Chapter 18. Let's Split

"Pfft."

Kenji yang melihat tingkah aneh Naoki kebingungan. "Kau kenapa Mellow Prince?"

Naoki yang baru sadar membalas, "Gapapa."

"Huh?"

"Arimasen(Tidak ada)."

Cerita Ayumi selesai sampai Cwang, Naoki, dan Akbar menemukan jasad Kaouri dilapangan basket. Namun Naoki melanjutkan sendiri kisahnya untuk diri sendiri. Dan tentu saja bagian Naoki menangis sejadi-jadinya didepan mayat Kaouri hanya Naoki, sang Assasin, dan Tuhan saja yang tahu. Cwang tidak menyadarinya karena sibuk menangis juga.

"Owh~ Ternyata kau bisa menangis. Tak salah dijuluki Mellow Prince."

"D-Diam!!"

Setidaknya Kaouri sudah berjanji tidak akan menyebarkan.

Akhir cerita, Akbar meminta maaf secara resmi kepada Naoki dikamar Enji. Anzu mengompori Enji jika Akbar benar sakit jiwa dan mendapat pukulan hangat. Naoki memaafkannya namun masih menjaga jarak dibelakang kasur salah satu teman Enji yang paling jauh sambil memegang bantal.

"Aku memaafkanmu, tapi aku masih belum percaya. Kesucianku dipertaruhkan." Ucap Naoki dengan nada curiga dan datar.

"Naoki! @&_#**!!! Amit-amit gue mau sama

lo! Gue masih suka cewek." Teriak Akbar membela diri.

Malam itu ada duka karena kepergian Kaouri. Dan seharusnya kasus ini sangat booming diseluruh negara terlebih lagi ini adalah kasus pembunuhan disekolah paling elite. Anehnya, tidak ada artikel tentang kasus ini apalagi berita di TV. Untuk apa para wartawan datang semalam?

Dari situ, keganjilan pun timbul dan sebagian orang menyadarinya. Seperti Cwang. Tapi dia tidak membesar-besarkannya karena takut ancaman yang bisa saja terjadi. Terbunuh oleh Pureya' yang masih berkeliaran.

Untuk beberapa waktu, situasi didalam sekolah tidak terkendali. Para siswa menjadi paranoid karena pembunuhan ini, terlebih lagi sebagian staf yang mengundurkan diri ketakutan. Tapi pada bulan April, ajaibnya kondisi berhasil stabil kembali dalam waktu singkat.

⛰️☁️⛰️

"Naoki adalah kakak kelas?!" Ucapan Fumika yang membuat Eliz ikut terkejut karena baru mengetahui status Naoki yang setahun lebih tua dari mereka. "Ta-Tapi Alice bilang dia kelas 10 - 2 IPS?" Eliz tidak percaya dengan apa yang Ayumi katakan. Bagaimana mungkin Wakil OSIS yang ternyata Kakak Kelas seangkatan dengan mereka?

"Lupaa!!!" Teriak Naoki spontan dibalik jendela stadium kepada Ayumi, dan tentu saja tidak bisa Fumika dan Eliz dengar. Mengerti dengan maksud Naoki, Ayumi langsung berkata, "Ya, Naoki kadang lupa kelasnya. Dia terlalu betah menjadi kelas 10." Dengan improvisasi.

Fumika dan Eliz paham lalu tenang kembali. "Terima kasih kak," Ucap mereka bersamaan. Tak lama setelah mereka menengok kearah Ayumi, tubuh gadis itu menjadi semakin kasatmata. "Kak?" Eliz yang khawatir dengan kejadian ini berdiri dihadapan Ayumi.

"Aku kekurangan 'energi', tapi tidak apa. Aku hantu juga kok." Kata terakhir Ayumi sebelum menghilang dari hadapan mereka. Eliz sadar jika Ayumi hantu, tapi, "Kakak jangan merendah begitu."

Fumika masih dalam posisi duduk mencatat semua kata-kata Ayumi yang hampir sama persis. Setelah selesai dia menutup buku notenya dan berdiri. "Kita akan kemana?" Tanya Eliz.

"Aku bubarkan investigasi ini." Kalimat yang Fumika keluarkan membulatkan mata Eliz tidak percaya. "Apa?"

"Alice celaka karena aku! Lebih baik aku lakukan sendiri daripada ada korban selanjutnya." Nada suara Fumika lebih ketus dari biasanya. Ia berpikir jika berkata demikian Eliz tidak akan mengikutinya lagi.

Tapi kenyataannya, "Don't be like that!" Eliz menyentak ucapan Fumika. "Kalau kamu kenapa-napa bagaimana?"

Fumika muak. Seharusnya hal sederhana ini bisa Eliz terima. Lagipula ini menguntungkannya karena tidak menjadi diincar si Pureya'. "Kenapa kau peduli?!"

"Kita teman 'kan? Seharusnya saling menolong dan aku tidak akan pernah tenang bersekolah disini jika si Pureya' masih berkeliaran."

Ucapan yang Eliz katakan mengguncang hati Fumika. Tidak biasanya ada orang sebaik ini mau menemaninya melakukan kegiatan yang ia inginkan. Apalagi ini menyangkut urusan yang sangat berbahaya. "Heh."

Eliz melihat Fumika berdeham pelan sambil memeluk buku note-nya.

"Ini taruhannya nyawa."

"Terus? Kenapa kamu masih lanjut?"

Lagi. Padahal awalnya Eliz paling menentang kasus ini, tapi sekarang dia berubah pikiran.

"Aku memang awalnya tidak setuju. Tapi setelah apa yang kita lalui, aku mulai menyukai pencarian ini. Dan semua juga demi Alice. Akhirnya kita tahu apa yang membuatnya 'spesial' setelah sekian lama tertutupi." Fumika mengerti maksud Eliz. Maka setelah lama tertunduk, Fumika sanggup menaikkan kepalanya kembali. "Aku, juga salah pada Alice."

Eliz berjalan mendekati Fumika untuk melihat hasil catatannya. Kemudian bertanya kembali, "Jadi kita akan kemana?" Kali ini, Fumika bisa menjawabnya tanpa grogi. "Tersangka yang aku tangkap dari cerita Ayumi adalah Kak-ehem-Naoki, Kak Akbar, Kak Cwang, Kak Jeffrey, Pak Atsushi, Bu Ochari, dan 3 siswa yang Bu Ochari pilih."

"Tapi tidak menutup kemungkinan akan bertambah atau berkurang, jadi kita harus mencari informasi sebanyaknya."

"Aku menempatkan beberapa narasumber yang patut diprioritaskan dahulu, yaitu Bu Ochari dan Kak Akbar. Kita akan berpencar untuk mencari mereka, tapi selalu hati-hati. Pureya' masih berkeliaran."

Deduksi dektektif Fumika yang Eliz kagumi membuat senyum terbentuk di kedua sudut bibirnya. "Cari Bu Ochari untuk menanyai siapa ketiga siswa yang dia pilih. Tapi bagaimana jika ia lupa? Sudah setahun berlalu."

Fumika berpikir kembali, "Benar juga." ternyata ia bisa salah. "Bagaimana jika aku tanya Kak Jeffrey." Fumika menatap Eliz cemas. "Eliz, dari cerita Ayumi tadi sepertinya Kak Jeffrey itu berandalan. Coba tanya Bu Ochari atau Kak Cwang saja."

Eliz mengerti, namun. "Oke!" Ucap Eliz tanpa Fumika ketahui temannya ini sedang berbohong. Aku tetap akan menanyai Kak Jeffrey, Ucap Eliz dalam hati.

Akhirnya mereka sepakat untuk berpisah. Masih ada sisa waktu istirahat 20 menit, jadi mereka sepakat untuk berpencar. Fumika akan ke ruang OSIS menemui Akbar dan Eliz mencari Bu Ochari di ruang guru.

"Hati-hati!" Ucap Fumika kepada Eliz kemudian dibalas, "Kamu juga."

🍵💮🍵

Sebuah teko keramik antik terhiasi oleh guratan gambar pemandangan berwarna biru. Dari penampilannya dapat disimpulkan benda ini dibuat di China dan dari cara melukisnya ini keluaran terbaru dengan gaya modern.

Teko ini biasa digunakan Haruka untuk menuang teh. Namun sebelumnya ia harus merebus daun teh di kuali kecil dengan pemanasan kompor. Lalu setelah sari tehnya muncul, Haruka akan menyaringnya hingga daunnya tidak tercampur dengan sari teh.

Prosesnya cukup rumit. Untungnya Haruka sudah membuat teh sebelumnya jadi ia hanya tinggal menuang kedalam teko. Setelah menutup teko, Haruka menuangkan isinya kembali di gelas yang Alice pegang.

"Terima kasih kak," Ucap Alice lalu meminum tehnya.

7 menit sebelumnya,

Masih ada ledakan emosi dalam hati Alice. Tapi sialnya ia harus berlarian dengan rasa takut sambil menghindari Oni dan Hantu yang berusaha mengejarnya.

Alice tidak tahu kapan kekuatan-nya akan berakhir, tapi dalam hati dia selalu memanjatkan doa yang sama. "Hurry Up, Hurry Up!!! Oh My God." Sambil berlari menghindari tangkapan monster kelaparan lainnya.

"Kami akan menangkapmu cepat atau lambat!" Ucap salah satu Oni yang wajahnya tidak bisa terlihat karena terlalu hitam. Tentu perkataannya membuat adrenalin Alice meningkat tajam.

Beruntunglah siswa yang terlahir normal. Mereka tidak perlu berlarian dikoridor karena dikejar monster. Dengan santainya berjalan menikmati pemandangan taman sekolah tanpa dikomentari, "Dia kenapa?"

Dipikiran Alice tidak ada lagi kata 'akan kemana?'. Dia rela mengambil semua jalan secara acak agar para Oni yang tersisa kehilangan jejaknya.

Semakin lama ia berlari, semakin samar wujud para Oni yang sebelumnya jelas didepan mata. Lalu saat ia sudah berada dijalan keluar, wujud Oni yang mengejarnya hilang bagai debu saat ia membalikan tubuhnya untuk mengecek bersamaan dengan cahaya mentari yang terang diatas kepalanya.

Dalam hati Alice bersyukur kepada Tuhan karena telah menyelamatkannya dari Oni yang mengejar.

Tapi perasaan kesalnya kembali, "Fumika." Nama orang yang telah mempermainkan dirinya ditengah malam. Alice berteriak karena frustasi. Dia sudah melihat sekitar dan tidak ada satupun orang yang ia lihat. Jadi dia bebas melepas keluh.

"Kau pikir kekuatanku itu mainan?! Salah-salah aku bisa mati! Sialan, ini sudah yang ketiga kali!" Caci maki Alice keluarkan agar hatinya bisa tenang. Namun nyatanya malah membuatnya semakin perih.

Alice memegang dadanya dan ia merasakan jantung yang berdetak terlalu keras. "Tarik nafas, keluarkan. Ayolah Alice." Alice berusaha mengendalikan nafasnya kembali. Mungkin jika nafasnya menjadi normal, jantungnya juga.

Hufft. Tubuhnya sempoyongan, kepalanya pusing dan hampir terjatuh. Tapi dengan kerasnya ia berusaha berdiri. Setelah Alice mampu menguasai dirinya sendiri, matanya waspada melihat sekitar. "Kebun?"

Akhir perjalanan, Alice berhasil berlari kearah kebun. Warna warni bunga yang beraneka ragam memanjakan penglihatannya. Bau harum musim semi dapat ia cium dibulan juli, entah apakah Alice bisa liat atau tidak jika disalah satu pohon ada sarang lebah.

Alice berpikir, mungkin ia bisa melihat-lihat. Jadi ia berjalan semakin dalam ke rumah kaca tersebut.

Rumah kaca ini memiliki hal selain berkebun. Ada bekas cangkulan disatu sudut taman untuk menanam sayur yang sepertinya belum selesai ditanam. Pohon besar yang kokoh dengan benalu hijau dibatangnya. Semak bunga dan beri beraneka warna.

Setelah menyisir kebun semakin dalam. Alice menemukan sebuah siluet disebuah gubuk kecil. Awalanya kuduk romanya bersiap untuk berdiri. Namun setelah diperhatikan lagi saat sosok ini menengok dan menunjukan wajah yang Alice kenal, ia malah tersenyum syukur.

"Wah, Alice!"

"Hai Kak Haruka."

Alice mendekat kearah Haruka yang sedang menyiram Anggrek-Anggrek yang tergantung dipipa besar. "Apa yang membuatmu datang kemari? Biasanya para siswa lebih tertarik dengan taman Utara jika istirahat." Tanya Haruka saat Alice melihat salah satu Anggrek yang sudah disiram.

"Hanya ingin jalan-jalan saja." Balas Alice. Bohong, aku sedang melarikan diri sebelumnya.

Haruka berdeham menbalas jawaban Alice. Tak berapa lama kemudian ia selesai menyirami Anggrek-nya. Lalu mengajak Alice masuk kedalam gubuk kecil yang ada disamping mereka.

Gubuk ini tidak terlalu buruk. Isinya rapih dan bersih. Sepertinya penerapan konsep minimalis adalah tema utama gubuk ini karena ada meja berbentuk balok yang diatasnya kompor portable, meja bundar dengan 4 kursi yang ditumpuk menjadi 2 kursi, dan 1 lemari kaca sedang disudut ruangan yang diisi oleh sedikit barang barang. Mengejutkannya saat Haruka menarik lacinya, ada ruang lain dibawah laci tersebut.

Dari sana Haruka mengambil 2 cangkir yang masih bersih. Lalu memberikan satu kepada Alice dan satu lagi ia taruh diatas meja. "Duduk dulu Alice, aku akan membuatkan teh." Ucap Haruka sambil mengambil tekonya. Alice menurut dan memperhatikan Haruka yang sedang menyiapkan teh.

Setelah menutup kembali teko, Haruka menuangkan isinya kedalam gelas yang Alice pegang.

"Terima kasih kak," Ucap Alice lalu meminum tehnya.

Haruka juga menuangkan teh pada cangkirnya lalu meminumnya. "Bagaimana rasanya? Aku coba membuat Jasmine Tea." Alice mengangguk senang karena Teh buatan Haruka sangat enak. Rasanya ringan dan wangi melatinya membuat rileks.

"Kakak belajar sendiri?" Tanya Alice. Lalu Haruka membalas, "Iya. Kau suka?"

"Tentu saja!"

"Haha! Anzu juga memberi jawaban yang sama. Sepertinya aku bisa membuat toko Teh-ku sendiri."

Tampang polos kakak kelasnya ini, Alice hadapi dengan senyuman manis. "Aku tunggu kak." Ucap Alice lalu menyeruput tehnya. Mendengar perkataan Alice semakin membakar semangat Haruka. Atmosfir ruangan itu ikut bersemangat sepertinya.

"Omong-omong dimana teman-temanmu?" Pertanyaan simpel Haruka seperti menimpa kepala Alice dengan batu. Lawan bicaranya tersedak kemudian sedikit batuk. Saat ini Alice tidak ingin membicarakannya.

"Kita, berantem." Tentu jawaban Alice membuat Haruka terpelatuk. "Kenapa kalian begitu?" Tanya Haruka lagi.

Tenggorokan Alice merasa tidak nyaman, seperti ada banyak kerikil kecil disana. Hal hasil dia memegang tenggorokannya. "Fumika, jahat. Dia tahu bagaimana kekuatanku biasa aktif tapi masih saja di tes." Haruka mendengarkan ucapan Alice dengan seksama. Ada jeda disetiap kata-katanya. Saat itu Haruka berpikir mungkin Alice tertekan sehingga ia menggeser bangkunya mendekati Alice.

Tangan Haruka mengusap lembut pundak Alice. Merasa sedikit tenang, Alice melanjutkan, "Saat itu sudah malam, aku ketakutan tapi dengan bodohnya malah mengaktifkan kekuatanku, accidentally. Dan aku hampir dimakan Oni karena Fumika."

Haruka mengerti Alice kesal dengan tingkah egois temannya. Tapi ini juga tidak baik untuk Alice sendiri. Setelah beberapa saat berpikir bagaimana cara menghiburnya, Haruka menemukan sebuah ide.

"Kakak tahu kamu masih kesal dengan teman kamu, tapi jangan begitu. Tidak ada manusia yang ingin sendiri, itu kata almarhum temanku." Alice berkedip, lalu menatap wajah bulat Haruka yang putih bersih. Rambut sepundaknya tiba-tiba terbawa angin sehingga seperti melambai-lambai.

"Teman kak Haruka korban Pureya'." Gumam Alice dalam hati. Setelah itu Haruka mengganti posisi duduknya menatap Alice. "Mau dengar cerita temanku tidak?" Ucap Haruka menawarkan. Sorot matanya damai dengan senyuman khasnya.

Tentu saja, siapa yang tidak suka mendengarkan cerita apalagi ini cerita yang bisa memberinya petunjuk tentang Pureya'?

Alice mengangguk, lalu Haruka melanjutkan. "Namanya Ayumi Samaki. Dia memiliki kakak laki-laki bernama Kenji Okinawa." Alice mengernyitkan alisnya kebingungan.

"Mungkin marga mereka berbeda, tapi mereka tetap saudara. Tapi tiri."

🌱🐰🌱

Setelah libur panjang kenaikan kelas, para siswa-siswi kembali bersekolah. Terutama untuk kelas tahun ajaran 2012 - 2014¹. Aku saat itu ada dikelas 11 - 7 IPA bersama Ayumi lagi. Dan betapa senangnya aku ada siswi yabg sekelas lagi denganku

"Ohayogozaimasu(Selamat Pagi)!" Ucapku saat memasuki kelas dipagi hari. Aku mencari bangku tempat dudukku yang ada disebelah Ayumi. Ia melihatku dan membalas salamku. "Ohayo(Selamat Pagi)."

Kita berbincang tentang apa saja yang bisa diskusikan. "Katanya ada toko Pastry yang baru buka disebrang jalan. Kamu mau ikut gak? Aku traktir." Aku membuka topik dengan toko Pastry.

Ayumi yang sedang menyiapkan alat tulisnya menyempatkan diri menengok kearahku.

"Ayo! Kita ajak yang lainnya juga ya."

"Tentu saja."

Tak terasa sudah pukul 07.30 terlewatkan. Artinya kelas sudah dimulai. Bu Usagi-Guru Seni- yang menjadi wali kelasku masuk ke kelas lalu berdiri didepan papan tulis.

"Hari ini kita kedatangan murid baru." Ucapnya sambil menatap seluruh siswa-siswi dikelas. "Silahkan masuk."

Setelah Bu Usagi mempersilahkan masuk, seorang lelaki dengan tubuh proposial membuka pintu kelas. Wajahnya oval dengan bintik hitam dibawah mata kiri. Potongan rambutnya undercut, tapi tidak membuatnya memiliki rambut seperti mangkok. Tingginya sekitar 167 - 170an, membuat tampangnya sangat dewasa. Apalagi caranya memegang tas ransel hitamnya.

Seluruh kelas ricuh seketika. Para gadis menahan jeritan bahagia mereka, sedangkan lelaki menelan ludah iri. Ada model yang masuk ke kelas kita!

"Perkenalkan dirimu." Siswa baru tersebut menengok sekilas kearah Bu Usagi, kemudian ke kelas. "Okinawa Kenji. Yoroshiku(senang bertemu denganmu/kalian)"

[To Be Continue!]🎏

¹Latar waktu setting novel ini 2013

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!