Eps 18

Suasana pagi yang tadinya sejuk, berubah dingin saat kedua pasangan pengantin sandiwara itu terus berseteru. Dua pelayan yang tadi berkemas di ruang di sana, kini mulai asyik, menonton live drama di depan mata.

"Revan, bisakah kita memulai semua dari awal lagi?"

"Apa? Kamu benar-benar masih mabuk rupanya.

"Revan." Nadanya mulai melemah. "Bagaimana jika kukatakan aku mulai menyukaimu?" Tatapannya sudah berubah sayu, beberapa bulir bening bahkan tampak membendung pada kelopak matanya.

Revan luluh, rasa emosi yang tadi memuncak akhirnya mencair. Raut sendu Priska berhasil mencairkan hatinya yang beku. Pelan ia mendekat. "Priska." Ia menepuk pundak gadis itu. "Sejak awal kita menikah, aku juga tak punya rasa padamu, walau begitu aku tetap berusaha membuka hati, tapi tak kusangka, kamu justru mengirim gadis itu padaku."

Priska mendongak pelan. "Jadi .. apa kamu ingin kembali padaku, kita mulai semua dari awal lagi, emm?"

"Maaf, Priska. Sepertinya kamu salah mengartikanku." Ia memegang kedua pundak gadis itu, sepasang matanya menatap lekat. " Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sudah kecewa besar padamu, semenjak kamu mengirim Prilly padaku, semenjak itupula pintuku tertutup rapat untukmu. Tidak ada celah sedikitpun bahkan untuk sekadar mengintip. Jadi pergilah .. kamu sudah kubuang dari daftar hidupku."

Deg.

Priska melengak tak percaya. Dua pasang matanya terus terbuka tanpa berkejap.

Revan sudah mulai merenggangkan genggamannya yang tadi merekat erat pada bahu Priska, perlahan terlepas, kembali ia memutar tubuh menuju bathroom.

"Sudahlah, kau lebih baik pulang sekarang." Ia melambai dari belakang. Terimakasih tadi malam sudah datang. Berkat kau, orangtuaku tak jadi curiga." Kini, hanya bayangannya yang masih tampak dalam benak Priska, sedang Revan sendiri sudah benar-benar lenyap di balik pintu bathroom.

Apa? Kejam kamu Revan. Apa sekarang kamu hanya menganggapku sebagai kambing hitammu?

Priska terduduk lemas, sesaat kemudian mulai menyadari bahwa dua pelayan di sana masih setia menontonnya. Ia menoleh, membuat dua pelayan tadi kagok, rasanya sudah sangat horor saat Priska menatap tajam ke arah mereka. Gadis cantik itu seketika berubah seseram hantu.

"Jangan pernah kalian membuka mulut pada siapapun jika masih ingin bekerja." Kedua pelayan itu mengangguk ragu. Lalu setengah berlari mereka menjenteng barang menuju pintu luar.

Priska sudah diusir secara terang. Juga sudah dibuang dari daftar hidup Revan. Namun, ia masih belum menyerah. Priska memilih menunggu Revan hingga selesai mandi, berbaring di atas sofa empuk di sana. Dengan malas ia menghempas tubuhnya.

"Fouh!"

Diliriknya jam yang tergantung pada dinding. Rasanya jarum jam di sana seperti tak bergerak, menunggu waktu 10 menit sudah seperti satu jam saja.

Revan keluar dengan satu buah handuk melilit pada pinggulnya, ia tak menyadari kalau Priska belum kunjung pulang dari kediaman apartemennya.

Tanpa ragu ia langsung menuju kamar. Pria itu telah melupakan sesuatu. Ya, Prilly masih tertidur pulas di atas ranjang kamarnya. Dengan santai ia mengganti pakaian, sementara gadis yang tertidur di sana mulai menggeliat.

Hoaam.

Gadis itu menggantungkan kedua tangannya ke udara. Lalu menepuk mulut yang tadi menguap.

Sadar baru saja melupakan sesuatu, mata Revan sampai membulat sempurna. Walau kini ia sudah menggunakan celana panjang, tapi bagian dada masih terbuka lebar tanpa sehelai kain.

"Kau, sudah bangun?" Ia bertanya saat sudah berbalik badan. Dada bidang itu terlihat atletis, bola mata Prilly seketika membulat, ia langsung menutup kedua matanya dengan punggung tangan.

"Tuan, tolong segera kenakan pakaian anda."

'Dia sudah melihatku, daripada malu, lebih baik aku pura-pura menggodanya.

"Kenapa?" Nadanya kini terdengar seperti pria nakal. Ia mulai jahil menggoda Prilly. "Kamu takut tergoda melihatku begini, ya?" Ia mendekati gadis yang semakin meringkuk ke sudut ranjang.

"Tuan, apa yang ingin anda lakukan, tolong segera kenakan pakaian anda!"

Semakin Prilly takut, semakin gemas ia menggoda. Bahkan jarak mereka kini semakin dekat.

Dag. Dug.

Dag. Dug.

Jantung Prilly langsung berdetak kencang, semakin tak dapat terkendali saat Revan nyaris merapatkan tubuhnya yang tak berbalut kain itu, dan hanya beberapa senti lagi mereka pasti bersentuhan.

"Tuan, apa yang anda lakukan?" Prilly mengintip sedikit dari balik selimut tebal yang ia gunakan untuk bersembunyi, selimut yang menjadi tembok antara tubuhnya dan Revan. Ia semakin terkejut saat mendadak lengan Revan meraba ke bagian belakang tubuhnya. Meraih sesuatu yang tergeletak tepat di belakang Prilly. Prilly semakin gelabakan dan terlihat mulai grogi. Lalu tiba-tiba Revan kembali menarik lengannya, sebuah dasi tampak tergenggam di tangan Revan. Pria itu kembali berdiri tegak, lalu tertawa kecil.

"Cih!"

Kini, tampak jelas rona wajah Prilly yang langsung kemerahan, antara kesal dan malu. Gemas melihat Prilly salah tingkah, Revan terlepas kendali, ia membelai pucuk kepala gadis itu. Mengguncang rambutnya hingga sedikit teracak. Revan memperlakukannya layaknya kekasih, ia lupa kalau Prilly hanyalah sesembahan yang dikirim Priska padanya.

Apa yang baru saja dia lakukan? Prilly tak percaya mendapat perlakuan manis dari Revan.

Dia yang sekarang benar-benar hangat, tidak terlihat dingin seperti pertama bertemu, apa yang terjadi?

Revan masih tertawa kecil, memandangi gadis itu, sementara Prilly semakin tertunduk malu, ekspresinya tertangkap basah oleh Revan. Sebelumnya Prilly sempat mengira kalau Revan ingin melakukan hal yang tidak-tidak terhadapnya.

"Revan!" Keduaya menoleh bersamaan. Suara yang memanggil berhasil menghentikan tawa Revan, pun dengan Prilly yang langsung tercengang.

Priska sudah terlihat geram, berdiri di ambang pintu dengan mengepal erat kedua tangan. Rupanya dia sudah sejak tadi berdiri di sana.

"Priska, apa yang kamu lakukan, kenapa masih di apartemenku, bukankah sudah kukatakan padamu untuk pulang, apa kau tuli atau tidak mengerti?"

"Apa? Kenapa kamu justru memarahiku?" Ia menatap kesal.

Revan mengernyit. "Apa maksudmu?"

"Kau, teganya bermesraan dengan gadis lain, sementara istrimu masih ada di sini!"

"Apa yang kamu katakan, istri? Cih!"

"Kenapa? Kita memang masih berstatus menikah!"

"Lalu apa maumu, kamu yang mengirim gadis ini, bahkan kamu menyuruhku untuk bersenang-senang dengannya, jangan berpura-pura amnesia. Aku hanya mengikuti permainanmu."

Permainan? Jadi .. aku hanya mainan? Prilly menggumam dalam hati. Ia diam, tak berani bicara apapun. Sadar, ia hanyalah benalu di antara pasangan pengantin itu. Meski begitu, tak dipungkiri hatinya terluka.

"Tuan." Pelan ia memanggil. "Jika anda berkenan, aku akan pulang saja sementara waktu ini!" Prilly sudah turun dari ranjang. Ia bicara tepat di belakang Revan, kepalanya masih setia menunduk.

"Tidak! Aku tidak mau kamu pulang hanya karena Priska."

"Tapi, Tuan ...,"

"Cukup! Aku yang akan mengurus Nona Priska, kau tak perlu khawatir masalah ini."

"Revaaan!" Priska sudah mulai setengah berteriak. "Aku ini istrimu, apa maksudmu berkata begitu, aku ini lebih penting dari dia."

"Itu dulu, sebelum kamu mengirimnya! Sekarang pergilah, kamu akan bebas setelah satu tahun kedepan. Kita akan kembali bertemu di pengadilan."

"Tapi, Revan ...." Suaranya kini mulai melemah, bahkan buliran kristal sudah mulai menumpuk di pelupuknya.

"Pergilah, sebelum aku menggunakan cara keras."

"Revaaan!" Cepat ia berlari lalu memeluk erat tubuh Revan. "Aku sayang padamu!"

"Priska, apa yang kamu lakukan, lepaskan!" Pelan Revan mendorong tubuhnya yang merekat erat itu.

"Maafkan aku, aku inginkan kamu, kembalilah, Sayang."

"Kamu bicara apa, sih! Lepas, aku mau pergi bekerja."

"Aku menginginkan kamu Revan! Apa aku sama sekali tidak berarti bagimu?" Ia merenggangkan pelukannya untuk dapat menatap mata Revan.

Sementara Prilly yang berdiri di belakang hanya menjadi pendengar, meski begitu semua yang ia dengar cukup menyakitkan. Ya, tanpa sadar, gadis itu sudah menaruh hati pada tuan yang tidak seharusnya ia cintai.

"Lalu, apa kamu pernah memikirkan bagaimana sakitnya perasaanku saat kamu mempermainkanku, kamu mengirim gadis yang saat itu asing bagiku?"

Apa, jadi sekarang dia sudah tidak asing? gumam Priska dalam hati.

"Sudahlah Priska, bukankah kau juga sudah punya pacar?"

"Iya, tapi kami sudah putus, Revan!"

"Cih, jadi itu alasannya kamu lari padaku?"

"Enggak, Revan. Kali ini aku serius menginginkanmu!"

"Terserah apa katamu! Tapi aku sudah tidak bisa membuka hati untukmu, Priska. Maaf!" Ia mulai melepas paksa pelukan gadis itu. Membuat Priska semakin terhenyak. Terlebih Revan justru berbalik badan menghadap Prilly.

"Prilly, tetaplah di sisiku, aku akan bertanggungjawab penuh terhadapmu, terhadap apapun yang akan terjadi padamu, dan apa yang sudah kulakukan padamu."

Dag. Dug.

Dag. Dug.

Hanya debaran di dada Prilly yang menjadi jawaban atas penyataan Revan barusan.

Apa? Ada apa ini, apa yang terjadi pada tuan muda, apa maksudnya?

Prilly mendongak cepat. Menatap bola mata Revan dengan tatapan penuh tanya.

"Kamu percaya padaku, bukan?" tegas Revan.

Prilly masih tercengang, dengan mulut terkatup rapat. Ia bahkan tak bergerak sedikitpun.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Wiwin Winarsih

Wiwin Winarsih

oooohhh so sweeet revaaan

2022-01-27

0

EndutzC

EndutzC

siiiiip. lelaki bertanggung jwb Revan,,,

2021-06-18

0

Raka Pg

Raka Pg

aaah babang Revan sadiss

2021-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!