Eps 7

Senja telah berganti malam, tepatnya memasuki pukul 19:00. Prilly masih menghubungi para pelayan suruhan Priska yang kini merawat ayahnya.

Ia ingin memastikan kalau kini ayahnya baik-baik saja, dan semua kekhawatiran yang tadi sempat melanda, hanyalah bayangannya yang berlebihan.

Prilly lega. Ya, sebab mereka mengatakan bahwa kini kondisi ayah Prilly semakin membaik. Ia sudah mulai bisa menggerakkan tangan, mengarahkannya ke sesuatu tempat, meski belum sepenuhnya kuat untuk memegang benda seperti ponsel dan lainnya.

"Benarkah? Terima kasih sudah merawat ayah saya!"

Tidak perlu berterima kasih begitu, Nona. Kami hanya menjalankan tugas!

"Tetap saja saya harus berterima kasih, karena kalian sudah merawat ayah saya dengan tulus. Apa ayah saya masih sering marah-marah?"

Ya, Nona. Sepertinya ayah anda memang bertempramen kasar. Tapi tidak apa-apa, kami di sini berlima. Hanya merawat satu pasien bertempramen begitu, tidak akan membuat kami kelelahan.

"Ahaha, saya benar-benar minta maaf, karena telah merepotkan kalian!"

Tidak, Nona. Kami tidak kerepotan, kok!

Tap.

Tap.

Tap.

Prilly terdiam sejenak. Merenggangkan ponsel yang sebelumnya merapat di sela daun telinga.

Langkah seseorang terdengar memasuki ruang apartemen setelah bunyi derit pintu yang terbuka.

"Sudah dulu, ya! Terima kasih sudah mengangkat telepon saya, lain kali saya akan menghubungi kalian lagi!"

Tut.

Tut.

Prilly mematikan ponselnya, menyadari sepertinya sang tuan muda sudah pulang. Rasa takut langsung menusuk ke sanubari.

Langkah Revan terdengar berjalan di tengah ruang apartemen. Suara sepatu yang dilepas langsung menembus rongga kecil telinga Prilly, berganti dengan tapakan kaki pria yang menggunakan alas tipis, terdengar menuju bathroom di luar kamar.

Apakah sudah tiba saatnya Prilly menyerahkan tubuhnya pada pria sombong itu. Prilly hanya bisa berpasrah diri.

Tangan dan kakinya mulai mengeluarkan keringat dingin, jantungnya mulai berdetak tak karuan, ia berusaha mengusir jauh rasa gugupnya, tapi sungguh tak bisa mengelak untuk tidak gugup. Keringat dingin bahkan semakin membanjir di telapak tangannya.

Dag, dug.

Dag, dug.

Jantungnya bahkan terpompa kencang. Tak lagi dapat ia kendalikan.

Bip.

Layar pada ponsel Prilly yang tadi sempat redup seketika kembali menyala. Satu buah notifikasi langsung menyambar pandangan Prilly. Dengan gemetar ia meraih ponsel itu.

Siapa lagi yang menghubunginya kali ini kalau bukan si tuan sombong.

Hei, kamu di mana?

"Ia baru saja datang dan langsung menanyakan di mana keberadaanku?" pikirnya, mulai cemas.

"Di kamar," balas Prilly singkat.

Temui aku di meja dapur sekarang.

"Sekarang katanya? Oh tidak, bagaimana ini? Bagaimana ini?" Meski takut, Prilly tak dapat berbuat banyak selain menuruti saja.

Baik, Tuan.

Ia terpaksa mengiyakan.

Prilly mengeratkan genggamannya pada ponsel di tangan sebelum melangkah menuju ruang dapur. Sementara sebelah tangannya lagi sudah meremas piyama longgar yang ia kenakan.

Prilly sengaja menggunakan baju yang membuatnya terlihat tidak menarik. Ditambah wajah yang sengaja ia buat berantakkan, berharap dengan begitu, tuan muda merasa risih lalu mengurungkan niatnya untuk melakukannya malam itu.

Ia sudah tiba, tuan muda terlihat berdecih menyunggingkan senyumnya. Tawa kecilnya terdengar lirih.

Apa lagi taktik yang digunakan wanita ini, kemarin dengan santainya dia mengenakan pakaian terbuka di depanku, sekarang tiba-tiba saja berpakaian tertutup begitu!

"Cih!" Revan berdecih kecil, terlihat jelas ia sedang meledek Prilly. Ya, Prilly tahu dari gelagatnya.

Apa yang dia pikirkan? Huh, aku tahu dia pasti ingin menghinaku lagi! gerutu Prilly dalam hati.

"Saya sudah di sini, Tuan!"

"Ya, aku melihatnya, duduklah!" ucapnya yang tetap meneruskan makannya. Ia tak terganggu sedikitpun oleh kehadiran Prilly. Cukup lama Prilly menjadi penonton.

A**pa dia akan makan sendiri lagi seperti kemarin? Tapi .. kali ini menunya terlihat berlebihan untuknya seorang diri. Rasanya gak mungkin dia sanggup menghabiskan makanan sebanyak ini. Mana lezat semua lagi, membuatku ngiler saja.

"Kenapa diam? Kau tidak lapar?"

"Ehh!" Prilly tersentak kaget. Jadi ternyata aku boleh makan?

"Makanlah!"

"Emm, iya, baik, Tuan."

Waah, ternyata dia mengajakku makan.

Prilly meraih satu buah mangkuk yang berisi mie ramen di atas meja. Ya, karena ia memang menyukai mie, terlebih menu yang itu masih terlihat utuh, Prilly mulai menyumpitnya ke dalam mulut.

"Bukankah kau sudah tidak sabar ingin tidur denganku? Kenapa berpakaian begitu?" Baru saja Prilly memasukkan sesuap mie, kini ia kembali menerima pertanyaan pahit yang akhirnya membuatnya terdesak

Bruup.

Mie yang baru saja mendarat di dalam mulutnya itu, seketika mencurat keluar, hingga menyiprat ke atas piyama yang dikenakan Revan.

"Agghh!" Revan mendengkus kesal. Mengibas-ngibas pakaiannya dengan kedua tangan. Karena merasa bersalah, Prilly ingin membersihkannya.

"Maafkan saya, Tuan. Maafkan saya!" Gadis itu berlari padanya, berusaha menghapus kesalahan dengan membantu mengelap pakaian Revan yang terlanjur kotor itu. Tapi Revan justru menepis tangannya.

"Jauhkan tanganmu!" Ia mendengkus kesal.

Huh, sombongnya! Aku kan cuma mau membantu.

Revan masih berungut kesal. "Agghh, gara-gara tingkah cerobohmu, selera makanku jadi hilang!"

Prilly hanya bisa tertunduk lesu. Lagi, ia kembali membuat kesalahan kecil yang mana di mata Revan terlihat besar. Pria di hadapannya kemudian bangkit, mungkin ingin beranjak pergi, sedang gadis itu masih setia menunduk, hanya bola matanya sesekali melirik mata kaki Revan yang sudah mulai melangkah menuju lemari pendingin.

Revan kemudian membukanya, mengacak isinya untuk mencari minuman, barangkali ia menyimpannya di dalam sana, hingga tanpa sengaja matanya tertuju pada sebuah botol sedang. Ia meraihnya, benar saja isinya masih penuh. Revan membuka penutupnya untuk mengecek, aroma jus jeruk langsung menyeruak ke indera penciuman Revan.

Rasa haus sudah terlanjur menjalar di area tenggorokan, ia langsung menenggak minuman itu hingga nyaris tersisa sepertiganya saja.

'Minuman ini, kapan aku membuatnya. Kenapa rasanya sedikit aneh?' batinnya heran. Ia memperhatikan botol itu sebanyak dua kali.

Sepertinya, bukan aku yang membuatnya

"Heh, kamu!" hardiknya pada Prilly, membuat gadis sedikit terlonjak kaget.

"Ah, iya, Tuan!" Prilly menoleh.

"Apa kamu yang membuat jus ini?"

Mata Prilly langsung terbelalak saat menemukan botol minuman yang bercampur serbuk setan itu di genggaman Revan. Terlebih, yang membuatnya semakin shok karena penutup botol itu sudah terbuka, bahkan isinya nyaris menyisakan sedikit saja.

Itukan, minuman yang kubuat tadi pagi, dan sudah bercampur serbuk dari Nona Priska.

Seketika Prilly kembali menunduk. Tangannya langsung gemetar. "I-i-itu, sa-saya tidak tahu!"

"Hmm. Aku tidak ingat kapan membuatnya. Minuman ini juga rasanya sedikit aneh."

Gawat! Gawat! Kenapa tuan muda yang meminumnya?

Tangan Prilly yang sedari tadi mengeluarkan keringat dingin semakin deras saja. Bahkan peluh yang keluar di dahi juga sangat deras ikut serta meramaikan suasana hati Prilly, jantungnya seperti drum yang dipukul, berdentum kencang tanpa henti.

Sejenak Revan masih setia memegang botol minuman itu, masih heran mengapa bisa minuman itu ada di sana.

"Apa hari ini ada tamu yang datang?"

"Ah, i-iya, ada, Tuan." Gugup dan kelepasan bicara.

"Priska?"

"I-ya, Tuan! Nona Priska." Lagi, ia terlepas. Harusnya ia berdusta saja.

"Dan kamu menyambutnya?"

Prilly mengangguk. Hanya itu yang kini dapat ia lakukan.

"Bodoh, bukankah sudah kukatakan untuk tidak menerima tamu. Kenapa kamu begitu ceroboh." Ia memaki kesal.

"Maafkan saya, Tuan. Maafkan saya!"

"Huh, kamu selalu saja membuat kesalahan. Apa hanya itu yang bisa kamu lakukan?"

Gadis itu diam, tak ada kata yang bisa ia lontarkan dari bibirnya. Meski dalam hati sangat mengerutu.

Revan kini melangkah pergi, tapi belum juga ia sampai di pintu kamar, tiba-tiba tubuhnya terjatuh ke lantai.

Buuug.

Suara keras itu spontan mengalihkan pandangan Prilly dari mata kakinya sendiri. Ia terkejut, mendapati tuan muda tergeletak di lantai. Buru-buru ia berlari menghampiri Revan.

"Tuan, Tuan kenapa?" serunya.

Tidak ada respon dari Revan. Yang terdengar hanya suara menjerit, dengan tubuh meringkuk. Membuat gadis itu semakin gelabakan.

"Aduh, bagaimana ini, bagaimana ini?" Ia kelimpungan, tak tahu berbuat apa, berputar-putar tak jelas sambil menggigit kedua jari telunjuknya.

"Tuan, apa anda baik-baik saja?"

Revan masih setia membungkam. "Saya akan bantu Tuan ke kamar!" Prilly langsung meraih lengan besar Revan, membopong tubuhnya, mengaitkannya pada bahu. Sekuat tenaga ia membawa Revan ke kamar. Begitu sampai, gadis itu langsung meletakkannya ke atas ranjang.

Ia juga membujurkan posisi kedua kaki dan melipat tangan Revan ke dada.

Napas Revan terdengar memburu, Prilly kemudian memeriksa dengan menyentuh ujung kepala Revan, panas. Ia juga memeriksa tubuhnya, suhunya sama panasnya dengan keringat yang kini keluar dari seluruh tubuhnya.

Aduh, bagaimana ini? Jangan-jangan, serbuk itu adalah racun. Apa tuan akan mati? Apa itu artinya aku akan di penjara? Tidaak.

Tak ingin menyerah, Prilly berlari menuju kamar mandi, lalu kembali dengan semangkuk besar air hangat dan kain. Ia memerasnya, menyeka keringat yang seperti tak ada habisnya itu.

Tapi hasilnya tetap saja sama, tubuhnya bahkan semakin panas. Bahkan sudah puluhan kali Revan terdengar mendesah.

Apa yang harus kulakukan? Berpikir Prilly, berpikir.

Prilly kembali bangkit, kali ini niatnya menghubungi Nona Priska. Tapi baru saja ia berdiri, seketika Revan menahan tangannya. Cengkramannya terasa begitu kuat.

"Tu-tuan, apa yang anda lakukan?" Bola mata Prilly membulat mendapati tatapan Revan yang kini setajam tatapan elang. Seperti melihat seekor mangsa. Dengan napas yang semakin memburu.

"Kamu ... Jangan pergi!"

"Eh?"

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Denni Siahaan

Denni Siahaan

prili bodoh 1000drajat

2022-10-03

0

Santy Mustaki

Santy Mustaki

Naahhh

2021-06-04

0

Raka Pg

Raka Pg

aaaah hiiiiiimmm hahaha

2021-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!