencuci tumpukan piring tersebut.

"Sudah, biar aku saja." Kurebut spons cuci piring dari tangannya.

Dia melepaskan spons itu tapi tidak beranjak dari sana. Hanya bergeser mundur ke arah dinding sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Bersandar di dinding, ia mengamatiku yang sedang mencuci piring.

"Ini tamu nggak sopan banget," kataku bersungut-sungut.

"Kamu tambah cantik kalau marah." Tidak kugubris perkataannya barusan. "Ayahmu dan Om Wigyo setuju jika kita segera menikah."

Aku tertawa mendengarnya.

"Jangan konyol, itu hanya obrolan basa-basi antara dua sahabat. Kukira Anda lebih cerdas Bapak A-gam Al-fi-an-syah pe-ha-de," kuberikan penekanan pada gelarnya.

"Tapi kelihatannya mereka tidak main-main. Jadi, kapan kamu siap dilamar?"

Aku mendadak menghentikan semua aktivitas. Seluruh piring sudah selesai kucuci. Sekarang saatnya meladeni Dosen killer yang kurang kerjaan ini.

Aku membalikan badan, menghadapnya langsung. Belum sempat aku mengatakan sesuatu, Pak Agam berjalan mendekat. Otomatis aku mundur, tapi punggungku tertahan oleh wastafel.

Mau apa dia? Kenapa situasinya jadi seperti di komik-komik? Tanganku terkepal di sisi tubuh, memasang kuda-kuda. Jika dia berani macam-macam aku sudah siap.

Jarak di antara kami kurang dari satu langkah. Ini terlalu dekat, bisa kucium wangi after shave-nya yang segar. Pak Agam tersenyum padaku sementara satu tangannya terulur ke sisi tubuhku.

"Jangan tinggalkan kran mengalir. Matikan jika tidak digunakan," ucapnya santai di dekat telingaku. Kudengar suara kran air diputar sampai berhenti.

Betapa bodohnya aku, sampai lupa mematikan kran air. Ini semua gara-gara dia bertanya tentang lamaran.

Aku tidak berani mendongak. Semua kata umpatan dan bantahan yang ingin kuucapkan, tertelan kembali. Kami sama-sama bergeming dalam keadaan itu untuk beberapa saat.

"Fiaaaan! Kamu di mana?" teriakan Om Wigyo menyelamatkanku dari situasi ini. Dia berbalik dan meninggalkanku tanpa berkata apa-apa lagi.

Tubuhku terasa lunglai, masih bersandar pada pinggiran wastafel sambil menarik nafas lega. Rasa benciku semakin naik ke ubun-ubun. Memangnya siapa dia, berani-beraninya mengatur hidupku dan mengintimidasi seperti itu. Dasar! Nggak di kampus nggak di sini, kerjaannya bikin orang keki saja.

Kubasuh muka sambil menenangkan diri. Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus segera memperkenalkan Rendra pada Ayah. Sehingga si Fian itu tidak akan berani menggunakan Ayah untuk mendekatiku lagi. Aku melangkah keluar dengan tersenyum mendapat ide itu.

Rupanya Ayah dan Om Wignyo sudah selesai berdiakusi. Sementara itu Pak Agam sedang memindahkan peralatan untuk mengukur tanah ke dalam mobil. Di belakangnya, Ayah menenteng berkas yang sudah disiapkan semalam.

Akhirnya mereka akan pergi juga. Yeeeees!

"Kayaknya pulangnya agak sore," kata Ayah.

"Iya Ayah, hati-hati." Kucium tangan beliau sebelum naik ke mobil Pak Agam.

"Makasih banyak sarapannya, Serena" kata Om Wigyo dari kursi penumpang depan.

"Sama-sama Om, hati-hati," jawabku sopan.

Pak Agam tersenyum padaku dari kursi sopir dan kubalas dengan anggukan sopan. Dia menyalakan mesin lalu mengklakson sekali.

“Assalamualaikum,” ucapnya.

“Waalaikum salam,” jawabku.

*

Tiga puluh menit kemudian aku sudah tenggelam dalam dunia fantasi. Namun pertanyaan Pak Agam membuatku tak bisa membaca satu kalimat pun tanpa mengulang.

Capek juga harus berkali-kali membolak balik halaman karena otakku tidak bisa mengikuti jalan cerita. Meskipun berusaha fokus, tapi pikiranku benar-benar tidak bisa diajak bekerja sama.

Aaaarrrggg!

Kuhempaskan tubuh di atas kasur bersama novel yang terlempar agak jauh dari tangan. Pikiranku melayang kembali pada rencana untuk mengenalkan Rendra.

Aku bangkit dari tidur dan duduk di sisi kasur hendak meraih ponsel bercasing biru di atas meja. Rasa ragu mulai menjalar, tapi aku harus melakukannya.

Hampir saja aku berteriak gara-gara kaget mendengar ringtone Ed Sheran berbunyi. Biasanya lagu itu akan membuatku tenang, tapi sekarang terdengar seperti background film thriller.

Setelah menepuk dada beruang kali untuk menenangkan diri, buru-buru kuambil ponsel itu. Panggilan dari nomor tidak dikenal.

Terima atau tolak? Aku masih berpikir dan panggilan itu terhenti. Biar saja, mungkin orang iseng. Tidak lama berselang panggilan itu berbunyi lagi dari nomor yang sama. Akhirnya, kugeser tombol terima.

"Hallo, Serena."

Suara berat itu seperti bisikan mesra di telinga. Kujauhkan ponsel dari telinga untuk melihat layarnya. Nomor siapa ya? Agar tidak terlalu mengerikan, kutekan tombol loudspeaker.

"Hallo, Nada. Kamu di sana?" Suara itu tidak asing.

“Ini siapa ya?"

"Agam." Hampir saja ponselku terlepas dari genggaman.

"Mau apa kamu?" Gara-gara kaget, aku kasar banget. "Ma-maksud saya, ada apa ya Pak, eh Mas?" Kutepuk dahiku sendiri.

"Hape Om Guntur ketinggalan. Dia minta tolong aku buat telepon kamu. Tolong cek, apa benar tertinggal di rumah?" katanya serius.

"Oh, iya-iya. Maaf ya, Pak-eh-Mas. Saya kira siapa tadi, nomornya belum tersimpan," jawabku gugup.

"Nada," suaranya menghentikan langkahku ke luar kamar.

"Iya?"

"Simpan nomor saya. Dan jangan lupa perjanjian kita tentang resume itu masih berlaku." Suaranya sedikit direndahkan. Tapi tegas dan tak terbantah.

"Em, eh. Iya, Mas."

Dengan sedikit frustasi aku berjalan ke ruang tamu. Kosong, tidak ada hape Ayah di sana. Lalu aku ke kamar Ayah, ternyata hapenya tertinggal di meja.

"Hallo, ada orang di sana?" tanyaku ke seberang.

"Gimana? Ada?"

"Ada, Mas. Di kamar Ayah."

Kudengar Pak Agam berbicara pada Ayah di kejauhan.

"Hallo, Nad." Suara Pak Agam terdengar kembali, kali ini lebih pelan. "Om Guntur sudah kukasih tahu. Makasih, ya."

"Iya, Mas. Sama-sama."

"Betewe, nanti malam temani aku ke festival Malang Tempo Doeloe, ya?" lanjutnya.

Gawat! Dia berani ngajak keluar, dan aku yakin Ayah pasti tidak keberatan.

"Kamu pasti belum pernah ke sana ’kan?" tanyanya lagi.

"Maaf, tapi saya sudah ada janji dengan orang lain."

"Menurut perjanjian bukankah kamu harus menuruti permintaanku?" Sebuah kalimat retorika untuk memaksa.

Karena aku hanya diam, akhirnya dia berkata,"Oke. Sudah dulu ya, nanti kita bicara lagi lagi. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam." Langsung kututup telepon seketika.

Aku merapatkan punggung ke dinding untuk mencari sandaran. Ini tidak bisa ditunda lagi. Ayah harus segera bertemu Rendra.

Masih dengan berdiri, kucari nomor kontak Rendra dan meneleponnya. Terdengar nada sambung, kutunggu. Sampai terdengar suara mbak-mbak mesin penjawab, dia tidak mengangkat panggilanku.

Kemana dia ya?

Coba kutelepon sekali lagi. Masih sama, tidak diangkat. Akhirnya aku menyerah. Lebih baik ku-chat WA saja dia.

me: aku telepon, nggak diangkat √√

me: sibuk ta? √√

me: lagi ngapain sih? √√

me: kalau nanti malam, sibuk gak? √√

me: bisa nggak kita ketemuan? √√

me: aku pengen ngomong √√

me: penting √√

Semoga saja dia segera menjawab.

Masih duduk dilantai, kupandangi layar gawai dari chat WA ke aplikasi Mangatoon bergantian. Penantianku akan jawaban Rendra berakhir ketika rasa lapar menyerang.

Aku bergegas meninggalkan kamar Ayah menuju kulkas, mencari sesuatu untuk pengganjal lapar. Lumayan, masih ada roti dan dua butir apel. Sambil mengunyah, kuperiksa ponsel. Masih tidak ada jawaban dari Rendra. Yah sudahlah. Lebih baik setelah ini aku salat lalu berusaha tidur.

*

Aku baru saja keluar dari kamar mandi ketika terdengar deru mobil berhenti di depan rumah. Buru-buru kusambar jilbab ungu lalu berlari ke ruang tamu untuk membuka pintu.

"Assalamualaikum," kata Ayah begitu masuk halaman.

"Waalaikum salam," jawabku sambil mencium tangan beliau.

Ayah masuk ke rumah sambil menenteng tas. "Bantuin Fian masukin alat ke bagasi mobil Ayah," perintahnya padaku.

Aku mengangguk dan bergegas masuk ke kamar Ayah untuk mengambil kunci mobil. Pak Agam sedang mengeluarkan beberapa barang dari mobilnya ketika aku berhasil membuka bagasi mobil Ayah. Setelah itu, aku menghampirinya.

“Kata Ayah, langsung dipindah ke mobil sini," ujarku padanya.

"Oke," jawab Pak Agam singkat.

Aku hendak mengangkat kaki tiga, tapi dicegahnya.

"Sudah, biar aku saja. Tolong bikin kopi saja, ya," pintanya padaku dengan tersenyum.

Seketika perutku terasa mulas. Kenapa senyumnya membuatku grogi? Pak Agam melewatiku yang masih terpaku di belakang mobilnya.

Oh, iya bikin minum.

Aku bergegas masuk ke dalam rumah tanpa menoleh lagi. Laju detak jantungku rasanya berpacu, nervous!

Sesampainya di dapur, aku menghela napas, inhale, exhale, inhale, exhale. Kupanaskan air dalam teko sambil mengintip ke luar. Rupanya Pak Agam sudah duduk di ruang tamu. Ayah keluar dari kamar sudah berganti pakaian dan memakai sarung, seperti hendak salat. Beliau pergi ke ruang tamu.

"Kamu mandi dan salat di sini saja sekalian, baru pulang," kudengar kata Ayah pada Pak Agam.

Ayah masuk ke ruang tengah diikuti Pak Agam.

"Pakai saja kamarku untuk salat, itu ada sarung di atas kasur," kata Ayah lagi.

"Makasih Om," jawab Pak Agam lalu masuk ke kamar Ayah. Setelahnya, Ayah masuk ke kamarku untuk salat.

Air di dalam teko sudah mendidih. Segera kuseduh dua cangkir kopi. Setelah selesai mengaduknya kuletakkan di atas nampan dan membawanya keluar.

Aku berjalan santai ke ruang tamu melewati kamarku lalu melewati kamar Ayah yang pintunya terbuka. Kulihat Pak Agam sedang salat. Di meja ruang tamu kuletakkan kopi lalu duduk.

Aku bingung juga mau kemana setelah ini, di kamarku ada Ayah. Mau ke dapur juga tidak ada yang bisa kulakukan. Mau duduk di ruang makan nanti ketemu Pak Agam pas keluar kamar. Ya sudah aku duduk di sini saja sambil manyun.

"Ehem," suaranya mengagetkanku.

Dia tampak sangat segar, rambutnya yang ikal sedikit basah dan tampak tersisir ke belakang. Sambil tersenyum dia duduk di hadapanku.

Ayah ke mana sih? Mau kutinggal tapi nggak sopan juga.

"Gimana, nanti malam? Mau kan jalan-jalan ke Malang Tempo Doeloe? Nggak harus pakai baju jadul kok," katanya.

"Waduuh, saya nggak punya. Eh, maksud saya. Sudah ada janji sama teman," elakku.

Satu alisnya terangkat. Entahlah, meskipun dia menyadari kebohonganku aku tidak peduli. Lagian Rendra sudah ku-WA.

"Om Wigyo mana?" tanyaku berusaha mengalihkan perhatian.

"Dia tadi langsung minta di antar ke rumah adiknya di Kepanjen. Besok ada acara lamaran keponakan katanya," jawab Pak Agam.

"Ooo," timpalku sambil manggut-manggut.

"Om Guntur mana ya, aku mau pamit," katanya tiba-tiba.

"Biar aku panggilkan. Silakan diminum dulu," jawabku sambil beranjak.

"Serena?"

"Ya?" Aku berhenti berjalan dan menoleh padanya.

"Makasih ya, kopinya," katanya sambil mengangkat cangkir. Senyumnya mengembang sebelum bibirnya menyentuh cangkir. Tapi kedua manik mata berwarna biru kelam itu tidak melepaskan pandangannya dariku.

Aku menelan ludah dengan kikuk. Segera kutundukkan pandangan dan setengah berlari masuk ke dalam.

Pintu kamarku terbuka. Melihat kedatanganku, Ayah yang sedang berbaring santai di kasur menoleh. Sebuah novel yang tidak selesai kubaca ada di tangannya.

"Ayah, tamunya mau pulang tuh," kataku.

"Kamu masih sempet baca novel, ya," kata beliau sambil beranjak bangun.

Aku hanya garuk-garuk kepala sambil menghampiri tempat tidurku yang berantakan oleh novel.

"Kupikir kalian mau ngobrol dulu. Makanya Ayah nggak mau nggangu," kata Ayah sambil berjalan melewatiku dan tersenyum penuh arti.

Tidaaaaaaaak! Ayah ikut mendukung dosen itu.

Begitu terdengar suara Ayah dan Pak Agam sedang ngobrol di ruang tamu, kututup pintu kamar. Aku tidak keluar lagi sampai Pak Agam pulang. Sibuk menata tempat tidur dan menyusun sepuluh novel yang belum habis kubaca. Saat tanganku bekerja, penanda pesan WA berbunyi. Sebuah balasan yang mengecewakan dari Rendra.

Rendra: [Maaf gak bisa keluar, malam ini. Aku sedang persiapan, besok ada acara keluarga]

Rendra: [see u soon]

me: [ok ]

me: [oh iya ransel dan lepimu masih di aku]

Rendra: [bawain ya Senin]

Rendra: [makasih.]

Apakah artinya aku harus keluar dengan Pak Agam malam ini?

***

Terpopuler

Comments

Indah Lestary

Indah Lestary

Kepanjen asalku Thor😉

2020-05-04

0

Iwin Soviyatiningsih

Iwin Soviyatiningsih

jangan2 Rendra keponakannya om wignyo???

2020-04-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 First Meeting
3 Expelled
4 Feeling Something
5 An Unrejectable Offer
6 Must Be Joking
7 Surprise
8 I Will Get You
9 The Test
10 Blackmailed
11 The Term and Condition
12 Honesty
13 Let Me be Yours
14 Never Been Hated
15 Backstreet
16 1Perfect Life
17 Upside-down (1)
18 Upside Down (2)
19 Coban Pelangi (1)
20 Coban Pelangi (2)
21 Slice Of Life
22 He Loves Me?
23 The Opposite
24 The Wedding Party
25 On The Edge
26 Broken Heart
27 The Plan
28 The Truth
29 Forgive
30 The Lost Pieces
31 Good Bye Narendra
32 Release
33 Almost
34 Is Not The End
35 BETE
36 Telepon Tak Terduga
37 On The Way
38 Alien
39 Mak Lampir
40 Someone Like You
41 DUET MAUT
42 Eror
43 Rencana
44 CREEPY
45 Rockabye Baby
46 HUNTING (1)
47 HUNTING (2)
48 Kacau
49 Bad Mood
50 Smartphone
51 Tanpa Kabar (1)
52 Tanpa Kabar (2)
53 Smartphone Aneh
54 Tanpa Kabar (3)
55 IT Security
56 Outbond
57 TAKE OFF
58 REMEMBER
59 TERPISAH
60 Never Let Me Go
61 Dia itu...
62 Prepared (1)
63 Prepared (2)
64 Gagal
65 Another Side
66 H-1 Lamaran (1)
67 Sebelum Lamaran (2)
68 A Note from The Author
69 Lamaran (1)
70 Lamaran (2)
71 Lamaran (3)
72 Lamaran (4)
73 Lamaran (5)
74 Monday (1)
75 Monday (2)
76 Monday (3)
77 Tuesday
78 Wednesday ( In early morning)
79 Wednesday (2)
80 Wednesday (3)
81 Curhat Malam Jumat
82 Free-Day
83 Friday
84 Saturday
85 Saturday (2)
86 Memories
87 Memories-2
88 Memories-3
89 Weton
90 Perfect Night
91 JATUH HATI
92 The Reason-1
93 The Reason-2
94 Jatuh Hati-2
95 Senin-1
96 Senin-2
97 Selasa
98 Selasa-2
99 Firasat -1
100 Firasat-2
101 Firasat-3
102 Selasa-3
103 H-13
104 H-12
105 H-11
106 H-10
107 H-9
108 H-8
109 H-8 (malam)
110 H-7 Agam
111 H-7 Nada
112 H-6 (AGAM )
113 H-6 NADA
114 H-5 NADA
115 H-5 AGAM
116 H-4 NADA
117 H-4 AGAM
118 H-4 AGAM (Night)
119 H-3 NADA
120 H-3 AGAM
121 H-3 AGAM (2)
122 H-3 AGAM (3)
123 H-2 NADA
124 H-2 AGAM
125 My Mind
126 Going Crazy
127 SIRAMAN
128 MIDODARENI
129 Sebelum Akad - Nada
130 Sebelum Akad - AGAM
131 Ijab Qabul
132 Setelah Ijab Kabul
133 Pose di Kamar
134 Bersama
135 Tertidur
136 PANGGIH-Temu Manten
137 Ceramah - Ganti Baju
138 He Makes Me Feel
139 Resepsi Sore -1
140 Resepsi sore -2
141 Dimanja
142 Usil
143 The Gift
144 Pengintaian
145 Nggak Jadi
146 Cuddle
147 Cuddle (2)
148 Sabar, Nada
149 Farewell, Neva
150 Home Sweet Home
151 Back To Work
152 Yangti
153 Boleh Pulang
154 Meet You Again
155 Dawuh, Kawruh
156 SEASON 3 - New Beginning (Author Note)
157 S3 - Eps 1
158 S3 - Eps 2
159 S3 - Eps 3
160 S3 - Eps 4
161 S3 - Eps 5
162 S3 - Eps 6
163 S3 - Eps 7
164 S3 - Eps 8
165 S3 - Eps 9
166 S3 - Eps 10
167 Author Note (New Novel)
168 S3 - Eps 11
169 S3 - Eps 12
170 S3 - Eps 13
171 S3 - Eps 14
172 S3 - Eps 15
173 S3 - Eps 16
174 S3 - Eps 17
175 S3 - Eps 18
176 S3 - Eps 19
177 S3 - Eps 20
178 S3 - Eps 21
179 S3 - Eps 22
180 S3 - Eps 23
181 S3 - Eps 24
182 S3 - Eps 25
183 S3 - Eps 26
184 S3 - Eps 27
185 S3 - Eps 28
186 S3 - Eps 29
187 S3 - Eps 30
188 S3 - Eps 31
189 S3 - Eps 32
190 S3 - Eps 33
191 S3 - Eps 34
192 S3 - Eps 35
193 S3 - Eps 36
194 S3 - Eps 37
195 S3 - Eps 38
196 S3 - Eps 39
197 S3 - Eps 40
198 S3 - Eps 41
199 S3 - Eps 42
200 S3 - Eps 43
201 S3 - Eps 44
202 S3 - Eps 45
203 S3 - Eps 46
204 S3 - Eps 47
205 S3 - Eps 48
206 S3 - Eps 49
207 S3 - Eps 50
208 S3 - Eps 51
209 S3 - Eps 52
210 S3 - Eps 53
211 S3 - Eps 54
212 S3 - Eps 55
213 S3 - Eps 56
214 S3 - Eps 57
215 S3 - Eps 58
216 S3 - Eps 59
217 S3 - Eps 60
218 S3 - Eps 61
219 S3 - Eps 62
220 S3 - Eps 63
221 S3 - Eps 64
222 S3 - Eps 65
223 S3 - Eps 66
224 S3 - Eps 67
225 S3 - Eps 68
226 S3 - Eps 69
227 S3 - Eps 70
228 S3 - Eps 71
229 Selamat Idul Fitri
230 S3 - Eps 72
231 S3 - Eps 73
232 S3 - Eps 74
233 S3 - Eps 75
234 S3 - Eps 76
235 S3 - Eps 77
236 S3 - Eps 78
237 S3 - Eps 79
238 S3 - Eps 80
239 S3 - Eps 81
240 S3- Eps 82
241 S3 - Eps 83
242 S3 - Eps 84
243 S3 -Eps 85
244 S3 - Eps 86
245 S3 - Eps 87 Hello reader Aku update loh. Betewe jangan lupa Tap Like n komen
246 S3 - Eps 88
247 S3 - Eps 89
248 S3 - Eps 90
249 S3 - Eps 91
250 S3 - Eps 92
251 S3 - Eps 93
252 S3 - Eps 94
253 S3 - Eps 95
254 S3 - Eps 96 Kok makin pelit like-nya ya
255 S3 - Eps 97 Jangan lupa like-nya ya
256 S3 - Eps 98 Jangan lupa like-nya ya
257 S3 - Eps 99
258 S3 - Eps 100
259 S3 - Eps 101
260 S3 Eps 102
261 S3 Eps 103
262 S3 Eps 104
263 S3 Eps 105
264 S3 Eps 106
265 S3 Eps 107
266 S3 Eps 108
267 S3 Eps 109
268 S3 Eps 110
269 S3 Eps 111
270 S3 Eps 112
271 S3 Eps 113
272 S3 Eps 114
273 S3 Eps 115
274 S3 Eps 116
275 S3 Eps 117
276 S3 Eps 118
277 S3 Eps 119
278 S3 Eps 120
279 S3 Eps 121
280 S3 Eps 122
281 S3 Eps 123
282 S3 Eps 124
283 S3 Eps 125
284 S3 Eps 126
285 S3 Eps 127
286 S3 Eps 128
287 S3 Eps 129
288 S3 Eps 130
289 S3 Eps 131
290 S3 Eps 132
291 S3 Eps 133
292 S3 Eps 134
293 S3 Eps 135
294 Eps 136
295 Eps 137
296 S3 Eps 138
297 S3 Eps 139
298 S3 Eps 140
299 Extra Part Season 3
300 SEASON 4
301 Season 4 1. The Gift
302 2. Pekerjaan dan Kesenangan
303 3. Kikuk
304 4. Say Good Morning!
305 5. Hunting dan Pening
306 Bermain Api
307 Bukan Keputusan Sesaat
308 Ngumpet
309 Tamu Tak Terduga
310 Dilema
311 Resah
312 Shock
313 Kacau
314 Rencana
315 Kejutan
316 Bersamanya
317 Simalakama
318 Ghibah Mantan
319 Maafkan Aku
Episodes

Updated 319 Episodes

1
Prolog
2
First Meeting
3
Expelled
4
Feeling Something
5
An Unrejectable Offer
6
Must Be Joking
7
Surprise
8
I Will Get You
9
The Test
10
Blackmailed
11
The Term and Condition
12
Honesty
13
Let Me be Yours
14
Never Been Hated
15
Backstreet
16
1Perfect Life
17
Upside-down (1)
18
Upside Down (2)
19
Coban Pelangi (1)
20
Coban Pelangi (2)
21
Slice Of Life
22
He Loves Me?
23
The Opposite
24
The Wedding Party
25
On The Edge
26
Broken Heart
27
The Plan
28
The Truth
29
Forgive
30
The Lost Pieces
31
Good Bye Narendra
32
Release
33
Almost
34
Is Not The End
35
BETE
36
Telepon Tak Terduga
37
On The Way
38
Alien
39
Mak Lampir
40
Someone Like You
41
DUET MAUT
42
Eror
43
Rencana
44
CREEPY
45
Rockabye Baby
46
HUNTING (1)
47
HUNTING (2)
48
Kacau
49
Bad Mood
50
Smartphone
51
Tanpa Kabar (1)
52
Tanpa Kabar (2)
53
Smartphone Aneh
54
Tanpa Kabar (3)
55
IT Security
56
Outbond
57
TAKE OFF
58
REMEMBER
59
TERPISAH
60
Never Let Me Go
61
Dia itu...
62
Prepared (1)
63
Prepared (2)
64
Gagal
65
Another Side
66
H-1 Lamaran (1)
67
Sebelum Lamaran (2)
68
A Note from The Author
69
Lamaran (1)
70
Lamaran (2)
71
Lamaran (3)
72
Lamaran (4)
73
Lamaran (5)
74
Monday (1)
75
Monday (2)
76
Monday (3)
77
Tuesday
78
Wednesday ( In early morning)
79
Wednesday (2)
80
Wednesday (3)
81
Curhat Malam Jumat
82
Free-Day
83
Friday
84
Saturday
85
Saturday (2)
86
Memories
87
Memories-2
88
Memories-3
89
Weton
90
Perfect Night
91
JATUH HATI
92
The Reason-1
93
The Reason-2
94
Jatuh Hati-2
95
Senin-1
96
Senin-2
97
Selasa
98
Selasa-2
99
Firasat -1
100
Firasat-2
101
Firasat-3
102
Selasa-3
103
H-13
104
H-12
105
H-11
106
H-10
107
H-9
108
H-8
109
H-8 (malam)
110
H-7 Agam
111
H-7 Nada
112
H-6 (AGAM )
113
H-6 NADA
114
H-5 NADA
115
H-5 AGAM
116
H-4 NADA
117
H-4 AGAM
118
H-4 AGAM (Night)
119
H-3 NADA
120
H-3 AGAM
121
H-3 AGAM (2)
122
H-3 AGAM (3)
123
H-2 NADA
124
H-2 AGAM
125
My Mind
126
Going Crazy
127
SIRAMAN
128
MIDODARENI
129
Sebelum Akad - Nada
130
Sebelum Akad - AGAM
131
Ijab Qabul
132
Setelah Ijab Kabul
133
Pose di Kamar
134
Bersama
135
Tertidur
136
PANGGIH-Temu Manten
137
Ceramah - Ganti Baju
138
He Makes Me Feel
139
Resepsi Sore -1
140
Resepsi sore -2
141
Dimanja
142
Usil
143
The Gift
144
Pengintaian
145
Nggak Jadi
146
Cuddle
147
Cuddle (2)
148
Sabar, Nada
149
Farewell, Neva
150
Home Sweet Home
151
Back To Work
152
Yangti
153
Boleh Pulang
154
Meet You Again
155
Dawuh, Kawruh
156
SEASON 3 - New Beginning (Author Note)
157
S3 - Eps 1
158
S3 - Eps 2
159
S3 - Eps 3
160
S3 - Eps 4
161
S3 - Eps 5
162
S3 - Eps 6
163
S3 - Eps 7
164
S3 - Eps 8
165
S3 - Eps 9
166
S3 - Eps 10
167
Author Note (New Novel)
168
S3 - Eps 11
169
S3 - Eps 12
170
S3 - Eps 13
171
S3 - Eps 14
172
S3 - Eps 15
173
S3 - Eps 16
174
S3 - Eps 17
175
S3 - Eps 18
176
S3 - Eps 19
177
S3 - Eps 20
178
S3 - Eps 21
179
S3 - Eps 22
180
S3 - Eps 23
181
S3 - Eps 24
182
S3 - Eps 25
183
S3 - Eps 26
184
S3 - Eps 27
185
S3 - Eps 28
186
S3 - Eps 29
187
S3 - Eps 30
188
S3 - Eps 31
189
S3 - Eps 32
190
S3 - Eps 33
191
S3 - Eps 34
192
S3 - Eps 35
193
S3 - Eps 36
194
S3 - Eps 37
195
S3 - Eps 38
196
S3 - Eps 39
197
S3 - Eps 40
198
S3 - Eps 41
199
S3 - Eps 42
200
S3 - Eps 43
201
S3 - Eps 44
202
S3 - Eps 45
203
S3 - Eps 46
204
S3 - Eps 47
205
S3 - Eps 48
206
S3 - Eps 49
207
S3 - Eps 50
208
S3 - Eps 51
209
S3 - Eps 52
210
S3 - Eps 53
211
S3 - Eps 54
212
S3 - Eps 55
213
S3 - Eps 56
214
S3 - Eps 57
215
S3 - Eps 58
216
S3 - Eps 59
217
S3 - Eps 60
218
S3 - Eps 61
219
S3 - Eps 62
220
S3 - Eps 63
221
S3 - Eps 64
222
S3 - Eps 65
223
S3 - Eps 66
224
S3 - Eps 67
225
S3 - Eps 68
226
S3 - Eps 69
227
S3 - Eps 70
228
S3 - Eps 71
229
Selamat Idul Fitri
230
S3 - Eps 72
231
S3 - Eps 73
232
S3 - Eps 74
233
S3 - Eps 75
234
S3 - Eps 76
235
S3 - Eps 77
236
S3 - Eps 78
237
S3 - Eps 79
238
S3 - Eps 80
239
S3 - Eps 81
240
S3- Eps 82
241
S3 - Eps 83
242
S3 - Eps 84
243
S3 -Eps 85
244
S3 - Eps 86
245
S3 - Eps 87 Hello reader Aku update loh. Betewe jangan lupa Tap Like n komen
246
S3 - Eps 88
247
S3 - Eps 89
248
S3 - Eps 90
249
S3 - Eps 91
250
S3 - Eps 92
251
S3 - Eps 93
252
S3 - Eps 94
253
S3 - Eps 95
254
S3 - Eps 96 Kok makin pelit like-nya ya
255
S3 - Eps 97 Jangan lupa like-nya ya
256
S3 - Eps 98 Jangan lupa like-nya ya
257
S3 - Eps 99
258
S3 - Eps 100
259
S3 - Eps 101
260
S3 Eps 102
261
S3 Eps 103
262
S3 Eps 104
263
S3 Eps 105
264
S3 Eps 106
265
S3 Eps 107
266
S3 Eps 108
267
S3 Eps 109
268
S3 Eps 110
269
S3 Eps 111
270
S3 Eps 112
271
S3 Eps 113
272
S3 Eps 114
273
S3 Eps 115
274
S3 Eps 116
275
S3 Eps 117
276
S3 Eps 118
277
S3 Eps 119
278
S3 Eps 120
279
S3 Eps 121
280
S3 Eps 122
281
S3 Eps 123
282
S3 Eps 124
283
S3 Eps 125
284
S3 Eps 126
285
S3 Eps 127
286
S3 Eps 128
287
S3 Eps 129
288
S3 Eps 130
289
S3 Eps 131
290
S3 Eps 132
291
S3 Eps 133
292
S3 Eps 134
293
S3 Eps 135
294
Eps 136
295
Eps 137
296
S3 Eps 138
297
S3 Eps 139
298
S3 Eps 140
299
Extra Part Season 3
300
SEASON 4
301
Season 4 1. The Gift
302
2. Pekerjaan dan Kesenangan
303
3. Kikuk
304
4. Say Good Morning!
305
5. Hunting dan Pening
306
Bermain Api
307
Bukan Keputusan Sesaat
308
Ngumpet
309
Tamu Tak Terduga
310
Dilema
311
Resah
312
Shock
313
Kacau
314
Rencana
315
Kejutan
316
Bersamanya
317
Simalakama
318
Ghibah Mantan
319
Maafkan Aku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!