"Ini tidak boleh dibiarkan, Revan tidak boleh berpaling dariku, dia hanya boleh memandangku sebagai wanita, tidak yang lain, termasuk si kampungan itu sekalipun. Aku tak suka dia mengabaikanku!" Priska menggenggam kuat cangkir kecil di tangannya, sedang temannya setia menuangkan wine ke dalamnya. Ia sudah setengah mabuk.
Kerlap-kerlip cahaya lampu diiringi musik disko membuat mereka harus mengeraskan suara saat bicara.
"Hei, tenangkan dirimu, Priska Sayang. Apa yang perlu kamu risaukan, bukankah bagus kalau Revan dekat dengan gadis kampung itu. Artinya kalian akan lebih mudah mendapatkan keturunan darinya. Tidak perlu bersusah payah hamil. Bukankah kalian juga akan bercerai setelah satu tahun."
"Iya, aku tahu, aku cuma belum terbiasa jika Revan berpaling wajah dariku. Aku ingin dia hanya menatapku!"
"Ha-ha-ha, kamu benar-benar serakah, ya, kalau kamu berharap dia hanya melihatmu, kenapa hubungan kalian tidak dijalin dengan serius saja?"
"Gak bisa begitu, Dinda, kalau aku menjalani hubungan yang serius dengan Revan, lalu bagaimana dengan Joshua kekasihku, mau ku-ke manakan dia?"
"Apa kamu benar-benar menyukai Joshua?"
"Ya aku menyukainya, tapi hanya karena aku butuh dia. Aku menyukai popularitas dan uangnya, dia aktor terkenal, dia bilang aku punya potensi, jika bersamanya aku punya kesempatan menjadi idol, kau tahukan aku sangat menginginkan itu!"
"Aduuh Priska, kenapa tidak kamu jalani saja sih hidupmu bersama Revan. Kamu bisa bahagia kok, tanpa harus mengejar impianmu menjadi idol. Bukankah sekarang kau sudah menjadi nona muda, itu sudah sangat bagus, kau tahu?"
"Dinda, kau tahukan, aku sangat mengimpikan menjadi idol sejak kecil. Aku tak mungkin melepaskan kesempatan ini begitu saja!"
"Ah, terserah kamu sajalah!"
Priska kembali menenggak wine di tanganya yang selalu dituangkan Dinda saat isi cangkirnya sudah menipis, ia semakin hanyut dan mabuk, hingga tiba-tiba saja, suara sorakan para pengunjung diskotik mendadak menggema dalam ruangan kerlap-kerlip itu.
Menyentakkan Priska dan Dinda, mereka seketika menoleh, mencari tahu penyebab keributan di belakang sana.
Samar bayangan yang tertengkap di mata Priska. Berkali-kali ia menggeleng cepat, mengeratkan pejaman lalu kembali membuka mata. Berharap pandangannya berubah jernih.
"Hei, Dinda, kau tahu apa yang membuat para pengunjung itu semakin berisik?"
Dinda mencoba memperhatikan. Sesosok gadis berkulit seputih susu dengan rambut pirang dan pakaian ketat tengah berada di antara kerumunan. Mereka tampak girang berada di dekat wanita itu.
"Ohh, sepertinya Airen datang ke sini?"
"Airen? Aktris yang sedang naik daun itu?"
"Yaa, kau ingat? Ternyata meski sedang mabuk, daya ingatmu masih bagus juga!"
"Hei, kamu jangan meledekku begitu! Apa yang dia lakukan?"
Dinda terdiam sesaat, tatapannya tertuju ke sana, memperhatikan gelagat aktris itu. Tiba-tiba ia tersenyum sinis pada Dinda.
Dinda langsung menepuk-nepuk lengan Priska. Gadis yang sudah terlanjur mabuk itu memilih merapatkan kepalanya ke meja.
"Priska, Priska!" panggilnya cepat.
"Hmm, ada apa, kenapa gelabakan begitu?"
"Dia .. dia, menatap ke arah kita!"
"Apa maksudmu?"
"Cobalah kamu lihat!"
"Ahh, mungkin dia sedang mencari seseorang?"
"Tidak, Priska, aku sangat yakin, dia sedang menatap ke arah kita! Lihatlah ekspresinya, dia tersenyum meledek!"
"Kau yakin?"
"Yaa!"
Dengan sedikit berkunang, Prilly mengangkat kepalanya untuk kemudian menoleh, dan benar saja, aktris ternama itu melihatnya dengan pandangan meledek, sesaat kemudian mengambil srbuah mic yang disodorkan padanya. Ia terlihat berbicara pada puluhan fans yang mengelukannya itu.
"Hai, semua, apa kabar kalian, kuharap kalian baik, ya!"
Para fans itu tampak menautkan jemari di dagu mereka, menatap Airen dengan ekspresi yang seakan mulai meleleh.
"Cih, sombong sekali dia!" gumam Priska.
Ia berbicara panjang lebar, lalu sesaat kemudian semua tertawa.
"Apa yang mereka bicarakan?"
"Entahlah!"
Dalam hitungan detik, pandangan para fans Airen itu seketika berpaling ke arah Priska dan Dinda. Tatapan yang seperti meledek.
Ehh, apa yang mereka lakukan?
Lalu, tiba-tiba saja, musik disko diberhentikan oleh sang pemandu DJ.
Apa yang terjadi?
"Perhatian semuanya?" DJ yang sekaligus merangkup jubir itu mulai berbicara, membuat semua pandangan teralihkan padanya. "Hari ini kita kedatangan artis sekaligus aktor ternama, kalian penasaran? Langsung saja kita sambut ini dia, Airen! Tepuk tangan yang meriah untuk Airen."
Sorakan gembira dan tepukan tangan langsung menggema. Aktris bernama Airen itu mulai berlenggok naik ke panggung. Mengambil alih mic yang memang diserahkan kepadanya.
"Terimakasih, atas sambutan antusias kalian semua!"
Kembali tepukan tangan memeriahkan suasana.
"Terimakasih, terimakasih! Hari ini aku akan membawakan sebuah lagu jaz, lagu yang akan kupersembahkan untuk temanku yang duduk di sana!" Ia mengarahkan tangannya ke arah Priska.
Eh? Apa maksudnya.
Bisik-bisik para pengunjung langsung menyapu pandangan Priska. Seketika penglihatan yang tadi samar langsung jernih.
"Siapa dia?"
"Iya, siapa dia, baru lihat!"
"Sepertinya dia artis gagal debut!"
"Atau mungkin dia saingan Airen!"
"Mana mungkin Airen memiliki saingan lemah begitu!"
"Ah, bisa saja kan?"
Semua pandangan mata kini menyorot kepada Priska. "Dia adalah teman seperjuanganku, aku tahu bakatnya banyak, tapi kita doakan saja agar dia segera debut." Airen berdusta.
Bisik-bisik para pengunjung terdengar lirih. Sesekali tertawa meledek kepada Priska.
"Benarkan kataku, dia artis gagal debut!"
"Iya, yah, tapi kenapa Airen sampai mempermalukannya?"
"Entah, sepertinya ada dendam yang terjalin di antara mereka?"
Sialan, dia menghinaku di depan umum. batin Priska bergumam.
"Dinda, ayo kita pergi dari sini!" Priska langsung menarik lengan Dinda, mengajaknya keluar.
"Ah, ayo!" Dinda tampak canggung saat itu, sebab ia juga terkena imbas atas sasaran sorotan para pengunjung dan pelayan bar di sana.
Kesal, Priska sampai berlalu cepat, tak ingin berlama-lama dalam bar itu. Sepanjang menuju parkiran mobil ia menggerutu.
"Sialan, kenapa hari ini aku begitu sial?"
"Ah, sabar ya, Priska!"
Hanya beberapa saat, mereka sudah berada di area parkiran, Priska langsung masuk ke dalam mobil bak terbuka miliknya, diiringi Dinda yang langsung duduk di sebelah setir di dekatnya.
"Dasar, wanita jal*ng. Apa urusannya denganku sampai mempermalukanku begitu? Apa mungkin ini ada hubungannya dengan Joshua?"
"Sepertinya tidak begitu!"
"Apa maksudmu? Apa yang kamu tahu tentang dia?"
"Emm, gak banyak sih, hanya yang kutahu, dia tinggal di salah satu apartemen yang berdekatan Revan!"
"Lalu?"
"Dari para penghuni apartemen di sana, kudengar dia sering menggoda Revan. Sepertinya dia menaruh rasa pada suamimu!"
"Kamu serius?"
"He'em!" Mengangguk. "Mungkin dia kesal padamu, karena kamu istrinya Revan!"
"Oh, jadi begitu!" Priska mulai tertawa tipis.
Sesaat, keduanya hanyut dalam percakapan singkat hingga tiba-tiba kehadiran Airen yang juga memasuki area parkir mengejutkan mereka. Sedetik, tawa lepas Priska dan Dinda langsung terputus. Wajah mereka berubah sinis.
"Hei, lihat, ternyata pecundang itu belum pulang!" Salah satu wanita molek yang bersama Airen menunjuk dengan bibirnya pada Priska dan Dinda. Spontan mereka menatap kedua gadis itu, tak luput diiringi tawa meledek. Airen tampak mengatupkan tawanya, membuat seulas senyuman kecil mengembang di antara dua bibirnya.
"Kurasa, gagal debut bukan hal yang memalukan, gagal debut hanyalah sebuah proses. Karena yang paling memalukan itu jika kita menyukai seseorang, tapi justru diabaikan sampai ditinggal menikah? Aku benar tidak, Dinda!" Priska balas menyunggingkan senyumnya. Melemparnya pada mereka.
"Tentu saja, itu benar, Priska! Ha-ha-ha!" Keduanya tertawa getir. Menenggelamkan senyuman yang tadi terpancar sinis dari bibir Airen.
Sial, bagaimana dia tahu tentangku? gumam Airen dalam hati.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
fadil aziza Zaki
lanjut
2021-09-22
0
Yunita Si Retjeh
kereeen lah
2020-12-04
1
Kamila
sebenarnya kedua juga gagal karena gagal merebut hati revan 🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2020-11-28
6