Revan sudah berhasil menapaki area koridor, menyeret troli kecil pada tangannya.
Tampaknya pagi itu ia kurang beruntung, sebab tak biasanya para penghuni apartemen sudah bangun, puluhan mata langsung menyorot padanya yang hanya mengenakan piyama dan sendal tipis itu, nyaris membuat Revan nervous.
Sial, aku lupa belum mengganti pakaian ini.
"Pagi, Revan!" Sosok gadis cantik berkulit seputih susu, berambut pirang menyapa Revan. Pria itu kaget.
Airen, wanita yang berprofesi sebagai model sekaligus aktris terkenal itu seringkali menggoda Revan. Ya, sudah sejak lama ia menaruh rasa pada Revan, tapi sang direktur muda itu selalu mengabaikannya. Revan hanya menatap sekilas padanya sambil terus berjalan, melanjutkan tugas yang ia ambil alih dari tangan Prilly.
Airen tetap tersenyum manis meski diabaikan, mungkin karena hari ini, tak biasanya ia jumpai Revan dengan tampilan seperti itu.
"Wah, lihat, kamu sekarang mulai berani keluar dengan tampilan seksi, ya." Ia menggoda, menutup bibir tipisnya saat bicara, tapi Revan tak menggubrisnya, pria itu memilih berlalu, meski tak dipungkiri, ada puluhan mata wanita lain yang terdiri dari para ibu muda dan gadis-gadis, mereka juga tampak melongo melihat Revan yang hanya mengenakan piyama itu, hingga menonjolkan tubuh sixpack-nya.
Semua kegirangan melihat Revan, saling bisik dan bersenggol.
"Lihat, lihat, itu Tuan Muda Revan, 'kan?"
"Ahhh, gantengnya!"
"Aku sampai hampir melayang melihatnya berpakaian begitu!"
"Iya, aku jugaa!"
"Beruntung sekali wanita yang menjadi pilihan Revan."
"Maksudmu, Nona Priska?"
"Iya, dia sekarang kan istri Revan, bukankah sebulan lalu mereka menikah?"
"Oh iya, kamu benar, aku sampai lupa!"
Mereka mengira percakapan itu tak sampai pada rongga telinga Revan, sedang Revan sendiri dapat mendengarnya dengan jelas.
Ia kembali ke koridor, tak peduli dengan gadis-gadis dan ibu muda para fans tak ber-club itu. Hanya menyusurinya untuk kemudian memasuki lift. Namun, baru saja langkahnya menginjak ambang koridor, ia dikejutkan dengan sosok gadis yang berjalan cepat, gadis yang langsung menyadari tuan muda menatap lekat padanya.
Ia melanjutkan langkahnya, lalu menunduk saat berpapasan dengan Revan. Spontan Revan menahan tangannya.
"Ehh?" Ia terkejut.
"Kamu mau ke mana?"
"Tuan, tugas saya sudah selesai. Saya mau keluar."
"Iya, aku tahu kamu keluar, aku hanya bertanya, kamu mau ke mana?"
Prilly menatap ke sekitar, sorot matanya menyapu semua yang dapat ia lihat. Puluhan mata wanita fans tak ber-club tadi menatap sinis padanya. Tak terkecuali Airen yang juga langsung menghentakkan kaki kesal, menurunkan tangan yang sebelumnya terlipat di dada kemudian berlalu.
"Hei, siapa wanita itu?"
Bisik-bisik mereka.
"Kenapa tuan muda menahannya?"
Sepertinya dia gadis penting!"
"Tapi, aku baru pertama kali melihatnya!"
"Hei, kita semua baru pertama kali melihatnya!"
"Dia terlihat kampungan!"
"Iya, ingin sekali aku menyingkirkannya!"
"Tidak ada hak Tuan untuk bertanya ke mana saya pergi!" Prilly menepis lengan Revan, kemudian cepat-cepat berlalu.
Ya, Tuhan. Aku hanya ingin bertemu ayah. Tolong kabulkan. Prilly merapalkan doa dalam hati. Namun, baru beberapa langkah ia pergi, kembali tangan besar itu menahan lengannya.
"Tunggu, kalau begitu, izinkan aku mengantarmu!"
Eh, ada apa dengannya?
"Tapi, Tuan ...."
"Kamu masih terikat kontrak denganku, apapun yang kamu lakukan, mulai sekarang harus melapor padaku, termasuk ke mana pun kamu akan pergi!"
Apa? Kenapa peraturannya boleh berubah sesuka hatinya. Dasar sombong, seenaknya memperlakukan orang. Aghh.
Revan akhirnya menarik tangan Prilly, membawanya kembali ke apartemen.
"Tuan, Tuan, lepaskan tangan saya, saya mau pergi sekarang."
Tap.
Langkah Revan terhenti.
Deg.
Seketika Prilly gugup. Jantungnya langsung berdetak kencang, seperti bunyi jarum jam di malam hari. Ia semakin gugup saat Revan mulai memutar tubuhnya. Sorot mata yang seakan memiliki aliran listrik itu berhasil membulatkan mata Prilly.
"Apa sekarang kamu ingin membantah, kamu siap membayar sanksi jika kontrak sampai dibatalkan?"
"Ti-tidak, Tuan!"
"Kalau begitu, menurut saja!"
"Baik!" jawabnya pelan dan menunduk.
Revan kembali menyeret lengan Prilly, membawanya memasuki lift untuk kembali ke apartemen.
Apa yang sebenarnya dia inginkan?
Tak ada percakapan sepanjang menuju apartemen. Hanya langkah mereka yang terdengar meramaikan suasana hening di antara keduanya.
"Tunggulah di sini!"
Ia menyuruh Prilly duduk di sofa saat mereka sudah masuk, sedangkan Revan sendiri terlihat memasuki kamar yang kini mulai terasa angker di mata Prilly.
"Fouh." Gadis itu menghela napas berat. Selang beberapa saat, Revan kembali keluar dengan pakaian khas direktur. Kemeja yang dibalut jas dari luar tampak elegan melekat pada tubuh Revan. Prilly nyaris takjub melihatnya, tapi kemudian ia menggeleng cepat.
Huh, apa yang kupikirkan, jangan bodoh, Prilly. Jangan terpesona oleh sosok pria sombong yang tak akan mungkin memandangmu itu. Ia menggumam dalam hati.
Revan berjalan mendekat, tanpa melirik ia mengajak Prilly untuk segera mengikutinya. "Ayo, aku antar kamu sekarang!"
"Ah, iya!" Sedikit tergagap Prilly menjawab, hingga nyaris tersandung. Buru-buru ia bangkit saat Revan menoleh.
"Apa yang kamu lakukan?" Revan mengernyit setelah terdengar bunyi benturan kecil.
"Aha-ha-ha, tidak ada, Tuan. Saya hanya tersandung."
"Cepatlah, aku tidak suka wanita yang bergerak lamban."
Revan kembali berjalan di depan.
Bergerak lamban, dia pikir aku robot, setelah puas meremukkan tubuhku, sekarang dia menuntutku untuk kuat. Prilly mengepal erat tangannya.
Sepanjang berada di dalam lift menuju area lantai bawah, keduanya hening, hingga suara dari dalam perut Prilly berbunyi karena mungkin sudah lapar. Bunyi yang memecah kesunyian di antara mereka.
Malu, Prilly menggerutu dalam hati.
Dasar perut, gak bisa menunggu sebentar apa?
Ia melirik pria di sampingnya. Pria yang sama sekali tak terlihat terganggu itu.
Aneh, makhluk ini sama sekali gak terganggu. Apa dia gak mendengar suara perutku? Ah, ya sudahlah, bagus kalau dia tidak mendengar.
Ting.
Pintu lift terbuka. Keduanya langsung keluar melewati aula besar, bukan seperti sebelumnya saat membuang sampah di belakang apartemen, yang harus melewati koridor.
Prilly mempercepat langkahnya, mengikuti pergerakan kaki Revan. Pria itu tampak menuju area parkir khusus VIP.
Bip. Bip.
Ia menekan tombol alarm untuk membuka mobil. Prilly tercengang saat itu, bagaimana tidak, sebuah mobil yang terbilang limitied yang hanya di keluarkan sebanyak lima unit di dunia, ternyata salah satu pemiliknya adalah tuan muda Revan.
Waaah, apa dia akan mengantarku naik mobil itu?
Revan tampak memasuki bagian depan setir, sementara menunggu Prilly untuk ikut bersamanya.
"Kau tunggu apa?"
"Ah, iya!" Prilly tersentak kaget, lalu berlari kecil untuk ikut bersamanya. Ia langsung duduk di samping Revan.
"Revaaan!" Baru saja Revan hendak menjalankan kendaraannya, tiba-tiba ia kembali mengurungkan saat seorang wanita tak asing memanggilnya. Wanita yang bahkan tidak tinggal di apartemen itu.
"Kenapa kamu selalu datang ke apartemenku?" rutuknya kesal.
"Revan, kenapa bicaramu ketus begitu, kita kan suami istri yang sah!"
"Sah apanya! Cepat katakan apa maumu, waktuku tak banyak."
"Hei, buru-buru sekali. Kenapa tidak bersantai sebentar bersamaku?" Gadis itu belum menyadari sosok wanita yang kini berada di samping Revan. Ia mulai melirik sekilas, dan langsung terkejut.
Prilly? Revan membawanya??
"Revan, kamu yakin membawa gadis itu bersamamu?" Prilly yang tadinya memilih diam tiba-tiba menoleh, ia terhenyak mendengar pertanyaan yang bagai hinaan itu.
"Memangnya kenapa?" jawab Revan.
"Tapi, 'kan ... dia gadis kampung, kamu tidak malu?" Ia menunjukkan wajah jijik ke hadapan Prilly. "Lihat tuh pakaiannya, apa kata rekanmu nanti, kamu akan diledek?"
"Apa pedulimu?"
"Ehh!" Mata Priska nyaris membulat.
"Tapi ... bagaimana dengan perjanjian kita, kau tidak boleh membawa sembarang orang bersamamu, bagaimana jika hal ini terungkap publik?"
"Bukankah kau yang mengirimkannya padaku? Lagipula, aku tidak peduli pada publik?"
"Apa?"
Revan menekan tombol on pada mobilnya. Lalu mulai menaikan gasnya sebelum jalan.
"Revan, tapi .... "
"Maaf, aku tidak punya waktu untuk meladenimu!"
"Apa? Revan!"
Bruum.
Kendaraan yang berisi dua insan itu kini melaju meninggalkan sang gadis.
"Revan sialan. Agghh!"
"Hei itu bukannya Nona Priska ya?"
"Iya, bener! Sepertinya itu Nona Priska!"
Bisik-bisik para penghuni apartemen mulai mendengung dalam rongga telinga Priska. Ia bahkan takut untuk sekadar menoleh.
"Apa yang terjadi dengan mereka?"
"Apa tuan muda selingku?"
"Sepertinya mereka punya hubungan yang tidak harmoni!"
"Atau jangan-jangan pernikahan mereka hanya scandal!"
"Ha-ha-ha!"
Tawa meledek terdengar semakin membuncahkan emosi Priska.
Sialan, sepertinya mereka semua mengenal Revan. Mereka sampai mengetahui jika aku istrinya. Revan, teganya kamu mengabaikanku, kamu sudah membuatku malu.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Zaniar Niar
priska kok iatri tp....meminta suami berhub dgn wanita lain...aneh...nyesal nt bru tau rasa
2021-02-23
1
Yunita Si Retjeh
astagaaaa bikin vaper
2020-12-04
1
Kamila
nah baru nyesel sekarang priska
2020-11-28
5