TOBATNYA GADIS ANGKUH
Giska Ananta adalah seorang gadis berparas cantik dan sangat jenius serta memiliki semua kemewahan yang menjadi impian semua gadis diusianya.
Memiliki orangtua yang sangat kaya raya dengan sejibun bisnis yang tidak akan membuatnya kekurangan. Setiap minggu, ia harus berganti mobil ke sekolah dengan sopir kece karena Giska tidak ingin sopir pribadi yang setengah tua.
Siswa yang berusia 17 tahun ini saat ini sedang mengikuti perpisahan sekolahnya, ia tidak ingin membiarkan waktu berlalu begitu saja di momen perpisahan itu. Ketika waktunya acara pelepasan para siswa kelas 12 oleh kepala sekolah, Giska meminta MC acara tersebut untuk memberikan kesempatan padanya untuk bernyanyi.
Setelah berunding dengan ketua panitia acara perpisahan tersebut, yang tidak lain adalah kekasihnya sendiri, Giska di persilahkan naik ke atas panggung untuk menyumbangkan sebuah lagu yang sangat sedih malam itu.
Semua orang hanyut dengan alunan indah suara gadis yang sangat cantik ini. Hingga lagu itu selesai, Giska mendapatkan uplose dari para tamu yang hadir termasuk kedua orangtuanya. Rupanya lagu yang dinyanyikan oleh Giska adalah lagu untuk ibunya.
Merasa ada kebaikan dalam diri Giska, ayahnya merasa yakin bahwa tabiat anaknya yang sangat buruk mampu dirubah menjadi seorang gadis yang berakhlak mulia.
Seminggu kemudian, Giska yang sudah diterima di sebuah universitas negeri yang terkenal di Jakarta tersebut, diajak bicara oleh ayahnya ketika mereka sedang makan malam di luar.
Rupanya makan malam itu sudah diatur sedemikian rupa oleh kedua orangtuanya untuk melakukan pertemuan keluarga dengan calon suami Giska.
"Giska, makan malam ini, bukan malam biasa namun ayah sedang mengundang keluarga lain untuk membicarakan hal yang paling penting di acara pertemuan keluarga ini." Ucap ayahnya ketika mereka sudah menempati meja yang sudah ayahnya booking sebelumnya.
"Apa maksud ayah? Giska tidak mengerti ayah." Tanya Giska yang baru menghenyakkan tubuhnya di kursi yang ada dibarisan meja panjang tersebut.
"Ayah ingin menjodohkanmu dengan seorang lelaki yang merupakan putra teman akrab ayah semasa ayah masih di pesantren dulu." Tuan Ruslin memberitahukan tujuannya pada putrinya tentang pertemuan makan malam ini.
"Ayahhh!" Ini jebakan untukku, alih-alih merayakan kelulusanku dan keberhasilanku masuk ke universitas ternama di Jakarta, mengapa malah ayah buru-buru menjodohkan aku dengan pria yang tidak aku kenal sama sekali, lagi pula aku sudah punya pacar ayah dan aku sangat mencintai Reza." Ucap Giska berapi-api.
"Kamu mau menerima perjodohan ini atau ayah akan mencoret namamu di surat wasiat ayah yang menyatakan kamu adalah pewaris tunggal perusahaan group Qirin." Tuan Ruslin mengancam putrinya dengan cara pertama.
"Aku tidak butuh harta ayah, lagi pula kalau ayah mati, otomatis harta itu akan menjadi milikku." Timpal Giska cuek.
"Semua harta yang ada di bank dan juga semua aset ayah yang tidak bergerak akan ayah sumbangkan ke panti sosial karena dengan cara itu, yang akan menjamin surga untuk ayah daripada memiliki anak tidak berguna sepertimu yang hanya berfoya-foya dan tidak jelas masa depannya." Ucap Tuan Ruslin sangat sinis pada Giska.
Baru saja Giska hendak menyalak didepan ayahnya, tiba-tiba keluarga Kyai Chairul Azzam sudah menghampiri meja mereka.
"Assalamualaikum Tuan Ruslin" Ucap kyai Azzam dengan salam yang sangat lengkap. Seketika Tuan Ruslin dan istrinya berdiri menyambut teman lamanya itu dengan menjawab salam serta kata-kata dalam bahasa Arab yaitu selamat datang kyai Azzam.
Kedua keluarga itu saling bersalaman, namun tidak dengan Giska yang hanya memalingkan wajahnya ke arah ponsel dan berselfi ria karena sengaja ingin membuat keluarga itu tidak menyukainya.
"Assalamualaikum Giska!" Sapa ummi Alia lembut pada calon menantunya ini.
Giska sama sekali tidak ingin membalas salam dari ummi Alia, ia hanya menatap wajah teduh itu sesaat lalu tersenyum sinis membuat ayahnya sangat murka dengan sikap putrinya itu.
"Oh iya mana putra kalian, apakah tidak ikut bersama dengan kalian Kyai Azzam?" Tanya nyonya Nunung ketika tidak melihat penampakan wajah calon menantu mereka.
"Putra kami masih parkir mobilnya, sebentar lagi akan menyusul," ucap Kyai Azzam.
Tidak lama kemudian datang seorang pria yang sangat tampan membuat pengunjung restoran tersebut sesaat menengok ke arah wajah tampan Daffin. Giska yang masih sibuk dengan ponselnya tidak memperhatikan sekitarnya karena ia sedang berniat membuat ayahnya makin murka.
"Assalamualaikum Tuan dan Nyonya Ruslin!" Sapa Daffin ramah membuat Giska berusaha mengangkat wajahnya hendak mengambil minumannya untuk ia minum.
Baru saja dia ingin meneguk minumannya seketika tersedak melihat penampilan dan wajah tampan milik Daffin yang membuatnya tidak bisa berkata apa-apa.
"Ya Tuhan, apakah aku tidak sedang berada di dalam surga saat ini?" Tanyanya di dalam hati karena terpesona dengan wajah tampan Daffin.
Melihat wajah cantik calon istrinya, Daffin pun juga sama gugupnya dengan Giska, ia pun segera mengalihkan pandangannya kepada Tuan Ruslin untuk berbasa-basi tentang perusahaan yang dimiliki oleh orangtuanya Giska.
"Daffin, ini putriku Giska dan Giska ini adalah putra sahabat ayah saat kami masih di pesantren dulu." Tuan Ruslin memperkenalkan putrinya pada Daffin.
Dengan percaya diri Giska mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Daffin namun Daffin hanya mengatupkan kedua tangannya menyalami Giska dari jauh.
Giska yang tidak terlalu mengerti tata cara dalam Islam membuat dirinya sangat malu dan juga kesal. Awalnya yang begitu suka dengan wajah tampan Daffin kini berbalik membenci laki-laki itu. Iapun menarik tangannya dengan wajah kecewa dan itu membuat Daffin merasa bersalah.
"Daffin itu adalah Giska putri sahabat Abah, ia baru menyelesaikan sekolah SMA, apakah kamu siap menikahi gadis ini?" Tanya Kyai Azzam tegas pada putranya.
"Insya Allah Abati, saya siap menikahi putri tuan Ruslin yaitu nona Giska Ananta." Ucap Daffin dengan tersenyum manis pada Giska yang sedang cemberut karena tersinggung dengan perlakuannya barusan.
"Bagaimana denganmu nak Giska, apakah kamu menyukai putraku Daffin?" Tanya Ummi Aliya kepada Giska yang tiba-tiba menjadi murung.
Giska hanya mengangguk lemah lalu kembali menatap ponselnya.
"Alhamdulillah, akhirnya malam ini kita berhasil mengikat keluarga kita dalam pertunangan ini. Insya Allah bulan depan kita akan mengadakan pernikahan secepatnya dalam tujuan mulia ini" Ucap Kyai Azzam disambut yang lainnya dengan mengucapkan selamat pada kedua calon mempelai tersebut.
Setelah bercakap-cakap sebentar, mereka pun menikmati hidangan makan malam dengan tenang karena menghargai rejeki Allah yang saat ini mereka nikmati. Tidak boleh bersuara dalam acara makan, itulah ajaran yang telah diterapkan oleh Kyai Azzam selama memimpin pesantrennya dan juga mendidik putra putrinya.
Mohammad Daffin Anggara adalah putra pertama dari tiga bersaudara, lelaki tampan ini sudah berusia 25 tahun. Saat ini dua saudara perempuannya sedang di Kairo menempuh pendidikan S1.
Kedua saudaranya itu adalah Asia dan Mariam yang berusia 20 tahun dan 21 tahun, karena perbedaan usia mereka yang hanya selisih setahun. Keduanya tidak bisa ikut dalam pertemuan acara perjodohan itu karena masa liburan mereka yang masih jauh.
"Apakah dua putrimu tidak ikut ke mari, Kyai Azzam?" Tanya tuan Ruslin ketika tidak melihat kedua adik perempuan Daffin.
"Oh itu, kedua putriku sedang menghadapi ujian kenaikan tingkat saat ini, jadi mereka tidak bisa pulang karena masih berada di Kairo Mesir." Jawab Kyai Azzam.
"Tuan Ruslin, apakah boleh saya berbicara sebentar dengan putrinya?" Tanya Daffin ketika mereka sudah menyelesaikan makan malamnya.
"Oh, silahkan nak Daffin!" Ucap Tuan Ruslin mengijinkan putrinya untuk mengenal lebih dekat calon suaminya.
"Giska!" Daffin meminta ijin juga pada calon istrinya itu.
Keduanya pindah ke meja lain untuk bertukar informasi tentang pribadi mereka masing-masing.
"Apakah kamu saat ini ingin melanjutkannya pendidikan?" Tanya Daffin.
"Apakah kamu tidak mengijinkan aku untuk mengenyam pendidikan lebih lanjut?" Tanya Giska.
"Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap umat muslim yang ada di dunia. Dengan ilmu, orang bisa melakukan banyak hal yang bermanfaat untuk orang lain dan juga untuk dirinya sendiri. Setiap ilmu yang didapatkan tidak serta merta harus berakhir mencapai karir tapi cukup membekali dirinya untuk menjaga keluarganya dengan ilmu itu dan itu berlaku untuk wanita karena dalam rumah tangga, istri tidak dituntut mencari nafkah, jika dia melakukan pun itu adalah bagian dari hiburan untuk dirinya itu juga harus atas ijin suaminya." Ucap Daffin.
"Apakah kamu tidak ijikan aku bekerja setelah kita menikah?"
"Boleh Giska, tapi kamu harus berjanji utamakan dulu kepentingan keluarga sebelum untuk orang lain di luar sana." Ucap Daffin tegas.
"Cih, belum apa-apa sudah diatur begini, bagaimana kalau sudah menikah, bisa-bisa nanti aku dikurung." Giska agak kesal dengan pandangan sempit Daffin yang terlalu membatasi ruang gerak seorang istri.
Keduanya sama-sama saling membisu dan tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
Daffin tidak ingin bertanya lagi apa lagi meminta Giska untuk melakukan sesuatu yang belum tentu gadis ini setuju dengan pendapatnya karena dia tahu bahwa Giska ingin memiliki kepribadian yang merdeka yang akan menolak untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang istri yang tidak sesuai dengan pandangan hidupnya.
"Ayo!" Kita kembali bergabung dengan keluarga kita." Titah Daffin setelah tidak ada lagi yang mereka bahas.
"Tunggu mas Daffin!" Giska mencegah langkah Daffin yang ingin meninggalkan meja mereka.
"Ada apa Giska?" Daffin membalikkan lagi tubuhnya melihat gadis yang sebentar lagi akan ia nikahi.
"Apakah mas Daffin mencintaiku?" Tanya Giska.
Daffin tersentak mendengar pertanyaan itu. Ia bingung harus menjawab apa, karena saat ini di hatinya hanya ada rasa ketertarikan fisik bukan cinta.
"Mengapa mas Daffin diam?" Bukankah rumah tangga dibangun atas nama cinta?" Tanya Giska membuat Daffin diam sejenak.
"Jika cinta yang aku punya saat ini padamu adalah cintaku karena Allah aku memilihmu untuk ku nikahi atas ridho Illahi, bukan karena syahwatku sebagai lelaki karena rupamu yang cantik." Ucap Daffin.
"Apa bedanya cintamu dan cinta Allah?"
"Jika aku hanya mengandalkan perasaan cintaku padamu karena banyak alasan maka waktu yang akan menghentikan perasaanku padamu. Tapi aku menyerahkan segala rasaku padamu karena Allah, insya Allah karena Dia yang akan menjaga hatiku untuk selalu condong mencintaimu sepenuh hatiku. Bukankah Allah yang memiliki hati kita?" Jadi mudah baginya untuk membolak-balikkan hati kita untuk tetap istiqamah dalam menjaga keutuhan rumah tangga kita nantinya. Jadi lakukan segala niatmu atas cinta Allah maka Allah akan mempermudahkan langkahmu dalam membimbing jalan hidup kita." Daffin menjelaskan keterkaitan cinta Allah dengan cinta yang dimiliki hambaNya.
Giska menyimak setiap ucapan Daffin yang sangat berkesan untuknya malam ini.
"Terimakasih mas Daffin!" Semoga cinta Allah akan terpatri di hati kita untuk menjaga cinta yang akan kita bangun bersama nanti setelah berumah tangga.
"Insya Allah." Ujar Daffin lalu mengajak calon istrinya itu kembali bergabung dengan kedua orangtua mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Andy Mauliana
kayak lagu yah: Cintai aku Karna Allah
2023-05-29
2