Chapter 10. I'm Sick Of This Nonsense!

"Akh!"

"Maaf dek, tolong tahan sebentar."

Seorang kakak PMR (Palang Merah Remaja) perempuan yang berjaga di UKS membersihkan lukaku dengan alkohol. Zat kimia itu tentu membuat rasa perih teramat sangat di daerah luka 'gigitan' ini sehingga terpaksa aku harus menahan diri dan air mata lanjutan.

Setelah kakak PMR ini merasa selesai menyiksa-... Maksudku, membersihkan luka, dia membalutnya dengan melingkari kain kasah putih dilenganku.

Katanya aku beruntung karena lukanya tidak terlalu serius, tapi harus rajin dibalut agar tidak terinfeksi.

"Dek, bagaimana caranya kau bisa luka begini?" Tanya kakak PMR lain yang baru datang untuk memberi kain kasah tambahan dan es teh manis.

Kalo kakak tanya begitu, aku juga ragu dengan apa yang aku alami. Walau luka adalah bukti nyata, tapi apa mereka percaya aku ditarik wanita kimono yang berleher panjang?

Karena ditempat asalku kita tidak percaya yang namanya hantu, siluman, iblis, atau apalah itu. Semua itu hanya gangguan kejiwaan.

Apalagi aku punya riwayat Skizofernia yang Okaa-san buat. Totally, mereka tidak akan percaya.

"Dia ditarik makhluk tak terlihat!"

Hah?! Fumika yang duduk disebelah kananku angkat bicara menggantikanku yang terus diam. Tapi memangnya kakak normal ini bakal percaya?

Aku berusaha menyangkal agar Fumika tidak dikira gila. Tapi kakak PMR yang mengobatiku tadi memotong,

"Masa? Apa kalian liat apa yang menariknya."

"Tidak kak. Tapi sepertinya Alice liat."

"Fumika!"

Aku kesal karena Fumika berbicara terus terang begini. Tapi dilain sisi aku bingung karena Kakak PMR ini percaya omongan Fumika. Even though they're not real! Am i right?

"Beneran?! Aduh terulang lagi ya?"

'Lagi'? Aku semakin kebingung dengan perkataan arah pembicaraan ini. Karena itu aku bertanya,

"Apa maksud kakak terulang 'lagi'?"

"Oh kalian anak baru sih. Alasan kenapa asrama terpencil dari sekolah karena banyak penunggunya dan kalian bukan satu-satunya yang diganggu."

"Angkatan tahun lalu sambai beberapa tahun kebelakang ada yang pernah dapat luka cakaran dipunggung saat tidur, luka lebam sampai berdarah tanpa sebab, bahkan ada yang hampir bunuh diri. Tapi saat sadar tidak tau apa-apa. Pokoknya asrama kalian paling angker."

"Tunggu! Apa maksudnya angker?! Bukan karena, hantu 'kan?" Eliz yang berada dikiriku loncat dari kursinya setelah dengar pernyataan kakak PMR tadi. Fumika yang malu dengan drama Eliz menyindirnya, "Ya karena ada hantu-lah, dasar bule."

"Kalian tau gak? Asrama kalian dulunya rumah sakit jiwa terbengkalai selama perang dunia dan kamar asmara adalah kamar pasien." Tiba tiba, datang cerita masa lalu mencekam dari kakak PMR yang membawa kain kasah dan teh manis yang ternyata untukku tadi.

Dan telah diketahui namanya adalah kak Anzu Sakamoto dari kak PMR perempuan bernama kak Haruka Mitsugawa.

"Asal kalian tau, rumah sakit itu juga melakukan eksperimen gila pada pasien sehingga yang tidak tahan akan.."

"Bunuh diri dan arwahnya gentayangan selamanya." Aku dan Eliz terkejut karena Fumika dapat menebak jalan cerita kak Anzu.

Awalnya kita berpikir Fumika mengetahui semua rumor disekolah ini sebelum masuk. Apalagi pembunuhan mengerikan setahun yang lalu.

Tapi ternyata salah karena dia berkata, "Cerita tentang sekolah berhantu sudah mainstream dinegara asia. Artinya ini cerita bohongan."

"Hah??" Aku dan Eliz masih bingung. Fumika yang melihat teman-temannya belum nyambung menjelaskan, "Kalian jangan tertipu! Biasanya cerita ini dibuat untuk nakutin adik kelas. Aku pernah diceritain SD-ku dulu tempat pemakaman padahal aslinya cuma ladang sawah setelah menelusur di Google."

"Ohhh." Setelah mendengar penjelasan Fumika, Orang luar negeri (kita) pun tercerahkan kalbunya. "Tapi ada juga yang beneran angker." Lanjut Fumika yang berhasil membuat kita kembali bergidik.

"Haha! Kamu pinter sekali. Tidak takut sama yang begituan lagi, padalah ini cerita beneran, loh." Pujian dari kak Anzu, tapi Fumika acuh dengan ucapan terakhirnya.

"Jadi apa yang kamu liat.. Ehmm,"

"Alice, Alice Yamada kak Haruka-San."

"Iya Alice-Chan!"

Kak Haruka sangat bersemangat untuk mendengar jawabanku. Padahal korban yang merasakan langsung kejadiannya masih trauma dengan jendela. Serius, aku saat ini menjadi ketakutan dengan jendela sehingga Eliz berinisiatif menutup semua jendela dengan gordeng dan menyalakan lampu UKS.

Dan aku juga masih ragu dengan apa yang terjadi. Tapi karena kak Haruka memasang wajah 'Kawaii plus plus' dengan banyak cahaya diimajinasiku, aku tidak tega membuatnya menunggu. Jadi aku ceritakan semua yang aku alami walau tidak masuk akal.

Saat membaca diary, suasana malam yang berubah, ilusi-ilusi yang dianggap 'hantu', hingga wanita kimono berleher panjang dan monster-monster slime mengerikan yang menyerang kami.

"... Lalu wanita kimono itu gigit lenganku hingga aku keluar jendela. Dan inilah hasilnya." Aku menunjuk lengan kiriku yang terbungkus kain kasah putih yang tercampur coklatnya betadin sebagai bukti. Agak canggung bercerita dengan banyak orang, serasa sorotan dunia.

"Lalu Eliz dan Fumika." Lanjutku. "Tubuh kalian memar karena monster slime itu."

Eliz dan Fumika membuat wajah tidak percaya sampai mereka sendiri melihat ke cermin yang menempel pada lemari coklat kayu UKS bersamaan.

Dan alangkah hiperbola-nya mereka berlaga sok dramatis. Fumika terdiam dicermin sambil mengusah memar ditangan dan pipinya, sedangkan Eliz a-i-u-e-o tentang wajahnya yang memar tiba tiba.

"Wajahku... Wajahku yang kawaii."

"AAAA!!! Gimana jika tiba-tiba mom nawarin jadi super aktris? Wajah biru-biru ini bakal kelihatan!"

"Ya ampun, like kamu pernah ditawarin Elizabeth." Keluh kesal-ku.

"Kalian pakai salep ini saja besok pasti langsung sembuh." Ucap kak Anzu memubarkan drama mereka. Setelah itu, Eliz dan Fumika ganti-gantian memakai salep yang diberikan kak Anzu dan duduk kembali disofa panjang bersebelahan denganku.

"Alice, sepertinya yang kau lihat itu Rokurokubi, hantu wanita yang dapat memanjangkan lehernya." Ucap kak Haruka.

Rokurokubi? Apa itu? Urban legend negara ini?

Aku yang penasaran meminta kak Haruka untuk menjelaskan sebagai ganti aku telah menceritakan bagaimana aku terluka. Kak Haruka setuju kemudian menjelaskan.

"Menurut cerita rakyat jepang, Rokurokubi awalnya adalah seorang manusia biasa. Namun karena melanggar suatu ajaran-ajaran Budha ia dikutuk menjadi makhluk mengerikan dengan leher yang panjang."

"Tapi kenapa dia berusaha membunuh Alice, benar bukan?" Saat sesi penjelasan selesai, kak Haruka mengajukan sebuah bertanya.

"Karena, konon hantu ini dapat menghisap kehidupan atau umur manusia." Jelas kak Anzu menjawabnya.

"Dia dikenal sering menakut-nakuti para pemabuk, penipu, dan orang yang sedang tidur. Mangsanya pun adalah laki laki. Jadi kenapa dia sangat tertarik Alice yang tidak termaksud dalam semua kriteria itu?"

Mereka menanyakan pertanyaan yang bahkan korbannya tidak tahu, sehingga aku memilih diam.

Tiba tiba Fumika menggantikan aku, "Karena Alice sepertinya anak indigo sehingga mereka tertarik dengan jiwanya."

Pertama, terima kasih karena mewakili aku. Kedua, "Apa lagi dengan INDIGO?!!"

Okaa-san juga orang asia tapi tidak pernah mengatakan hal-hal aneh ini kepadaku. Lalu seingatku, dari sebelum menyanyikan lagu 'London Bridge Is Falling Down', serta hampir masuk rumah sakit jiwa, aku hidup seperti anak biasa!

"Eh, jangan marah-marah Alice." Ucap Fumika menenangkan. Aku tersadar, kemudian kepalaku dipalingkan menghindari kontak mata dari wajah semua orang karena pusing. Setelah itu aku berkata,

"Maaf, I'm just sick of this nonsense."

"It's oke buttercup,"

"Oke Eliz, thanks. But i'm fine."

Sekali lagi, maaf. Indigo, hantu, dan hal supralnatural lainnya dalam semalam ini membuat kepalaku pecah. Supralnatural atau tidak, bodoh amat! Karena hal-hal diluar nalar ini adalah alasan aku dikucilkan dan aku tahu Okaa-san pun juga.

Dia menyalahkanku karena jatuh dari jembatan. Padahal, aku berada didalam pembatas sehingga mustahil bisa jatuh. Dijelaskan bagaimana pun Okaa-san yang keras kepala tetap pada jawaban-nya.

"Cukup Alicia! Yang salah itu kamu! Mengakulah!"

Dia terus menjadiku kambing hitam karena kematian Dad. Padahal yang salah Mandora!

"Wanna know something Alice?" Aku mengangkat kepalaku dan melihat Fumika dengan gestur wajah yang lebih kalem, tapi tidak melunturkan aura tegasnya.

"Orang barat lebih suka berpikir logis makanya mereka dapat menciptakan sesuatu yang hebat. Seorang jenius."

"Tapi karena itu mereka jadi egois dan berpikir mereka yang paling hebat. Gak ada tandingannya bahkan untuk orang Asia. Makanya mereka tidak menyadari keberadaan yang lain."

Cara Fumika berbicara dapat memancing perhatian semua orang. Karena menarik, kita semua memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan penuturan Fumika. "Kita tidak sendiri."

Arah pembicaraan Fumika beralih ke 'keberadaan yang lain'. Walau masih bingung, aku mencoba mengerti dengan terus menyimaknya. "Gak percaya? Kalo gitu bisa jelaskan kenapa bisa ada Exorcism?"

"Exorcism? Pengusiran arwah?" Pendapat dari Eliz yang kemudian disambut senyuman manis Fumika. "Betul! Buat apa ada jika katanya hantu 'tidak nyata'?"

1, 2, 3... "OOHHHH!!!!" Ucap aku dan Eliz serempak. Kini kami kembali tercerahkan. Karena sudah paham, aku mencoba berargumen.

"Kalo begitu orang gila dirumah sakit jiwa bisa di Exorcism juga 'kan? Pasti mereka langsung war.. Aduh!"

"Beda lagi sayangku."

Argumenku yang salah mendapat sentilan dahi dari Fumika. "Gak semua yang gila itu kesurupan, bisa aja gara-gara tekanan hidup mereka jadi gila."

"Pilihannya 2, bunuh diri atau hidup menderita. Tapi karena mereka gak sanggup untuk mengakhiri hidup, akhirnya mereka gila dan karena beberapa alasan lainnya."

"Betul kak Anzu!"

Kak Anzu tersipu malu karena pujian Fumika. Oke, aku saja yang salah disini padahal mengaku ngerti.

Kak Haruka yang melihat aku cemberut berkata, "Kamu jangan cemberut dong, nanti cantiknya ilang, loh~"

Aku cukup terkejut dengan kata-kata kak Haruka. Apalagi wajahnya yang dekat denganku. Jika dia cowo aku pasti sudah pingsan karena... oh my god, wajahnya imut banget seperti Naoki!! Walau imutan kak Haruka.

***

"Hachim!! Huh? Bagaimana aku bisa bersin?" Seorang hantu penasaran melayang malas didalam kamarnya sambil membersihkan suatu noda ditangannya bertanya soal eksistensi-nya.

***

"Ja.. Jadi soal Indigo itu apaan?" Malu, aku berusaha mengalihkan topik dan menghindari kontak mata dengan kak Haruka saat ini.

Tak berapa lama, pertanyaanku dijawab kak Anzu, "Indigo adalah anak spesial yang memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan alam lain sehingga jiwanya dianggap sangat berharga bagi 'mereka'."

"Ada yang untuk berkomunikasi dan ada juga yang di 'makan'. Jadi itu alasan Rokurokubi tadi ingin membunuh Alice."

Jawaban kak Anzu cukup memuaskan, tapi, "Melihat alam lain? Kayaknya aku gak mungkin deh." Ucapanku membuat 1 ruangan bengong, apalagi Eliz yang tahu kalau aku punya teman imajinasi yang ternyata hantu.

"Serius Alice? Kalo begitu, bagaimana caranya kamu tahu yang nyerang kita Rokurokubi? Dan bagainama juga kau bisa melihat si Mandora?! Hah?! Pake teropong?! Gak 'kan?!!" Eliz mengguncang tubuhku kuat-kuat karena sebal.

Saking kuatnya membuat luka ditanganku kembali perih. "ELIZ!! BERHENTI! Lukaku jadi perih!!"

Eliz kemudian melepaskan pegangannya, dan akupun kembali membela, "Maksudku, Selain saat dijembatan dan serangan Rokurokubi, aku tidak bisa melihat hal lain-lainnya! Aku hidup seperti anak biasa selama 8 plus 6 tahun tanpa bisa melihat mereka."

"Hah? Jembatan? 8 plus 6 tahun?"

"Apa maksudmu Alice?"

Oh ya, aku lupa kakak kakak ini tidak tau ceritaku. "Bukan apa apa." Terpaksa aku berbohong pada mereka dan mendapat ekspersi kecewa.

"Yah intinya, aku tidak bisa melihat mereka secara terus-terusan." Mau bohong apa lagi? Aku memang tidak bisa melihat mereka. Mandora pun awalnya aku tidak tahu kalau dia hantu karena wujudnya mirip manusia biasa.

"Cklik" Suara pintu terbuka. Dari luar aku melihat seorang gadis dengan seragam yang aneh. Mirip seragam sekolah ini, tapi lebih tua. Tiba - tiba dia masuk kedalam tanpa menutup pintu dan membiarkan-nya terbuka lebar.

"Astaga Anzu, kamu sudah menutupnya dengan rapat tidak?"

"Oh, maafkan aku."

Gadis ini sangat tidak sopan karena bukan hanya tidak menutup pintu kembali, dia tidak menghiraukan keberadaan yang lain didalam dan terus berjalan hingga menghadapku. Saat wajah kita bertatapan, dia berkata "Hah, kau pasti anak spesial itu." Ucapannya sangat aneh.

Aku agak canggung dengannya karena wajah kita yang terlalu dekat. Hampir 3 cm sepertinya. Setelah sadar dari kecanggungan, aku menyangkal kembali "Um, permisi nona, sepertinya anda salah orang jadi tolong menyingkirlah."

Seharusnya apa yang aku katakan sudah cukup jelas untuknya tapi gadis ini malah menggila dan berteriak.

"Watashi wa Tadashī (私は正しい/Aku benar)!!!"

"Akh!!"

Teriakanya membuatku kaget. "Tadashī, Tadashī, Tadashī!!"

Dia terus mengulangi kata-kata yang sama sehingga membuatku muak. Saat aku ingin berdiri dan marah padanya, Eliz memegang pundakku sehingga aku terdiam.

"Alice, tidak ada orang disana."

Deg, deg. Jantungku kembali berdetak kencang, sedangkan gadis yang menggangguku masih mengatakan hal yang sama berulang ulang. "Tadashī, Tadashī." Bahkan ekspresi wajahnya menjadi aneh. Seperti, terpelintir?

"Tenang Alice, hantu tidak bisa menyakiti kita." Ucap kak Anzu menenangkanku. Tapi dari pada takut, aku malah lebih marah karena hantu ini sangat menjengkelkan.

"Watashi wa Tadashī! Hahaha!!"

"BERISIK!!"

'Boom'! Ketika aku hampir memukul wajahnya, dia tiba-tiba menghilang bagai asap.

"Hah? Apa yang terjadi?" Bingung, aku berusaha mendapat jawaban.

"Terbuktikan Alice, kau bisa melihat 'mereka'." Jawab kak Haruka, tapi Ini tidak menjawab pertanyaanku.

"Alrigth, Alice sudah sembuh' kan? Ini sudah malam ayo kalian kembali ke kamar." Ucap kak Enji kepada kita. Aku, Eliz, dan Fumika serta kak Haruka setuju-setuju saja. Kami pun berpisah dari ruang UKS.

"Da dah, Alice, Eliz, dan Fumika."

"Hati-hati dijalan."

Ucapan perpisahan dari kak Haruka dan kak Anzu. Kita juga membalas mereka. "Selamat malam kak Anzu-San, Haruka-San." Ucap kita serempak disertai lambaian tangan.

✋🙃🖐️

"Hah, mereka manis sekali." Ucap Haruka masih tersenyum. "Iya 'kan Anzu? Zu?" Haruka berusaha mencari pendapat dari temannya tapi sepertinya dia masih asik dengan dunianya sendiri.

"Anzu!"

"Eh, ya?"

"Kenapa kau melamun? Jangan jangan.. Nakal sekali ya kau?"

"Oi, oi. Imajinasiku tidak seperti yang kau bayangkan."

Haruka tertawa dengan omongan Anzu. Dia memang terkenal paling murah senyum dan mudah tertawa karena hal sepele. Makanya, Anzu suka. Yap, Anzu suka dengan Haruka.

"Jadi apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan terlontarkan dari mulut Haruka. Anzu hanya senyum simpul. Kemudian mengatakan, "Ada deh."

"Ihh! Anzu pelit!"

"Hehe"

[To Be Continue] 🏖️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!