Pagi hari di sebuah dorm tempat tinggal para idol Number One.
"Bintang gak balik ke dorm ya tadi malem?" tanya Dean kepada sahabatnya.
"Kayaknya sih gak, apa jangan-jangan dia ditahan sama pak CEO kali," jawab Marcel.
"Halah ... paling juga dia gak mau balik ke dorm aja, bukan karena pak CEO," tukas Dean sedikit mengejek Bintang.
"Para kakak-kakak yang terhormat. Kayaknya kak Bintang emang jarang banget pulang ke dorm deh.Kan udah tau kalo selepas ngadain konser besar dia pasti gak bakalan balik kesini."
Jerry menanggapi omongan dari Dean dan Marcel dengan santainya.
"Iya sih tapi kayaknya Dean sensi banget sama Bintang akhir-akhir ini ... ha-ha!" ejek Marcel.
"Enak aja lo bilang gua sensi! Gua ngerasa Bintang itu gak kayak pas awal-awal kita debut, pas awal debut Bintang itu orangnya ramah dan ceria, nah sekarang jadi kayak orang pemurung terus ngejauh gitu dari kita," protes Dean.
"Iya sih." Sejenak Marcel memikirkan ucapan sahabatnya itu.
Tiba-tiba obrolan mereka terhenti karena ada suara berisik pintu terbuka.
Kriet!
"Kak Bintang baru pulang?" tanya Jerry.
"Iya," jawab Bintang singkat sambil berjalan menuju kamarnya.
Bintang menuju kamarnya dan lalu menutup pintu kamarnya tanpa memperdulikan Dean, Marcel dan Jerry yang berada di ruang tengah.
"Tuh kan emang bener-bener si Bintang ini," ucap Dean kesal.
"Udah-udah mungkin dia lagi gak mau diganggu." Marcel menepuk pundak Dean menenangkan emosinya.
.
.
.
***
Di dalam kamar Bintang.
Bintang hanya terduduk di kasurnya sambil menghela nafas. Kedua tangannya memegang kepalanya, seperti seseorang yang sedang banyak pikiran.
"Ah! Kacau kalo kayak gini! Bisa gila gua mikirinnya!" Bintang pun merebahkan badannya ke kasurnya sambil mencoba memejamkan matanya.
.
.
.
***
Seminggu kemudian, malam hari di kampus tempat Hira berkuliah.
"Aih! Telat gua telat." Hira berlari tergesa-gesa menuju ruang kelasnya.
Di tengah perjalanan menuju kelas Hira tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang berjalan santai di depannya.
Bruk!
"Haduh maaf saya gak sengaja, saya sedang buru-buru takut telat." Hira meminta maaf kepada orang yang ditabraknya.
Setelah minta maaf Hira berlari meninggalkan laki-laki yang ditabraknya tadi. Ternyata laki-laki yang ditabraknya adalah Bintang.
"Masih ada ya orang yang serius mau kuliah sampe lari-lari gitu," ujar Bintang sambil tersenyum tipis.
Dari kejauhan ada suara seseorang memanggil Bintang. Itu adalah Tirta.
"Kalo mau kabur kelas seenggaknya jangan lupa bawa ini." Tirta berteriak sambil melempar topi dan masker kepada Bintang.
"Makasih, Ta! Gua lupa soalnya buru-buru, udah bosen gua dengerin si botak ngoceh," ucap Bintang sambil nyengir.
"Ha-ha-ha! Lo ini bener-bener ya, Bin, udah kita ini emang jarang kuliah eh lo malah kabur, terus lo mau kemana sekarang?" Tirta bertanya pada Bintang sambil tertawa.
"Gak tau gua ... paling gua balik ke dorm buat latihan," jawab Bintang.
"Di dorm lagi gak ada orang kan, soalnya pada pulang ke rumah masing-masing," ucap Tirta.
"Justru gua seneng kalo sepi," tanggap Bintang datar.
"Bin ... seenggaknya lo jangan terlalu dingin ke anak-anak, bisa gak kayak dulu lagi?" pinta Tirta dengan wajah sedikit memohon.
"Hm ... entahlah tapi bakal gua coba, gua cuma gak mau ngebebanin mereka aja." Bintang sedikit menundukkan kepalanya sambil memikirkan permintaan dari Tirta.
"Oke! Gua balik ke kelas dulu ya." Tirta pun meninggalkan Bintang.
Bintang pun menuju parkiran mobil sambil memakai topi dan masker yang diberikan Tirta.
.
.
.
***
Sesampainya di parkiran.
"Aih! Sial amat gua! Kenapa malah bocor sih bannya mana gak bawa ban cadangan, sial banget!" Bintang mengambil handphone-nya dan menelpon manajernya.
Tut-tut-tut!
Setelah sepuluh menit akhirnya telepon diangkat.
In call.
"Kak ... lagi dimana?" tanya Bintang.
"Apa Bin? Gak kedengeran lo ngomong apaan." Terdengar suara musik yang berisik dari telepon Pak Manajer.
"Ampun dah pasti lagi dugem ini orang," ucap Bintang kesal
"Gua lagi ditempat biasa Bin, mau nyusul, Bin? Gak kuliah lo?" teriak Pak Manajer dari telepon.
"Gua gak minat ketempat begituan, mobil gua bannya bocor, jemput gua kak," teriak Bintang.
"Gak kedengeran bin lo ngomong apaan?! Lo WhatsApp aja ya," teriak Pak Manajer.
"Ah! Dasar lah daritadi ngapa!" jawab Bintang kesal sambil menutup teleponnya.
End call.
.
.
.
***
Dua jam kemudian.
"Buset! Gua mau nunggu sampe kapan ini mah? Keburu Tirta kelar kuliah." Dengan kesal Bintang berjalan ke arah halaman kampus meninggalkan parkiran mobil.
"Ah! Pesen ojek online aja!" Bintang baru kepikiran setelah dua jam.
Bintang pun mengeluarkan handphone-nya, namun ternyata handphone-nya kehabisan baterai.
"Astaga! Kenapa gua sial banget, sih!" Bintang mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
Bintang pun melanjutkan langkahnya menuju halaman kampus dan memutuskan untuk pulang naik bus.
"Gua pake masker dan topi, pasti gak akan ada yang ngenalin gua," gumam Bintang.
Saat asyik bergumam sendiri, di depan Bintang ada seorang gadis yang sedang menelepon sambil berjalan pelan. Bintang tidak bermaksud mencuri dengar apa yang dibicarakan gadis tersebut ditelepon, namun suara gadis itu lumayan besar hingga terdengar olehnya.
"Apa, Bu? Ibu sakit? Terus gimana adik-adik, Bu? Pasti ibu kesusahan ya," tanya Hira. "Jadi Dinar sama Disa diminta bayar uang buku sekarang, Bu? Iya Bu Hira usahain ya, nanti gajian akhir bulan ini Hira kirim buat bayar buku mereka."
Sedari tadi Bintang tak sadar mengikuti Hira karena seolah ingin tau apa yang dibicarakan gadis itu.
"Kontrakan juga masih belum dibayar ya,Bu? Oke Bu Hira bakal usaha lebih keras ya, Ibu jaga kesehatan." Hira menutup teleponnya.
Tiba-tiba Bintang tersandung paping blok yang menonjol di depannya dan membuat suara berisik sehingga Hira pun menengok dan kaget.
"Aw!" teriak Bintang kesakitan.
"Siapa lo? Ngapain dari tadi ngikutin gua?" teriak Hira sambil menghindari Bintang.
"Gua gak ngikutin lo, kok." Bintang membantah tuduhan Hira.
"Hah! tampang kayak gini pasti orang mesum, ya?" Hira mencurigai Bintang.
"Gua bukan orang mesum! Enak aja!" protes Bintang.
"Kalo bukan orang mesum, kenapa pake topi sama masker malem-malem gini," tanya Hira yang masih mencurigai Bintang.
"Ya ... gua itu...." Sebelum Bintang melanjutkan omongannya Hira sudah berteriak minta tolong pada orang-orang disekitarnya.
"Tolong! Tolong! Ada orang mesum mau ganggu saya! Tolong! Tolong!" teriak Hira.
Bintang dengan sigap membekap mulut Hira dan membawa Hira ke arah parkiran mobilnya. Hira terus memberontak sehingga topi dan masker Bintang pun terlepas dan mereka saling bertatapan.
"Lo ... lo kan?!" Hira menatap Bintang dengan wajah yang serius.
Next episode>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Amanda
keren
2020-11-08
0
Oki Indriani
semangat terus kak
2020-06-29
3
Lenna Cristy
semangat terus Kakak 😊
2020-06-13
2