Chapter 7. Ghost School

Maafkan aku lagi Alice. Aku terpaksa meninggalkanmu, lagi.

Aku menggerutuki sikapku tadi. Andai aku masih hidup, pasti tidak akan se-rumit ini. Andai dia tidak ada untuk membunuh kami, aku pasti mudah bicara dengan Alice. Dan, bagaimana dengan orang tuaku? Mereka pasti menjerit karena kematianku. Sialan.

Lamunanku pecah kala suara yang menyebalkan memanggilku, "Woy Baka, dipanggil tidak nyahut. Kamu tuli?" Kata - kata itu sukses membuatku kesal walau sudah terbiasa.

"Naoki, tadi kita mendengar pembicaraan kalian. Kau dan Alice. Dia pasti menyelidiki kasus kita." Ucap Kaouri yang sedang bersandar di dinding beton asrama. "Jika dia berhasil nemukan pelakunya, kita bisa pergi dengan tenang."

Kemudian Kenji menimpal, "Untunglah ada manusia yang bisa dimanfaatkan. Tapi apa dia mampu?"

Kaouri bangkit dari sandaran-nya lalu berkata, "By the way, kepala yang dimaksud pasti punya Ayumi. Ayo kita ambil." Dan kami pun mengikuti arahan Assasin untuk mencari kepala Ayumi. Kenapa tubuh dan kepala Ayumi terpisah? Itu karena kematiannya yang mengerikan digudang taman.

Sekarang tubuh tanpa kepalanya dituntun oleh Kenji dengan tangan yang sudah menjadi tulang. Didepan, Assasin masih memimpin. Dia bahkan tidak butuh aku untuk menuntunya walau matanya dijahit. Sedangakan aku? Sebagian wajah melepuh karena air keras dan tangan kanan yang patah berhiaskan darah segar.

Kita yang mereka sebut 'Hantu'. Aku punya batas waktu dalam wujud manusiaku. Jadi aku tidak bisa berlama - lama dengan orang hidup. Aku takut mereka menjerit dan menatapku jijik. Aku sendiri, takut dengan diriku. Seorang monster.

 

💮🌻💮

 

"Kamar ini, kamar paling ditakuti se-asrama. Kenapa? Karena disini terjadi pembantaian mengerikan yang menimpa siswa SMA Hokkaido. Kamar terkutuk nomor 21."

"Banyak polisi dan wartawan berdatangan dari segala penjuru untuk membuktikan kabarnya."

"Tapi tidak ada yang berhasil menemukan jawaban-nya. Karena mulut mereka dibungkam oleh uang dan ancaman pihak yang lebih 'tinggi'. Keluarga siswa yang menjadi korban kasus ini harus mengalah karena perbedaan status mereka didepan mata masyarakat. Mereka kurang mampu dan siswanya adalah anak beasiswa. Akhirnya kasus pembunuhan ini ditutup selamanya."

"Tapi, kasus ini dikuak kembali 1 tahun kemudian oleh 3 siswa baru yang penasaran dan berjanji akan menemukan pelaku dari pembunuhan keji ini. Walau mereka harus menghadapi masalah terbesar mereka.

"Ke 3 siswa ini adalah Si Gray Eye, Pirang, dan Si Coklat Osaka. Mereka adalah dektektif yang akan mengungkap kasus pembunuhan sekolah ini."

Seperti itulah ekspektasi panjang lebar Kaouri. Mengherankan dia bisa berbicara begitu lancar walau mulutnya dijahit. "Ya begitulah." Aku yang mendengarkan membalasnya untuk menunjukkan sedikit rasa menghargai walau lebih singkat dari penjelasan Assasin.

"Tapi bagaimana caranya 3 Cewe labil menyelesaikan kasus rumit yang bahkan polisi saja menyerah?" Kenji dengan nada kritis mempertanyakan hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. "Bagaimana kalau kita bantu?" Jawabku acak.

"Bagaimana jika pembunuhnya mengetahui kalau mereka akan mengungkap kasusnya? Bagaimana kalo salah satu dari mereka terbunuh? Kau mau menanggungnya?" Kenji memojokanku. Aku tetap diam memikirkan jawabannya. "Hey, jadi apa jawabanmu?!" Kenji sambil menaikan suaranya tetap bertanya dan ini membuatku frustasi.

Terpaksa aku menjawab, "Aku akan melindungi mereka!" Tapi sepertinya aku salah kata.

"Jangan mengatakan hal bodoh! Kau pikir bagaimana caramu mati? Sekarang kau tidak bisa membela mereka dengan wujudmu itu, memangnya kau bisa apa? Hah?!" Kendi semakin memaki aku. Ini menyebalkan! Tidak perlu berkata begitu dan kumohon, jangan mempertanyakan kematianku! Pertanyaan yang kau sudah tau jawabanya.

Aku mati karena melindungi Enji saat 'Dia' datang ke kamarku yang sekarang kalian sebut terkutuk. Kamar nomor 21.

"Tenanglah semua! Kita akan memikirkan caranya. Dan Kendi, bisakah kau jangan menjadi zya-ku sehari saja? Kepala Ayumi tertinggal dikamar Naiko, jadi bisakah kita melakukan perjalanan dengan tenang?" Kaouri dengan wajah pucatnya dan alis yang saling bertautan menjadi penengah perdebatan kami. Diantara kami yang berdebat, si penonton lebih emosi. Walau tahu kalau Kaouri sedang marah, masih ada yang menyalakan api.

"Memangnya kenapa? Aku hanya bertanya saja 'Assasin'. Kenapa kau membela Naoki padahal dia bukan Jeff, pacar tersayang yang meninggalkanmu saat turnamen?"

BRAK, bunyi sesuatu yang terbantingkan keras, tubuh Kenji. "Keterlaluan! Jangan memanggil nama brengsek itu!"

Kalau saja aku tidak ada disini, Assasin... maksudku Kaouri akan mengambil usus Kenji yang hampir keluar dan merobeknya lebih parah lagi.

Kendi memang menyebalkan, tapi kita tidak bisa meninggalkannya karena dia teman kami dan dia juga punya masalah sendiri. Kalau dia sudah kelewatan, tidak ada salahnya menampar gas berjalan ini.

Setelah beberapa menit menjernihkan pikiran, Kaouri bisa meneruskan perjalanan kita yang tertunda oleh sebuah 'rintangan'.

 

🐓🐔🐤

 

Sampailah kita dikamarku, kamar nomer 21. Hah, jadi kangen waktu aku masih hidup. Dan sepertinya Akbar tidak lupa membuang sampahnya. Berbeda seperti yang Alice katakan.

"Kemudian, kami melakukan investigasi untuk mencari petunjuk. Dan, aku menemukan,... Sampah-sampah saja.

Dari jeda dalam kata-katanya, seperti Alice memang berbohong. Tapi untuk apa?

By the way, aku penasaran dengan Diary-ku. Apa masih ada cerita yang bisa aku baca? Terakhir nulis sepertinya saat aku sedang mengerjakan PR Sosial.

Untuk mengusir rasa penasaranku, aku melihat-lihat kolong kasur saat yang lain masih berfokus mencari kepala Ayumi. Dalam pencarian, aku tidak menemukan apapun. Kolong kasur kosong padahal aku yakin menaruhnya disana. Berarti, ada yang mengambilnya. Siapa dia?! Kenapa mengambil buku diary-ku?

Ahh, Alice! Ini baru perkiraan tapi pikiranku sudah yakin. Astaga aku menyesal menulis nilaiku yang turun drastis karena maraton anime 1 season!

Dalam kegelisahan, muncul suara yang menjawab pertanyaan dalam batinku. "Bukunya diambil seseorang Naoki, mungkin dari sekumpulan perempuan yang datang tadi."

Benar saja, suara itu milik kepala Ayumi yang tergantung dijendela seperti yang dikatakan Alice tentang kepala yang tergantung dijendela. Dan ternyata memang Alice yang mangambil bukuku! Argh!!!

Assasin yang menyadari keberadaan kepala Ayumi mengambil kepala tersebut dan menempelkan-nya pada tubuh Ayumi. Secara ajaib bisa menempel kembali, walau hampir terjatuh dan menyisakan bekas potongan kasar di sisi-sisi lehernya.

Kenji menatap tajam Ayumi, kemudian bertanya kritis lagi, "Bagaimana caranya kepalamu bisa ke sini? Kita 'kan sudah memasangnya." Ayumi hanya tersenyum tawar dan menjawab, "Hehe, maaf Kenji-san. Kau tau wanita yang ada dilorong? Saat kepalaku jatuh, wanita itu mengambilnya dan membawa kabur kepalaku karena tahu penyebab kematianku."

"Pasti karena kau kasih tau penyebab kematian-mu 'kan? Baka(bodoh). Lagi pula kenapa kau meminta maaf? Nenek lampir itu memang senang melihat orang susah."

"Hehe."

Kenji yang menyebalkan sebenarnya seorang

kakak yang peduli. Melihat kedekatan mereka, aku jadi iri. Aku yang anak tunggal selalu sendirian. Walau orang tauku terus memberi perhatian padaku, aku ingin memiliki adik. Asal jangan mirip Kendi. Tiap hari penuh derita.

Tapi bukan hanya aku saja yang anak tunggal. "Oke, cukup. Kepala Ayumi sudah ada jadi kembali ke misi awal." Kaouri cemburu. Menurutku wajar karena Kenji dan Ayumi mengingatkannya kepada 'mantan pacarnya'. Aku tidak begitu mengerti detailnya tapi dia meninggalkan Assasin saat pertandingan terakhirnya melawan SMA dari Nagasaki.

"Baiklah yang habis putus,"

"Kau memang ingin menderita sebelum ke neraka ya?"

"Baiklah sudah cukup! Ada misi apa Kaouri-san?" Berbeda dengan kakaknya, Ayumi cinta perdamaian.

"Misi yang kita bicarakan adalah cara agar kita bisa mendapatkan keadilan lewat bayang-bayang." Aku memulai pembicaraan 'misi' kita. Sebagai wakil OSIS dulu, aku mendapat bakat mengambil perhatian semua orang dan menelaah kembali pembicaraan atau info dengan cepat secara garis besar. Biasanya digunakan untuk membicarakan pengumuman lewat speaker atau memancing guru. Dan sekarang bakatku dipergunakan.

"Jadi, kita akan memanfaatkan Alice dan temannya sebagai perantara kita. Sedangkan kita bisa memberitahu fakta tentang kematian kita atau hal yang bersangkutan lain-nya. Tapi karena Alice punya masalah dengan dunia supralnatural, kita harus pintar beralasan untuk menutupi 'identitas' kita"

"Penjelasan yang bagus MP."

"KAOURI!!"

"Ya maaf Naoki. So, akan aku lanjutkan. Masalah-nya sekarang bagaimana cara kita membuat mereka melanjutkan kasus ini? Datang ke kamar saja, salah satu dari mereka kabur. Dan lagi, bisakah teman mereka percaya perkataan Alice berhubung hanya dia yang bisa 'melihat' kita?"

Pertanyaan Assasin kritis. Aku memutar otak sambil melayang layang diatas kasur. Pikiranku terus berputar sampai akhirnya muncul ide.

"Kita akan bicara langsung pada Alice."

Tentu pendapatku membuat ke 3-nya tercengang. Sebelum Kenji mengatakan 'Kau gila!' dan sebagainya, aku dengan cepat berkata, "Hey! Dia belum mengetahui kalau kita bukan manusia jadi kita bisa memintanya membantu kasus kita."

Kenji menyipitkan matanya, tanda tidak yakin. Kemudian bertanya, "Katanya yang meminta investigasi adalah teman-nya. Jadi Alice tidak bisa memerintah anggota seenaknya."

Aku sudah menduga pertanyaan ini akan keluar. Lalu aku meneruskan dengan berkata, "Malah untungnya. Teman-nya adalah ketua dan Alice anggotanya. Sebagai ketua dia akan mendengarkan pendapat anggota. Pada bagian ini Ayumi mendapat peran sebagai pembawa pesan kita."

"EEEHHH?!! Kok aku??!" Ayumi dengan wajah bingung menunjuk dirinya untuk mencari kepastian. Sedangkan kakaknya menatapku horror bagai Sadako versi laki laki yang keluar dari sumur. "Apa maksudmu Ayumi membawa pesan?!" Sang kakak yang sister complex mengamuk.

Dengan tenang aku melayang mendekati wajah pucatnya sambil berkata, "Daripada kakaknya, Ayumi lebih baik. Dia belum mendapat kesan buruk dari Alice seperti Kaouri atau kamu".

Sontak Kaouri yang ada didepan jendela terkejut. Dia menanyakan kenapa dia mendapat kesan buruk. Alasan-nya sederhana, saat pertama kenalan dengan Alice sikapnya sok akrab untuk 'orang yang baru dikenal'. Sedangkan Ayumi hanya diam dibelakang kita, bahkan hampir tidak diketahui. Jadi sempurna untuk membawa pesan kita.

Masih terpaku ditempat, kepala Ayumi hampir lepas, lagi.

"Kenapa tidak Kau saja?"

"AAHH!! Sialan Kenji, itu bagian yang terbakar!!!" Dengan nada penekanan di 'kau' Kendi menusuk mataku yang terbakar.

"Aku mau saja, tapi Alice akan menunjukanku kepada teman-nya yang 'tidak bisa melihat' dan saat Alice sadar dia akan mengusirku. Otomatis rencana kita gagal!" Kendi mencerna kata - kataku, dia merenung. "Baiklah, tapi karena 'dektektif' yang akan kita 'sewa' masih baru disini, kita harus mengungkapkan kasus kita satu persatu." Dia akhir setuju.

"Baiklah Ayumi, ini yang harus kau lakukan."

"Glek." Aku melihat kegelisahan dari Ayumi.

Namun perlahan aku turun dan menyentuh tanah lagi, sepertinya. Dengan sangat hati-hati aku berkata, "Kita mulai dari kasus pertama, 'Kaouri Mouri sang Assasin Basket'."

Kaouri kelihatan tertarik dengan ucapanku, kemudian dia mendekat kearah kami. Aku terus melanjutkan, "Ceritakan kisahmu agar Ayumi dapat menyampaikannya kepada Alice."

Sebelum Kaouri bercerita, dia bertanya. "Tapi tidak mungkin 'kan Ayumi menceritakan 'semuanya'? Sebaiknya kita berimprovisasi juga." Kita semua setuju dengan ucapannya. Kemudian Kaori mulai angkat bicara. "Semua ini berawal di Lapangan Basket tanggal 5 Maret, sehari sebelum kematianku."

[To Be Continue!]🎑

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!