Eps 6

"Tapi kalau kau sudah tidak sabar untuk berhubungan denganku, kau boleh menunggu di kamarku malam ini! Kau juga boleh kenakan pakaian apapun sesukamu. Karena sekarang kau sepertinya sudah tak tahan, akan kupuaskan kau malam nanti, jadi bersiaplah!" ucapnya yang kemudian pergi tanpa menoleh lagi.

Prilly mematung dengan bola mata sayu yang tak lagi mampu berkedip. Seketika tubuhnya luruh, terduduk lemas dengan air mata yang langsung membanjiri wajah mungilnya. Hinaan kali ini benar-benar mengoyak-ngoyak hatinya.

******

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, Prilly yang tadi mandi kini sudah berganti dengan pakaian rapi. Hatinya masih sakit mengingat ucapan tuan muda tadi pagi, tapi hal itu tak melemahkan niat Prilly yang berjuang demi masa depannya bersama ayah.

Hanya karena hinaan begitu, bukan berarti ia harus terpukul hingga depresi dan berakhir dengan mengurung diri di kamar, atau mengakhiri hidup dengan mengiris ujung pergelangan tangan. Tidak. Prilly bukan gadis selemah itu.

Kruuuk.

"Duh, laper!" Ia memegang perut yang sudah memberi kode agar segera diisi makanan berat itu. Prilly tampak celingukan saat sudah berada di dapur. Membuka satu-persatu pintu lemari, stok makanan di sana memang banyak, tapi Prilly tak terbiasa dengan semua bahan makanan asing itu.

Ia membuka lemari pendingin. Akhirnya ketemu juga, sayuran hijau dan segar tampak menggunung di sana. Memadati isi lenari pendingin itu.

Prilly memilih sayuran hijau, dan juga daging. Ia mulai meracik sebuah menu di atas meja dapur.

Ting tong.

Gadis itu langsung menghentikan pengerjaannya saat mendengar suara bell di depan pintu.

"Siapa yang berkunjung ke rumah tuan muda di pagi begini?" pikirnya. Tanpa menunggu lama, Prilly melangkah pasti menuju pintu. Ia tak langsung membukanya, lebih baik mengecek siapa tamu yang berkunjung itu. Ia melirik pada layar kecil yang memantulkan wajah tamu di luar sana.

Terpampang jelas wajah Priska, si tamu yang berdiri di depan sana dalam layar itu.

"Nona Priska? Mau apa dia?"

Masih diam sejenak. "Buka, tidak? Buka, tidak?" Ia berpikir beberapa kali untuk menerima kedatangan Priska itu.

Ting tong.

Gadis di luar sana kembali menekan bell. Ia juga tampak melambai pada cctv.

"Fouh!"

Prilly tampak menghela napas berat. Tidak ada pilihan lain, jika menghindar sekarang, berarti sama dengan memancing amarah nona muda kemudian hari.

Klap.

Kriieet.

"Huh! Ke mana saja kamu, lama sekali baru membuka." Ia langsung masuk tanpa bertanya terlebih dulu, bolehkah ia ada di sana atau tidak.

Tuan muda berpesan pada Prilly untuk tidak menerima tamu, sekalipun itu adalah nona muda.

"Nona, maaf!" Prilly langsung menarik pergelangan Priska. "Anda tidak diizinkan tuan masuk ke apartemennya?"

"Apa??" Ia terkejut, menepis tangannya dari genggaman Prilly. "Heh, kamu pikir siapa dirimu, berani sekali mengusirku!" ucapnya, mengibas lengannya seakan jijik karena baru saja disentuh oleh Prilly.

"Maaf, Nona! Saya cuma menyampaikan pesan tuan muda."

"Heh, tapi aku ini kan istrinya. Mana mungkin Revan melarangku ke sini!" Ia langsung mengempaskan tubuhnya ke atas sofa empuk.

Istrinya? Kenapa tiba-tiba mengaku. Bukankah Nona bahkan enggan mengandung anak dari tuan muda?

"Maaf, Nona! Sekarang tuan muda juga tidak sedang berada di rumah. Jadi sampaikan saja jika ada yang ingin Nona sampaikan!"

"Kau mengusirku?" Tatapannya kini sudah setajam singa. Tampaknya ia kesal diusir oleh wanita penyambung keturunan itu.

Loh, memangnya mau ngapain lagi?' gumam Prilly.

"Buatkan aku minum?"

Sialan, dia ke sini hanya untuk meminta sebuah minuman, kalau begitu harusnya dia ke kafe saja, bukan ke sini.

"Kenapa masih diam di situ? Cepat buatkan." perintahnya dengan nada ketus. Lalu mulai mengalihkan pandangan ke gawai di tangannya.

Aih, sialan, selalu saja memerintah.

Kesal, tapi Prilly tak bisa membantah. Ia sudah terikat kontrak dengan rubah itu. Yang artinya sekarang rubah itu adalah majikannya. Dengan kesal Prilly menuju dapur, mematikan kompor yang sayurnya sudah hampir masak.

Ia mulai meracik satu gelas jus dari kemasan praktis. Sambil terus menggerutu.

"Huh, dasar orang kaya yang menyebalkan. Apa dia tidak tahu, sekarang ini aku benar-benar lapar. Aku terpaksa tak jadi makan karenanya!" Selesai. Ia meletakkan sendok kecil itu kembali ke meja dengan kasar, memberi gelasnya penutup, lalu mulai membawa minuman itu untuk Priska.

Prilly kembali meletakkannya ke atas meja saat ia sudah berhadapan dengan Priska, sambil mempersilahkan pada tamu yang sibuk dengan gawai itu untuk meminumnya.

"Ini minumannya, Nona. Silahkan untuk diminum!" Priska terlihat sibuk dengan gawai, bahkan sepertinya sengaja tak menghiraukan Prilly.

Sialan, dia bahkan mengabaikanku. Padahal dia yang memintaku membuatkan minuman, ahh kesalnya.

"Kau sudah membuatnya?" sinisnya tanpa menatap.

Agghh, kesal sekali aku dengan sikap sombongnya.

Prilly meremas erat ujung bajunya. Mulutnya tertutup, tapi giginya menggertak di dalam sana.

"Hei, aku bertanya, apa kamu sudah membuatnya

"Iya, aku sudah membuatnya."

Priska langsung mengacak isi tasnya begitu mendengar jawaban, ya. Ia tampak mencari benda dari dalam tasnya itu.

Sebuah benda kecil berwarna putih, seperti serbuk yang terbungkus dalam plastik kecil, kini tergenggam di tangan Priska. Ia tampak menuangkannya dalam minuman itu.

Apa yang mau dia lakukan, serbuk apa itu?

"Apa kamu sudah melakukannya dengan Revan?"

"Ehh?" Prilly terkejut dengan pertanyaan yang terlontar dengan mudah dari mulut Priska.

"Sudahlah, tak perlu kamu jawab, aku tahu, jawabannya pasti belum!" Prilly tampak menunduk lemas. Bagaimana bisa nona muda tahu jika ia dan Revan belum melakukan apa-apa.

"Soal itu, kamu tak perlu khawatir. Aku tahu kamu takut dan juga belum siap, aku sudah menyelidiki tentang dirimu, para tetanggamu bilang, kamu bukan gadis nakal. Kurasa itu sebuah jawaban yang artinya kamu masih perawan, apa aku benar?" Kali ini Priska mulai mengalihkan padangannya pada Prilly. Gadis yang semakin kuat mencengkram ujung bajunya itu.

Ia terdiam, lidahnya kelu untuk sekadar menjawab, iya.

"Sudahlah, kamu tak perlu khawatir begitu. Aku sudah membawa solusi untukmu." Priska tampak mengaduk minuman yang sudah ia campur dengan serbuk tadi. Entah memiliki pengaruh apa, Prilly tak bisa menebak. "Minum ini saat kamu hendak berhubungan dengannya nanti!"

"Apa ini?"

"Ini serbuk p*rangsang, aku mencampurkannya dalam jus yang kamu buat, dengan begitu, nantinya kamu sendiri yang akan terbuai. Kamu tidak akan takut untuk melakukannya."

Apa? Bagaimana bisa ada serbuk setan seperti itu. Oh Tuhan, benarkah aku harus meminumnya?

"Simpan ini." Ia menyerahkan minuman itu pada Prilly. "Ingat, minum sebelum kamu melakukan hubungan dengan Revan." Priska tersenyum padanya. "Oke, kalau begitu, aku pergi dulu. Jangan lupa untuk menikmati malam pertamamu!" Ia tertawa kecil, bangkit dari sofa empuk itu. Melambai pelan pada Prilly.

Prilly mencengkram erat gelas yang berisikan jus jeruk bercampur serbuk setan itu. Tatapannya tak berkedip menatap Priska yang melenggang pergi di balik pintu.

Sudah sepuluh menit berlalu. Prilly masih setia berdiam di sofa, hingga rasa lapar kembali menjejal perutnya. Ia yang tadi lemas setelah kejadian pertemuan dengan Priska akhirnya bangkit dari duduknya.

Prinsipnya, sedih boleh tapi jangan berlarut-larut. Ia akhirnya membawa minuman itu menuju dapur. Menuangnya dalam satu buah botol, menutup rapat lalu menyimpannya di dalam lemari pendingin.

Prilly melanjutkan acara memasaknya. Daripada membiarkan kesedihan menguasai pikirannya, ia lebih baik meluapkan dengan menikmati makanan yang sudah susah payah ia buat.

Noted: Next chapter akan mengandung sedikit unsur dewasa, harap para pembaca bisa memilah 🙏🙏

Jangan di baca jika takut dosa, dosa tanggung masing-masing yaa, saya selaku author hanya berusaha menyuguhkan kisah yang mampu menggetarkan hati para pembaca.

Terpopuler

Comments

Santy Mustaki

Santy Mustaki

Laannjuutt

2021-06-04

0

Zaniar Niar

Zaniar Niar

seru ..kali aja revan yg minum....

2021-02-23

2

Raka Pg

Raka Pg

curiga Revan yg minum hahaha awas Lo babang Revan serbuk saithon haha

2021-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!