Ternyata kakak yang aku tabrak ini Ketua OSIS, Edogawa Enji!!
Syok dan panik bercampur aduk dengan ketegangan bahwa fakta kakak ini adalah ketua OSIS memenuhi pikiranku. Bagaimana aku tau dia ketua OSIS? Aku sempat melihat dia berpidato sebelum kepala sekolah.
Aku sudah paranoid jika kakak ini akan mengamuk. Tapi, ternyata kakak ini tidak seperti yang aku kira. Wajahnya yang ramah dapat menenangkan hati, senyuman tulusnya seperti mewakili ucapan yang tersirat, 'Tidak apa apa'.
"Kamu bisa bangun? Sini, aku bantu." Kak Enji mengulurkan tangannya untuk membantuku. Wah, sepertinya dia tipe kakak idaman.
"Terima kasih kak... Akh!" Aku yang belum sepenuhnya berdiri, tiba-tiba dijatuhkan lagi oleh Eliz yang terpesona. "KYAAA, you are so handsome senpai¹!" Jeritnya pelan kepada kak Enji.
Sedangkan kak Enji yang tersipu hanya tersenyum. Semuanya mengabaikanku yang jatuh dengan menyedihkan untuk ke 3 kalinya. "Eliz! Aku jatuh lagi!" Eliz terhipnotis oleh ketampanan Kak Enji hingga tak menyadari sahabat yang dia jatuhkan. "Hah?! Maaf Alice." Tersangka pun membantu korban.
Kemudian tiba-tiba Kak Enji yang bertanya, "Kalian sedang apa? Kenapa tidak dikelas?"
Aku yang paling dekat dengannya jawab, "Kita mau ke kelas kak. Soalnya tadi dihukum."
"Oh, dihukum Bu Youki ya? Berarti kalian kelas 10 - A?"
"Benar kak,"
"Aku juga searah. Mau bareng?"
Kebahagiaan tiada tara terpampang pada wajah Kaukasoid² Eliz yang merah padam. Keinginannya untuk dekat akhirnya terwujudkan. "Terima kasih ya Tuhan." Ucap Eliz pelan, namun bisa aku dengar. Astaga Eliz.
Saat dijalan kami berkenalan satu sama lain, dimulai dengan kak Enji. Namun karena kita sudah kenal dari pidatonya dilapangan, perkenalannya singkat. Kemudian diteruskan oleh Eliz, Aku, dan akhirnya Fumika.
Sesaat, pikiran jahil entah darimana datang dan menyuruhku melakukan ini. Aku diam-diam mendekati kak Enji setelah Fumika selesai berkenalan, lalu aku berbisik, "Kak Enji, jangan terbuai dengan wajah kawaii Fumika. Karena sebenarnya dia ga... Lak! ADUH!!". Baru saja aku bicarakan, Fumika sudah memukul kepalaku dari atas kebawah.
Fumika yang emosi menghardik, "Makanya jangan omongin orang disebelahnya!" Aku menerima amarah Fumika dengan lapang dada, karena memang aku yang memulai perang.
👻🙌👻
Sementara itu, di tempat lain...
Memalukan sekali meninggalkan seorang gadis seperti itu. Aku benar-benar menyesal pengan keputusanku, tapi mau bagaimana lagi? Dia memanggil teman-temannya dan bagaimana caranya aku menjelaskan keberadaanku kepada mereka jika mereka sendiri tidak bisa melihatku. Ini adalah dilema menjadi hantu, mungkin aku akan bertemu dengan Alice lagi. Setelah aku mengantar tasnya.
Walaupun begitu, aku tetap memikirkannya, Alice. Aku masih aja gelisah dengan reaksi yang akan mungkin terjadi. Misalnya dia kecewa, sedih, apalagi menangis!
"Tidak, jangan sampai! Lagipula itu mustahil jugakan? Alice tidak mungkin se-emosional itu." Aku menepuk kedua pipiku untuk menyadarkan batin yang bergejolak.
Ditengah tengah lamunanku, aku tersadar oleh suatu pembicaraan.
"Hey, apa kau mendengarkan sesuatu?"
"Iya, tapi kenapa tidak ada orangnya?"
Sudah ada 1 orang yang melihatku hari ini, jangan sampai bertambah lagi. Karena jika ada manusia yang bisa melihat 'kami', bisa-bisa itu dapat nambah masalah hidup mereka. Aku tidak ingin menakuti mereka. Apalagi menjadi Monster.
"Apa jangan jangan... "
Aku menelan ludah, mataku gemetar, keringat dingin bercucuran. Aku berusaha menahan ketakutanku sampai tidak menyadari keanehan yang aku rasakan tadi. Memangnya hantu bisa melakukan itu?!
"HANTU GENTAYANGAN NAOKI FURUGAWA!"
Sialan. Saking terkejutnya, aku meloncat. Ternyata mereka hanya 2 hantu gentayangan yang lainnya, Ayumi Samaki dan Kaouri Mouri. "Hah!? Siapa yang kalian sebut hantu gentayangan, Yuurei(Hantu)!" Setidaknya mereka bukan manusia.
"Cih, diamlah. Kau berisik."
Ucapan ini, aku tau siapa Zya-ku yang suka mengatakannya. "Kau tidak usah ikut campur Kenji!"
Kenji Okinawa nama lengkapnya. Setiap kata yang dikeluarkan bagai pernyataan perang. Memang berlebihan tapi faktanya begitu.
"Yang seharusnya takut itu manusia bukannya kita, Oroka(Bodoh). Manusia yang meliat wajah Pas-pasan Cowok Pasaran omae(kamu) saja bisa berlarian." Kalimat pengantar pertamanya padaku. Aku tidak tahu dendam apa yang dia miliki, tapi ucapannya benar-benar kurang ajar!
Sekarang percaya kalau dia Zya-ku?
"Zya-ku! Kau tidak berhak berkata begitu! #$%" Bentakku kepadanya. Jika aku tidak dicegat oleh Ayumi dan Assasin, mungkin aku akan menghajar, merobek bibirnya dan mengirimnya kembali ke neraka. Di kejauhan aku melihat mulutnya yang menyeringai puas. Dasar anak iblis! Suka mempermaikan orang-orang.
Setelah 10 menit, akhirnya aku bisa mengendalikan diriku dari pengaruh anak laknat itu. Namun perasaan Sebal, Malas, dan dendam masih ada.
"Sudahlah Naoki,"
"Cheer up Naoki,"
"Orang model gini gak usah diladenin," Saat yang lain menghibur, bullshit Kenji kembali terucap. Lebih baik kalian tidak usah menghiburku sama sekali.
"Jadi Naoki, kenapa kau tadi melamun? Padahal kita sudah dekat pasti kelihatan." Disaat tidak tepat seperti ini, Ayumi bertanya hal yang tak bisa aku jawab. Aku hanya diam saja, mengacuhkannya.
🌈🌤️🌈
Aku masih berjalan Eliz, Fumika, dan kak Enji. Tapi, saat aku melihat disebelah kiriku, aku melihat Naoki. Sepertinya dia sedang bersama dengan teman-temannya. Dan, seorang pem-bully?
Aku masih penasaran dengan yang tadi ditoilet. Kenapa dia pergi? Bagaimana dia bisa kabur dalam sekejap? Jadi, aku putuskan untuk menemuinya. Aku sudah ijin dengan yang lain jika aku akan menyusul setelah menemui teman.
"Naoki!"
Sepertinya bukan dia saja yang terpanggil. Tapi, teman - temannya juga terpanggil. Ya sudah, urusanku dengan Naoki harus cepat selesai. Jadi langsung saja aku bertanya, "Kenapa pergi?".
"Alice? Aaa.. Aku, maaf. Aku,".
"Sorry my friend! Aku gak tau kalo bocah ini lagi ngobrol saat kita panggil."
Temannya dengan rambut dikuncir kuda dengan santainya merangkul Naoki. Aku tidak tahu kalau mereka ternyata teman dekat. Tapi kenapa tindakannya membuatku tidak nyaman? Dia jadi terlihat sok akrab.
👥👤👥
Ka.., Kaouri?! Mengagetkan saja! Datang dari belakang dan merangkul leherku. Tapi, setidaknya aku punya Back Up.
"Oh, maaf. Soalnya agak aneh dia tiba-tiba hilang. Ternyata dipanggil ternyata," Alice menundukannya pandangannya. Dia tersenyum canggung. "Tentu saja. Jadi, sekarang gantian aku yang bertanya. Kenapa kamu manggil dia?"
Aku tarik kata - kata. "Kaouri berhenti bicara sekarang!"
Kaouri yang mendengarkan, membalas, "Sorry, aku hanya bertanya, jangan marah." Lalu tiba-tiba mempererat rangkulannya. Rasanya, sesak?
"Eh, tidak apa-apa." Alice yang merasa cemas buru-buru membalas. Setelah beberapa detik, akhirnya Alice bicara kembali, "Alasan aku memanggil Naoki hanya untuk itu saja. Tidak ada yang lain."
Dia memanggilku untuk bertanya saja?
"Kaouri lepaskan." Aku akhirnya lepas dari rangkulan Kaouri. "Iya ya, Mellow Prince."
"Issh!" Aku kesal. Setelah Kaouri melepaskanku, dia mengataiku dengan julukanku memalukanku dulu. Tidak ada yang tidak kenal dengan julukan ini, kecuali angkatan Alice tentunya.
"Mellow Prince? Pfft." Dan sialnya, bertambah satu lagi. "Alice, tolong rahasiakan." Aku memperingati Alice dengan wajah serius. Hal ini bukan main-main karena telah mencoreng nama baikku sebagai wakil Ketua OSIS selagi hidup dan membuatku tidak tenang diakhirat.
Alice dengan wajah polos tersenyum tipis. Matanya menatapku lekat-lekat seolah mengerti. Namun balasannya, "Baiklah, MP."
"HEY!!"
"Hahaha, bagus! Bagus! Hahaha." Suara penonton suram yang menertawakan Joke murahan. Cih! Ini tidak lucu sama sekali!
"Tapi menurutku, julukanmu itu unik. Menggambarkan dirimu yang baik dan lembut. Aku suka."
Eh? Baru kali ini ada yang memuji julukanku. Biasanya mereka akan mengolok-olok aku. Apalagi jika aku hal baik, mereka serempak akan berteriak 'Mellow Prince' dengan nada mengejek. Tapi Alice berbeda.
Aku, "Terima kasih," Tersipu. Tak sanggup menatapnya.
"By the way, kalian tidak masuk kelas?" Tiba-tiba Alice mempertanyakan hal yang sensitif. Bagaimana caranya kita menjelaskan masalah tidak bersekolah lagi karena sudah mati?
"Kau sendiri kenapa tidak ke kelas?"
Kenji? Disaat seperti ini dia bisa berguna juga.
"Oh itu." Alice yang berusaha menjawab berpikir. Tapi Kenji tidak memberi jeda. "Kau tidak usah mengurusi masalah orang lain. Sana pergi dasar aneh!" Tidak aku, tidak yang lain, Kendi tetap kasar walaupun dengan perempuan seperti Alice. Tapi, ini bisa jadi alasan untuk menyuruhnya pergi. Walaupun aku tidak setuju sekalipun.
Mata Alice membulat, seketika tubuhnya menegang karena perkataan yang Kenji berikan. Kemudian Alice berusaha menutupi wajah kesalnya, berpamitan kepada kita dan pergi menjauh. Wajahnya amat kesal seperti saat aku menghadapi Kenji. Ternyata kita sama.
🕯️☠️📜
What a Jerk! Kenapa orang seperti itu bisa ada?! Inginku jahit mulutnya agar diam. Walau aku kelihatan mencampuri urusan mereka, tapi bisakah bicaranya sedikit lembut?
Disaat aku kesal begitu, aku malah teringat kembali julukan Naiko, Mellow Prince. Lucu juga namanya. Yang memberikan nama itu benar-benar kreatif.
Oh iya, aku masih ada jam Math!
Walau masih awal dan pasti cuma pengenalan guru, tubuhku lemas tak berdaya karena karena kata 'Math'. Walau seberat apapun kenyataan, kakiku masih berjalan menuju kelas.
🚪🎠🚪
Saat tidak ada Alice disekitar, ada banyak hal yang terlewatkan olehnya. Seperti,
"Dan untuk besok jangan lupa buat kartu nama. Satu untuk dimeja dan satu lagi untuk kalian pakai." Ucap Enji menjelaskan tugas yang sepertinya mereka lupakan. "Baik kak!" Balas Eliz semangat karena bisa dekat dengan kakak OSIS yang tampan. "Oke kak." Kebalikan dari Fumika yang biasa saja.
Lalu Enji melanjutkan, "Dan karena kalian masih baru, jangan sungkam bertanya apa saja dengan Kakak Kelas yang lain atau aku. Akan ku usaha sebaik mungkin."
Mendengarkan pendapat Enji, Fumika kepikiran sesuatu. Ia menjadi tertarik dengan tawarannya, lalu menyampaikan pemikirannya.
"Kalo begitu, bolehkah aku tanya sesuatu?"
"Ya boleh, dan apa itu?" Enji mendengarkan dengan seksama.
"Saat pertama kali aku kesini, aku salah masuk ke asrama laki-laki lantai 3. Di salah satu lorong ada kamar paling terpencil dan sepi sekali. Bukan hanya itu, kamarnya juga ada garis polisi, memang ada apa sebelumnya?"
"Hah?" Enji mematung mendengar pertanyaan Fumika. Pikirannya melayang kesana-kemari sampai sebuah memori gelap berputar dikepalanya.
'Enji!! PERGILAH!!...Dia akan kesini!'
'CEPATLAH!!'
Pergulatan batin terjadi membuat hatinya berantakan karena terpelatuk oleh ingatan peristiwa berdarah 1 tahun yang lalu yang menewaskan temannya. Tragisnya, dia melihat sendiri dengan mata dan kepalanya.
'SEMUANYA SALAHMU ENJI!! SEHARUSNYA KAU TIDAK MENGAJAK MEREKA!'
Deg, Deg, jantung Enji berdetak tak terkendali. Spontan, dia berteriak, "KUMOHON! JANGAN MASUK KESANA!! KAMAR ITU...,"
Terkutuk...
.......
.....
...
"Apa?"
Eliz tampak kebingungan dengan situasi yang terjadi. Bukan hanya Eliz, Fumika terkejut dengan perubahan sifat Enji yang drastis. Dia berpikir pertanyaan tadi terlalu sensitif. Dan itu, mencurigakan.
"Kumohon...jangan... Akh! Maafkan...aku," Wajah Enji pucat seperti ingin menangis. Tapi Eliz dan Fumika tidak bisa melihatnya karena dipalingkan. "Apa yang sebenarnya terjadi kak Enji?" Tanya Fumika memberanikan diri, sekali lagi.
Enji akhirnya dapat mengendali dirinya lagi. Lalu memperingati, "Jangan, jangan pergi ke kamar itu! Kamar itu terkutuk! Kau beruntung tidak ditemukan oleh-nya." Walau Enji sadar, dia gagal menjaga emosinya. Seakan - akan berkata bahwa 'Aku barusan melalui hal yang sangat buruk!'
Bersama dengan angin, Enji lari meninggalkan mereka berdua. "Apa... Kak Enji menyembunyikan?" Ucap Fumika dengan menampakan mata tajamnya dan mengkerutkan alis tipisnya. "Sudahlah, sepertinya kak Enji melalui sesuatu yang menyedihkan." Eliz menjadi merasa bersalah setelah melihat kepergian Enji. Dia juga belum bertanya Enji dikelas mana!
Disaat mereka tenggelam dalam lamunan masing-masing. Sesosok siluet perlahan-lahan mendekati mereka dan berteriak,
"BAAA!!"
"KYAAAA.... Eh?"
Siluet yang ternyata Alice berhasil mengagetkan temannya sampai histeris.
"Apaan sih, memangnya aku apa? Ghost?" Alice meremehkan mereka yang masih syok. Dan saat mereka sadar, mereka memberikan pelajaran kepada si 'Ghost' ini.
"YA GAK GITU JUGA!!!" Punggung Alice dipukul bersama-sama. "AUUWH!!" Sungguh balasan yang setimpal.
😺😹😺
Aku berjalan dengan punggung yang masih terasa sakit. Pukulan dari 'Auntie' dan 'No kawaii-kawaii Girl' benar - benar combo yang berbahaya, aku sarankan untuk tidak mencobanya.
"Jadi, apa yang aku tinggalkan? Mana kak Enji" Tanyaku tiba-tiba saat melihat keberadaan kak Enji yang tidak ada. Kemudian dijawab Auntie alias Eliz, "Kak Enji langsung pergi, karena Fumika!" Sambil menunjuk Fumika kesal.
Fumika hanya menghela nafas berat lalu membela dirinya, "Ya, mau bagaimana lagi. Aku hanya bertanya soal kamar, tiba-tiba dia histeris seperti pernah mengalami kejadian buruk. Memang kelihatannya agak terkutuk, tapi apanya yang aneh? Ini membuat aku penasaran,"
Terkutuk? Cih, ada-ada saja.
Aku menjadi kesal sendiri dengan pernyataan diluar nalar itu, supralnatural. Karena selalu mengingatkan aku tentang 'dia', sosok yang menghancurkan hidupku. Dan kebenaran yang diputarbalikan padahal pasti ada penjelasan logis.
"Omong - omong Alice." Lanjut Fumika. "Tasmu kemana?" Aku tercengang. Aku pikir mereka yang dibawakan tasku. Karena saat keluar dari toilet, tas aku tidak ada. "Kita gak bawa tasnya. Tadi kau liat sendirikan?" Kata-kata Eliz membangkitkan ingatan. Mereka benar-benar tidak bawa tasku, karena tasku sudah hilang sebelumnya!
Gejolak batin pun terjadi, "Alice, You Are Dumb! WHY I FORGET IT?!" Secara harfiah diri sendiri-lah yang salah, karena lalai.
"Fumika bagaimana ini?!" Menyerah dengan memaki diri, aku berusaha mencari jawaban. Dan dia menjawab, "Nanti kita cari lagi, mungkin ketinggalan ditoilet." Fumika berusaha menghiburku tapi aku tetap kacau.
Sampailah kita di kelas, dan moodku masih rusak gara-gara hari pertama ke sekolah tas hilang. Wonderful~. Bagaimana cara menjelaskannya pada Okaa-san?
Disaat terpuruk itu, aku melihat Eliz dengan wajah kebingungan. Lalu dia melihatku dengan alis mengkerut sambil bertanya, "Alice, itu bukannya tasmu?" Aku bingung harus jawab apa. Tapi benar adanya! Tasku tercinta kembali kepada pemiliknya yang dumb. Aku sempat tidak percaya, tapi saat aku memeriksa isinya, ternyata benar punyaku.
OH MY GOD!!! I can't belive it. Selama kelas dimulai, dan sampai aku terlelap tidur,
AKU BAHAGIA~ IA~ IA
⏪⏸️⏩
Sebagian besar orang pasti tidak mengetahui penyebab tas Alice yang tiba tiba muncul dibangkunya, bahkan Alice sendiri.
Tapi, seorang lelaki dengan luka bakar diwajahnya-lah yang mengetahui.
Karena dia yang melakukannya untuk sebuah alasan yang aneh.
Alasannya adalah saat dia melewati lorong, dia menemukan Alice dan teman-temannya yang meletakan tas dengan tampang lesu menuju toilet. Saat itu dia merasakan perasaan yang biasanya dirasakan oleh makhluk hidup, yaitu 'Empati'. Dia ingat masalahnya dengan Alice didepan gerbang dan merasa bersalah. Kemudian dia memutuskan untuk membawakan tas Alice sebagai tanda maaf yang telat disampaikan.
Dan karena dia (hantu yang sopan) belum mendapat izin dari pemilik, Naoki berusaha ke lokasi pemilik dan menghindari kontak dari bu Youki yang lewat.
Awal yang hanya ingin meminta izin kepada pemilik, berubah karena situasi yang tidak menguntungkan. Alice memanggil kawannya sebelum dia sempat meminta izin. Lalu dia kabur karena terpaksa.
Alasan lelaki tersebut sudah aneh, tapi lebih aneh, kenapa Alice tidak merasa risih atau benci dengan lelaki tersebut mengingat Alice benci hal supralnatural?
Karena lelaki tersebut berwujud 'Normal'.
[To Be Continue!]
1) Kakak
2) Gen orang Eropa**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments