Chapter 16. I'm (Not) Okay

"Kak Jeffrey tega banget!" Eliz mengomentari cerita Ayumi. Saking hikmatnya mendengarkan dia juga ikut marah dengan sikap tak pantas Jeffrey sebagai seorang pacar. "Aku juga tak habis pikir manusia seperti itu ada." Timpal Ayumi.

"Kak." Singkat namun padat, Fumika mengingat Ayumi agar terus bercerita dan tak larut dalam kesenangan pribadi. Ayumi mengerti kemudian lanjut bercerita. "Baiklah, setelah itu Kaouri benar-benar sakit hati. Dia menolak makan dan permainan basketnya menurun. Pak Atsushi sudah bicara padanya jika performa Kaouri tetap jelek, dia harus menjadi cadangan. Tapi karena melihat bakat luar biasanya, mustahil pak Atsushi langsung membuatnya menjadi cadangan."

"Kemudian hari penentuannya, Maret tanggal 6. Kaouri akan menghadapi turnamen."

👑🏀👑

Kaouri masih melamun dibangku penontonnya. Otau-san dan Okaa-san-nya sengaja meluangkan waktu untuk melihat turnamen putri mereka. "Otau-san, aku gugup." Ucap Kaouri kepada Otau-san-nya. Tentu saja kedua orang tua yang hangat ini memeluknya erat dari kedua sisi. "Kaouri pasti bisa! Ingatlah tujuanmu bermain basket." Ayahnya melepaskan pelukannya kemudian memberinya botol air mineral yabg sebelumnya beliau beli. Kaouri menerimanya kemudian membuka tutupnya.

"Untuk menang 'kan?" Ucap Kaouri ragu-ragu. "Tentu saja putriku yang cantik~" Ibunya memelukannya lebih erat dan Kaouri membalas pelukannya. Kemudian merenggang lalu Kaouri berdiri. "Aku akan berjuang!" Kaouri tersenyum lebar kepada kedua orang tua luar biasanya. Tapi tatapan matanya sayu seperti tidak tidur.

Naluri ke-ibu-an Okaa-san-nya muncul. Maka beliau ikut berdiri dan menatap wajah Kaouri yang ternyata sangat lusuh. "Astaga apa yang terjadi padamu Kao-Chan?" Beliau sangat khawatir pada Kaouri bahkan menyarankannya menjadi pemain cadangan saja. Tapi Kaouri menolak keras. "Tidak Okaa-san, aku sangat diandalkan."

Suara speaker keras kembali berbunyi setelah ucapan penyambutan. "SMA Nagasaki 78 Vs SMA Hokkaido 45, 10 menit lagi. Bersiaplah." Suara Pak Tanaka di speaker mengingatkan mereka.

Maka dengan terpaksa, Kaouri berpamitan dengan orang tuanya dan meminta mereka jangan khawatir. "Semangati aku saja sudah cukup." Belum sempat orang tuanya membalas, Kaouri sudah pergi ditemanin anggota regu basketnya.

Otau-san Kaouri menatap sedih kepergian mendadaknya. Namun rasa terkejut dengan pelukan tiba-tiba istrinya dapat mengalihkannya. Suara lirih muncul dari bibir Nyonya Maouri, "Aku, punya firasat buruk. Aku ketakutan."

"Hush! Jangan bilang begitu, memangnya apa yang akan terjadi pada Kaouri?"

***

1 banding 5 untuk SMA Hokkaido 45 dan SMA Nagasaki 78 adalah awalan yang buruk bagi SMA Hokkaido karena sepanjang sejarah bermain basket angka itu adalah kebalikannya.

"Kaouri! Kau bagaimana sih?" Teman di team Kaouri, Cwang mengeluh padanya. "Ma.. Maaf." Fokus Kaouri sedikit teralihakan karena berharap ada seseorang dibangku penonton selain orang tuanya. Jeffrey ada dimana?, Batin Kaouri.

Karena perasaannya yang kacau, selama hampir 1 jam pertandingan performanya menurun. Pak Atsushi sudah kehilangan harapan kepadanya sehingga posisi Kaouri diganti menjadi cadangan. Teman-teman yang dulu dekat dengannya kini mencacinya secara tidak langsung.

"Ah, sterk achter, de originele beurt laf(Kuat di belakang, giliran asli pengecut!)! Haha!"

"Babo, Oman han. Majimak euro nuga baegeop ipnikka(Bodoh, arogan. Akhirnya siapa yang mendukung?)"

"Sucker(Pecundang)."

Beberapa bahasa tidak Kaouri ketahui, namun dia merasa mereka mengejeknya.

"Hah! Kau kenapa sih, tidak seperti biasa." Cwang menghampiri Kaouri yang sedang duduk dibangku cadangan. Saat ini mereka dengan istirahat 5 menit sebelum babak terakhir. "Jeffrey tidak datang." Cwang dapat mendengar nada sedih. Tapi dia lebih kearah kesal sebab temannya ini cinta mati dengan brengsek yang mengatainya didepan umum.

"คุณตาบอดเพราะความรัก(Kamu buta karena cinta)"

Kaouri tersentak, dia tidak mengerti bahasa Thai yang Cwang ucapkan. Sebelum ia sempat bertanya, Cwang sudah pergi karena pertandingan dimulai kembali. "Selamat tinggal." Ucap Cwang untuk terakhir kalinya.

🍂🐉🍂

"Game Over!"

Tak terasa sudah 20 menit pertandingan berlangsung. Hokkaido kalah telak oleh Nagasaki dengan skor 13 banding 27.

Banyak anggota kecewe tak terkecuali Pak Atsushi dan Bu Ochari yang mengomeli para anggota basket habis-habisan tak terkecuali Naoki dan Akbar sebagai Wakil dan Sekretaris OSIS juga ikut karena dirasa bertanggung jawab.

"Kau itu kenapa Furugawa Naoki? Bukannya bapak setiap hari selalu bilang kepada kalian awasi latihannya yang benar atau kalian tidak mengawasi sama sekali?!" Kedua orang yang tidak ada hubungannya ini merasa sangat tersinggung. Naoki pun membela, "Pak! Kalau tidak mengawasi lebih baik saya dikelas daripada harus keluar dan berhadapan dengan set... Anak pembolos." Hampir saja Naoki salah kata saking kesalnya.

Dan hampir saja Pak Atsushi kehilangan kendali jika Bu Ochari tidak ada. Bu Ochari menasihati jika ini bukan salah seorang dan meminta semua anggota basket berkumpul. "Baik laki-laki maupun perempuan, berkumpulah. Ibu hari ini sangat kecewa dengan kalian. Sebenarnya kalian latihan atau tidak? Naoki-kun dan Akbar-kun susah payah membantu kalian buat apa? Kalah?"

Para anggota basket semuanya tertunduk. Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Bu Ochari yang sudah jelas. "Kaouri-Chan ada dimana? Ibu mau bicara dengannya." Bu Ochari menanyakan keberadaan Kaouri, namun tentu saja tidak ada yang tahu. Mereka baru sadar jika anggota mereka kehilangan satu.

Bu Ochari mendesah kasar, kemudian menyuruh 3 laki-laki yang ia pilih secara acak untuk mencari Kaouri. "Kaouri anggota kalian, kenapa tidak ada yang sadar?" Beliau benar-benar sabar menghadapi tingkah tak peduli anak-anak didiknya.

"Semua ini salah Kaouri! Sebenarnya dia bisa saja memenangkan pertandingan tapi malah jadi cadangan."

"Aku setuju. Kenapa juga dia menjadi lemah."

"Mempermalukan nama sekolah!"

"Maunya apa sih?!"

"Mati saja sekalian!!"

Plak, Sebuah tamparan keras mendarat dipipi salah seorang penggosip tadi. Naoki tidak peduli ia perempuan atau tidak, tapi sikapnya benar-benar rendah. "Terus kalian apa? Benalu yang bisa nempel tapi tidak bisa bantu." Naoki licik menggunakan kesempatan saat Pak Atsushi dan Bu Ochari sedang keluar sehingga dia bisa mengeluarkan rasa frustasinya.

"A... Aku adukan!"

Plak, Tamparan kedua ditempat yang sama membuat pipi gadis tersebut memerah panas. "Coba saja." Ancam Naoki.

Tanpa menghiraukan mata yang menangis karenanya, Naoki beralih ke Cwang. Akbar yang melihat kejadian ini hanya menelan ludah kasar. Naoki jika amarahnya memuncak bisa menjadi lebih seram dari monster. "Cwang, aku melihatmu bersama Kaouri tadi. Punya ide dimana dia akan pergi?"

Cwang yang ditanya tiba-tiba tersentak, namun karena dia sudah melihat tamparan Naoki dari awal, dia tidak punya pilihan lain selain menurut. "Taman Asrama." Ucapnya sambil gemetaran.

Puas dengan jawabannya, Naoki berkata, "Kau ikut aku. Akbar! Taman Asrama." Tak lama kemudian, Akbar mendekati Naoki dan mereka pun membawa Cwang untuk menunjuki tempat yang ia maksud.

🌲💔🌲

"Jeffrey. Kau ada dimana?"

Kaouri berlari dibalik cahaya lampu taman yang remang. Menyusuri jalan ketempat yang biasanya Jeffrey dan ia singgahi.

Taman bagian Utara, Barat, dan timur. Tempat biasanya mereka jajan dan tempat tongkrongan, tapi hasilnya nihil. Jangankan batang hidung, suaranya saja tidak terdengar.

"Astaga, jika aku meng-iya-kan ajakan Jeffrey semua ini tidak perlu terjadi." Kaouri kelelahan berlari, sehingga ia jongkok dibelakang pohon sakura besar.

Saat ini ia ada diarea Taman Tenggara yang dijadikan tempat jalan-jalan. Pohon-pohon dan semak-semak bunga yang dirawat dengan baik membuat daya tarik tersendiri. Semua berkat klub perkebunan yang merangkap membuat usaha rawat tanaman sekolah.

Dibalik pohon itu, Kaouri perpikir untuk duduk bersandar pada pohon itu sebentar sambil menyeimbangi nafasnya kembali.

Tap tap...

"Wah, aku tidak tahu jika saat malam Taman bagian Tenggara secantik ini~." Ada suara. Kaouri pun merapatkan tubuhnya dibalik pohon sakura.

"Ya, seperti dirimu." Deg, hati Kaouri berdetak kencang. Dia kenal suara ini. "Thank you, Jeffrey."

Hatinya terkoyak. Entah apa yang akan terjadi, Kaouri ingin segera pergi. Namun otaknya memilih tinggal dan mendengar pacar yang dia kasihi memuji gadis lain. "Tidak, pasti bukan." Kaouri berusaha keras perpikiran positif, namun ia tahu itu percuma.

"Jeffrey, bukannya kau sudah punya pacar?"

"Siapa, Kaouri? Kita sudah putus."

BELUM!!!

Jiwa Kaouri terguncang. Ternyata ia diputuskan secara sepihak oleh Jeffrey secara tidak langsung sebagai alasan agar dapat mendekati gadis yang lebih baik darinya.

"Kami bertengkar, lalu dia memutusiku." Ingin Kaouri memukul wajah munafik 'Ex-Boyfriend'-nya. Sudah 2 tahun ia mengenal Jeffrey tapi dia tidak menyadari kebusukan pria yang dulu dianggap berharga.

"Astaga, aku turut sedih." Kaouri sedikit mengintip pembicaraan mereka agar mengetahui siapa lawan bicara Jeffrey. Lalu yang ia lihat benar sosok mantan pacarnya bersama Suzy Lee. Gadis paling cantik dikelas, paling ramah sebagai image agar sifat penindasnya bersembunyi dengan baik.

Kaouri mengenalnya karena telah bersama saat kelas 1 dan sering menjadi bahan bully-an Suzy karena menyukai Jeffrey. Tapi lihat? Sekarang takdir benar-benar mengejeknya, Kaouri kembali ketitik nol karena musuh bebuyutannya bersama dengan mantan pacaranya.

Jeffrey menundukan wajahnya mendekati Suzy. Tangan Suzy menyentuh dadanya, dan matanya menghindari kontak mata. Tipikal pelakor¹.

"Tidak apa-apa, Suzy won't be like that, right?"

"Jeffrey..."

Pemandangan yang membakar mata, setidaknya bagi Kaouri. Jeffrey mencium Suzy tepat dibibirnya. Suara-suara terkutuk masuk ketelinganya, sangat kotor dan nista. Dia tahu Jeffrey sedikit mesum dan mencoba menciumnya, tapi ini kelewatan. Sangat kelewatan apalagi ini disekolah!

"HEY! Dimana kau?! KA-OU-RI!!!!!" Suara teriakan berhasil membuat pasangan tak resmi ini kabur terbirit-birit. Meninggal Kaouri yang masih terdiam dipohon sakura.

Sosok yang berteriak tadi sempat melihat siluet Kaouri dibalik pohon, maka dengan cepat ia menghampirinya. "Kaouri, kau dipanggil Bu Ochari." Ucapnya saat mendekati Kaouri. Namun lawan bicaranya masih saja terdiam dan menutupi wajahnya. Isak tangisan terdengar karena sunyinya taman.

"Kaouri?"

"Tinggalkan aku sendiri!" Emosi menguasai dirinya, tanpa sadar Kaouri berteriak. "********.. ********. Iblis saja sepertinya lebih baik! Mati saja dineraka." Tangisan Kaouri tidak terkendali dan hampir memukul orang yang menghampirinya. Namun pukulannya malah tepat mengenai pohon. "Aku ingin mati saja. Lagipula itu keinginan mereka iya 'kan?"

Mati?

"Jadi kau ingin mati?" Kaouri asal memberikan jawabannya. Namun ia mengangguk. "Apa kau anak beasiswa?" Pertanyaan aneh terlontarkan, namun Kaouri tetap membalas, "Apaan sih?! Kalo iya kenapa? Aku tidak peduli kau bersombong diri kepadaku!"

Dirasa cukup, maka dengan langkah hati-hati sosok ini mundur beberapa langkah sampai menemukan batu besar yang sengaja dijejerkan membentuk lingkaran disetiap pohon lalu mengambil salah satunya. Beban beratnya tidak sebanding dengan kekuatan lengannya.

Maka saat Kaouri masih terisak tangis, batu yang ia pegang dengan cepat menghantam kepalanya sampai Kaouri tidak sempat teriak. Benturan tadi cukup mengeluarkan banyak darah dan berceceran ditanah. Tapi ia berharap pencahayaan minim taman dapat membuat orang yang jalan tidak akan sadar ada darah sampai ia kembali untuk membersihkannya.

Ia meletakan kembali batu tersebut dan menghapus sidik jarinya dengan sapu tangan yang ia kebetulan bawa. Lalu menggendong tubuh Kaouri menjauh ketempat yang lebih sepi.

🌵🌺🌵

Gudang barang bekas.

Sosok yang baru saja membunuh ini sering disebut sebagai Pureya'. Nama aslinya belum diketahui. Keberadaannya bagai bayangan, tidak diketahui.

Setelah pintu gudang ia kunci kembali dan memperhatikan sekeliling. Akhirnya dengan tenang ia dapat menurunkan tubuh Kaouri dengan tenang. "Apa yang harus aku lakukan?" Gumamnya pelan.

Buat sesadis mungkin! Buat seakan-akan psikopat yang membunuhnya, si Pureya, bukan kau....

Suara perintah yang ia terima dengan berat hati. Sebenarnya ia benci mengotori tangannya untuk kepentingan pribadi orang lain. Sangat merepotkan! Namun karena terpaksa, ia harus melakukannya.

Pureya' membuka koper yang belumnya ia siapkan jika hal ini terjadi. Dia membukanya dengan sapu tangan lalu terlihat ada kotak kecil lainnya, sepasang sarung tangan, dan pisau lipat. Ia memasang sarung tangganya yang masih bersih dan kemudian mengambil pisau.

"Kelihatannya kau sakit hati." Ucapnya walaupun tahu lawan bicaranya tak akan menanggapi. "Pasti rasanya tidak mau mendengar." Pureya' menyingkirkan rambut ditelinga Kaouri, kemudian dengan perlahan memotong daun telinganya. Darah bercucuran, namun ia lanjut ketelinga satunya dan kembali memotong.

Sisa potongan telinga itu dia letakan diplastik bening yang ada dikopernya lalu dimasukan. Tangannya menyentuh kotak kecil berwarna hitam dan mengeluarkannya. Tutupnya ia buka, menampilkan seutas benang dan jarumnya.

"Mata lebih baik ditutup daripada melihat kenyataan kejam." Setelah memasukan benang ke lubang jarum, ia menusukan ujung jarum yang tajam di kelopak mata Kaouri, atau setidaknya sampai darah segar mengalir keluar dari matanya bersamaan dengan jeritan kecil dan lemah. "Kena mata ya? Gomae."

Pureya' merasa disekitar ini ada tali dan benar saja ada tali tambang bekas lomba tahun lalu. Maka ia meraihnya dan membuat simpul dileher, tangan, dan kaki Kaouri lalu diikat kuat. Terutama dileher. Setelah itu dia kembali menjahit mata Kaouri sampai yang kedua.

"Bibir lebih baik diam daripada menyakiti orang yang disayang." Selesai dengan mata, Pureya' memutus talinya dan beralih ke mulut.

Sekitar 20 menit ia habiskan untuk membereskan Kaouri yang sekarang menjadi mayat. Bekas darah ia bersihkan dan sekarang jasad Kaouri ia pegang. Sekarang Pureya' sedang berpikir dimana sebaiknya ia membuang jasad Kaouri.

Diapun melewati beberapa jalan dengan tenangnya. Jasad Kaouri bagaikan boneka baginya. Tapi dia tidak bisa berlama-lama bersamanya.

"Kaouri!!" Teriakan Naoki berhasil menyadarkannya dari lamunan. Dan sekarang dia terancam bahaya. "Sial!" Umpatnya, lalu berlari tak tentu arah. Yang penting tidak ada yang menghampiri mereka. Namun sialnya dia menemukan lebih banyak suara yang memanggil Kaouri, korbannya.

Tanpa panjang pikir dia dengan cepat memasuki pintu belakang gedung stadium. Nampaknya keberuntungan datang kepadanya. Stadium sudah kosong, maka dengan cepat ia memasukinya. Dan berjalan kepintu keluar, namun dia mendengar langkah kaki. "Ada yang akan lewat!" Dengan paniknya ia membuang jasad Kaouri yang seharusnya ia sembunyikan.

Masa bodoh! Aku tidak ingin tertangkap dulu. Gumamnya lalu pergi lewat pintu yang sebelumnya ia lewati dan menghilang.

***

"Kaouri tidak ada di taman asrama! Kita hanya membuang-buang waktu." Akbar kesal karena sekarang sudah jam 10 lewat tapi mereka harus mencari Kaouri yang entah ada dimana. "Argh!!!" Ingin ia mengumpat, namun Naoki memukul punggungnya duluan. "Orang tuanya khawatir tahu! Dasar tak berperasaan." Ejek Naoki dingin.

"I..Iya deh, Stiff Prince." Dengan suara yang sengaja digemetarkan, Akbar mengejek balas Naoki. "Berisik!!! Sekalian saja kamu menjadi Baka King."

Cwang yang melihat pemandangan ini mendengus kasar. "Kenapa aku memilih Naoki saat Folling ketua OSIS? Dan siapa yang mendukung mereka menjadi calon KeTos selain Enji?!!" Tidak ada harapan.

Disaat menyedihkan itu, Cwang berpikir daripada melihat sesama OSIS berkelahi tidak jelas, lebih baik ia melihat sekitar memutari 2 bocah ini. Mata Cwang terpaku kepada tubuh yang tertidur dilantai stadium dari kejauhan. Penasaran, Cwang mendekatinya dan mendapati ternyata tubuh itu milik Kaouri dari name tag dibajunya. "Hey kawan! Kau menakuti kita tahu. Aku pikir kau kemana."

Ada yang aneh dengan pakaian Kaouri. Ada bercak coklat tanah dan percikan merah pudar. Rambut Kaouri sebelumnya diikat, namun sekarang terurai menutupi wajahnya. Dan tangannya, ada bekas ikatan tali tambang. "Ada apa ini?" Gumamnya dalam hati.

Naoki dan Akbar yang selesai dengan pertarungan kecil mereka mendekati Cwang. Namun diperjalanan Cwang berteriak histeris, "KYAAAAA!!!!!" Karena panik mereka berlari dan mendapati tubuh Kaouri yang putih pucat tak bernyawa dengan wajah hancur terjahit. "Te.. Telinganya hi...hilang." Cwang dengan gemetaran melihat bekas potongan kasar yang menghilangkan daun telinga Kaouri.

Mereka berhasil menemukan Kaouri, namun tanpa nyawa.

"Hik.. Hiks." Tangisan Cwang cukup keras, namun air mata Naoki lebih deras mengalir dari matanya. Membuat banyak lurik. Akbar pergi berlari mencari orang-orang untuk membantu mereka meninggal Cwang dan Naoki sendirian.

"Andai, kita lebih cepat. Kau pasti selamat." Naoki menangis disamping Cwang sambil mengusap matanya dengan sikut. Membiarkan lengan bajunya basah oleh air mata.

[To Be Continue!] 🖌️

_____________

¹Perebut suami, ini tidak ada hubungannya dengan status Kaouri dan Jeffrey yang masih pacaran. Alternatifnya bisa 'orang ke tiga'.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!