Unexpected Friends

Unexpected Friends

Chapter 1. Tell Your Story, Alice!

"Apakah kau temanku?"

Aku tersentak oleh pertanyaan yang tiba-tiba itu. Tidak biasanya dia mempertanyakan hal yang sudah jelas tersebut. Seperti kita tidak pernah berteman sebelumnya.

Hari ini dia terlihat aneh, ada apa dengan rambut dan gaunnya? Disamping itu, tidak biasanya dia mengajakku bermain dipinggir jembatan. Padahal dia sendiri yang melarangku.

"Jika kau temanku,"

Aku tidak tahu. Saat itu aku masih 9 tahun dan belum menyadari keanehan ini. Padahal, keanehan inilah awal dari petaka yang menghancurkan hidupku.

"MATILAH!!"

Kata - katanya menusuk jantungku. Seperti berada diantara delusi dan realita aku mematung ditempat. Tubuhku menegang seketika lalu dengan kasar didorong kebelakang lalu jatuh ke sungai Thames.

Diriku yang masih terkejut tidak bisa melawan. Waktu terasa singkat hingga terpaan keras angin mulai terasa di punggungku. Rambut pirang yang tadi aku ikat terurai liar karena pitanya lepas. Terjatuh semakin kebawah, hingga benturan keras air menenggelamkanku.

Semakin dalam kepada kegelapan tiada akhir. Aku tidak ingin melihat kebawah. Karena yang aku tahu akan semakin banyak hitam yang aku lihat. Menelanku perlahan.

"Tolong... Alice..." Aku berusaha memanggil bantuan hanya dari kata-kata kecil itu, walaupun tahu tidak akan ada yang mendengarkan ocehan keputusasaanku.

Dingin, sangat dingin.

Air mengkaburkan pemandangan dan menyesakan dadaku. Oksigen yang tersedia di paru-paru semakin menipis seiring munculnya gelembung udara yang keluar dari mulut dan hidungku.

'Aku akan mati.'

Pikiran itu terus terlintas. Sebelum pandanganku buram, aku melihat sesosok siluet hitam. Ayah. Disaat menyedihkan itu, aku menyisipkan harapan padanya, "Ayah, tolong aku. Kumohon."

Lalu mataku tertutup. Semua indraku padam kecuali pendengaranku, mungkin. Karena aku dapat mendengar sebuah suara, "ALICE!!"

DEG DEG

"Huwah!.. Hah!...Hah.. " Nafasku keluar masuk tak beraturan setelah diteror mimpi buruk. Setelah semenit berlalu, akhirnya nafasku terkendali lagi. Rasa sesak didadaku sama perihnya seperti kejadian beberapa tahun yang lalu itu. Bagai jeruk yang diperas. Terkuras habis.

"Permisi nona, kita sudah sampai ke Bandar Udara Chitose Baru. Mohon bersiap - siaplah." Seorang pramugari tiba-tiba muncul disebelahku. Aku yang baru tersadarkan cukup terkejut dengan kedatangannya. "Apakah nona baik-baik saja? Kelihatannya nona sedang sesak nafas." Pramugari itu menjadi khawatir setelah melihat wajah pucatku.

Aku tidak ingin merepotkannya. Ini bukan masalah besar. Maka aku dengan tenang berkata, "Tidak apa-apa, aku hanya kaget setelah pendaratan." Pramugari itu mengangguk tanda mengerti. "Oh, baiklah," Balasnya sebelum pergi.

"Ah, sialan!" Aku menggerutuki mimpiku. Atau lebih mirip ingatan.

Aku memandang dunia dari jendela pesawat untuk mengalihkan kegusaran ini. Dari atas aku melihat awan dan banyak sekali awan, sampai aku menemukan sebuah pulau besar didepanku. "Sepertinya itu Jepang." Ucapku dalam hati.

Tiba-tiba rasa mual menyerang saat melihat lautan biru yang mengelilinginya. Tapi aku memaksa diri tetap memperhatikan keluar jendela sampai melihat pulau paling ujung, Hokkaido.

Aku menutup mata, membayangkan rencana untuk pergi ke sekolahku. Setelah keluar dari Bandara, aku akan menaiki bus menuju Sapporo. Lalu berhenti untuk berjalan kaki ke sekolah karena tidak ada angkutan yang bisa sampai ke sana.

Aku tersenyum membayangkan sekolah yang akan aku lalui selama 3 tahun ini. Sekolah dimana lembaran baruku akan dimulai.

🕊️🍀🕊️

Pagi nan cerah disambut dengan terpaan angin lembut yang mengelus wajah. Rambut pirangku seolah melayang bersama angin sepoy-sepoy yang datang entah darimana. Ya, gambaran tentang hari ini. Hari dimana aku akan masuk SMA untuk pertama kalinya!

Senangnya hatiku. Bagaimana tidak? Semua kerja keras pagi dan malam belajar tiada henti terbayar lunas.

SMA HOKKAIDO 45. Sekolah ini sangat terkenal dan elit. Banyak rumor baik tentang sekolah ini seperti lingkungan yang bersih dan aman, fasilitas lengkap, program KBM yang memadai. Plus, jika sudah tamat sekolah bisa masuk universitas ternama se-negara, keluar negeri, atau langsung dapat pekerjaan diperusahaan besar dengan mudah.

Dan sekolah impian ini bisa aku dapatkan setelah melalui penderitaan Ujian Sekolah yang membuat stres. Dan jujur saja, rasa senang keterima disekolah ini membuatku ingin menggila.

Aku namaku Alice Yamada Henkis, berhasil mendapatkan beasiswa ke sekolah ini rasanya seperti 'Dream Come True'!

Oh ya, jika diliat sepintas, namaku seperti campuran. Aku memang blasteran, lebih tepatnya Jepang dan Inggris. Saat kecil aku tumbuh dengan keadaan yang bercampur. Jadi aku bisa berbahasa jepang, kalo inggris jago banget. Kata Okaa-san, bahasa Inggris adalah bahasa Internasional. Jadi, kebanyakan percakapan menggunakan bahasa Inggris walaupun disela-sela ada bahasa jepang. Back to the topic.

Sekarang aku sudah sampai di pintu gerbang sekolah. Aku menganga saking terkejutnya. Ternyata salah satu rumor soal SMA ini benar, sungguh Sugoi(Hebat). Walau hanya kelihatan dari jauh, sekolahnya bak SMA kerajaan!

Lapangan yang luas dengan jalanan tertata rapih tanpa retakan, penyanggah dari Marmer kokoh terlihat dibeberapa sudut gedung dan ubin keramik diatas tangganya. Bangunan besar melebihi gedung kantor lantai 10, berhiaskan tanaman indoor dan sepetak tanah untuk berkebun. Dan ini baru tampak luar. Oh My God, sekolah seperti ini benar-benar nyata 'kah? Ini terlalu mewah untuk sebuah SMA.

Walaupun begitu, ternyata setelah melihat salah satu siswa SMA ini aku baru mengerti. Mereka memiliki level yang berbeda dari orang biasa. Anak dari orang tua ternama!

Kebanyakan dari mereka berangkat dengan limosin, saat keluar banyak cahaya silau menerangi karena pernak perniknya. Bahkan aura orang kayanya terasa. Berbeda denganku yang naik bus dan berjalan kaki kesini. Sebuah kesenjangan sosial.

Setelah selesai dari lamunan tentang status sekolah ini, aku dengan langkah gagah berani melewati gerbang sekolah. Kebahagian ini sungguh ingin membuatku fly into the sky.

Tapi sepertinya, kebahagiaan itu harus di renggut paksa.

Buak.

Bersamaan dengan suara tabrakan tersebut, sesuatu mendorongku jatuh dengan amat memalukan setelah 2, 3 langkah melewati gerbang.

Sial, setiap mata merendahkan tertunjuk padaku. Mereka menertawakanku. Tubuhku gemetar dan aku tidak berani mengangkat kepalaku saat suara tawa renyah itu menggema. "Haha! Gadis yang bodoh."

Tapi roma dalam nadiku tergejolak. Aku tidak terima perlakuan ini. Sialan! Siapa yang menabrakku? Orang dungu mana yang tidak bisa melihat orang dengan matanya?

Terpaksa, aku mendongakan pandanganku dan menoleh kanan-kiri untuk mencari pelakunya. Akhirnya aku menemukannya. Seorang lelaki kurus, pendek dengan santainya berjalan membelakangiku.

"Koroshimasu(Aku akan membunuhmu)."

Mungkin berlebihan jika aku ingin sebuah permintaan maaf, tetapi dia harus sadar diri dan mau ngaku kesalahannya. Namun realita tidak seindah ekspektasi, pengecut ini melarikan diri. Jadi ini yang namanya seorang pria sejati?

Perasaan kesal masih menghinggapiku. Namun, aku mencoba melupakannya sambil mengabaikan tawa rendahan dan telunjuk yang diacuhkan kepadaku dijalan.

Memasuki gedung sekolah, aku mencari papan pengumuman kelasku dan tempat asrama. Dan iya, aku akan tinggal disini sampai lulus karena rumahku yang jauh disebrang benua.

***

*Aku kejut dengan apa yang terjadi sebelumnya.

Bagaimana bisa dia menabrakku?! Ini sungguh aneh bahkan tergolong mustahil, kecuali dengan teman-teman sejenisku. Seharusnya dia tidak bisa merasakan keberadaanku.

Atau mungkin dia terpeleset ya? Iya mungkin. Aku terus memperdebatkan hal sepele ini sampai aku memutuskan untuk menganggapnya terpeleset*.

***

Aku sekarang sedang melihat papan pengumuman pembagian kelas. Dan telah diketahui bahwa aku ada di kelas 10 - MIPA 1. Selesai melihat bagian kelas, aku lanjut mencari asrama. Dan betapa terkejutnya aku setelah mengetahui asramanya ada di gedung yang berbeda. For Goodness Sake, Yang bener aja.

Kebahagiaan tentang sekolah impian pagi tadi, seketika sirna menjadi kesialan bertubi-tubi. Dengan perasaan kesal aku berjalan kembali keluar menuju gedung sebelah.

🐏🌱🐏

Akhirnya aku sampai digedung asrama. Sungguh melelahkan, maka tanpa basa- basi aku langsung masuk.

Ternyata desain gedung asrama bertolak belaka dengan sekolah, karena bentuknya yang sangat Kuno ini lebih mirip ruangan Castel abad pertengahan. Bahkan piano disudut ruangan makin mempertegas desain-nya. Siapa orang yang membawa desain kerajaan kuno ke Jepang? Ini sangat tidak masuk akal!

Bertambah lagi kekesalan dihari pertama. Dengan tanpa minat, aku mencoba mencari papan pengumuman tempat kamar aku tinggal. Lalu mataku terpanah pada papan tulis hitam. Aku langsung menuju kesana dan mulai mencari namaku. "Hmm... Alice, Alicia Yamada. Oh! Kamar XIII..13, lantai... 3?! What The Hell?!"

Aku tidak dapat membendung perasaan kesalku lagi. Dengan terang-terangan aku mengumpat pelan. Kapan hari ini berakhir? Aku hanya bisa mengeluh dan menatap kebencian. Kemudian melanjutkan perjalanan berliku ini.

🐤🐤🐤

Akhirnya aku sampai ke kamar dengan kaki yang capek dan pinggang yang hampir patah dibeberapa anak tangga. Dalam hati aku berharap kamarku sudah dekat.

"Alice?"

Ada suara entah darimana memanggil namaku. Aku mencoba mencari sumbernya, dan menemukan seorang gadis Inggris. Warna rambut pirangnya sama dengan aku. Mata biru Safir-nya terlihat dibalik poni tipisnya saat rambut ia dicepol. Dari kejauhan aku melihatnya seperti menunggu respon.

"Eliz?! Kamu sudah sampai?" Sontak aku memanggil namanya. Gadis ini bernama Elizabeth Van Hose atau biasanya dipanggil Eliz. Dia adalah temanku dari Inggris. "Oh, Alice, Sweet!" Ucapnya kemudian kami saling berpelukan melepas rindu. Walau kita membeli tiket bersama, nyatanya pesawat yang kita naiki berbeda.

Kita berbincang ringan tentang kabar masing-masing sambil berjalan-jalan dikoridor untuk mencari kamar. "Aku dikamar nomor 13, kamu dimana?" Tanyaku tiba-tiba dengan asumsi mungkin saja Eliz akan menanyakan kamarku. "Wah, kita sekamar"

Wah, kebetulan sekali. Mungkin hari ini tidak terlalu buruk juga. Akhirnya kita menemukan nomor kamar kita yang tidak jauh dari tangga. "Kalo begitu, ayo masuk!" Ajakku.

Ternyata kamarnya lumayan untuk ukuran asrama. Letaknya yang luas dengan 2 jendela besar bergordeng. Di sisi kanan dari pintu terdapat 3 ranjang kasur plus dengan 1 lemari mungil di setiap kasur, jadi totalnya 3 lemati mungil. Di depan 3 kasur tersebut ada lemari panjang yang pendek dengan TV besar diatasnya. Wow, mungkin aku akan menarik kata-kataku tentang hari tersial.

"Hey Eliz, aku di tengah ya?" Minta aku. Eliz tersenyum manis khasnya dan mengangguk. "Oke, dan aku di dekat jendela" balasnya. Setelah itu, aku mengeluarkan barang-barang dari koper dan mulai merapihkannya.

Sampai tiba-tiba ada suara teriakan. "OI, APA-APAAN INI?!" Suara itu menggema keras sampai aku ikut menoleh. Terlihat Eliz berteriak ketakutan. "I-I'm so sorry!!" Ia sungguh panik.

Aku yang kaget dan kebingungan langsung menghampiri Eliz. "Ada apa?!" Tanyaku khawatir. "Dia menduduki perutku. Auch!" jawab seseorang dari balik selimut kasur.

"Ya ampun Eliz." Ucapku malu seperti seorang ibu yang kecewa dengan penampilan anaknya yang kacau di pentas seni sekolahan. Bagaimana tidak? Aku yang teman masa kecilnya harus menghadapi masalah dengan orang baru.

"Aduh, aku tadi sudah minta maaf sebelumnya. Kau juga membuatku kaget." Ucap Eliz sebal dengan sosok yang sedang menahan rasa sakit di perutnya. Menurut Eliz, ini salahnya karena memakai selimut sampai menutupi wajahnya. Jadi bagaimana kita bisa tahu ada orang disana dan bukan guling.

"Lain kali liat-liat dulu." Dari jawabannya yang ketus, bisa disimpulkan bahwa dia masih marah.

Merasa atmosfer diruangan terasa berat, aku mencoba membuka pembicaraan kita yang sekarang menjadi teman sekamar. Sangat tidak baik bila teman sekamar saling bermusuhan. "Halo namaku Alice Yamada. Dan yang ini Elizabeth Van Hose panggil aja Eliz. Maafkan tindakan teman saya yang sebrono ini," Tak berapa lama, aku mendapatkan balasan. "Fumika Hattori." Jawabnya singkat. Dan makin membuat suasana canggung.

"Btw, kalian sepertinya bukan orang Asia?" Tanya Fumika yang mulai terbuka dangan kami. "Oh, kalo itu memang kita dari...Jeng jeng jeng... Eropa! Lebih tepatnya Inggris." Jawab Eliz dengan nada drama. Eliz memang suka drama. Itu adalah gendre favoritnya disamping romence. Mungkin karena itu jiwa dramanya ikut keluar dan ini membuatku malu.

"Wow, keren! Pernah lihat Big Ben, London Eye, Istana Bukingham, dan yang lainnya belum?" Fumika kini antusias.

"Sudah kok, tempatnya luar biasa." Jawab aku.

Kemudian Fumika lanjut bertanya,

"Bagaimana cara kalian berdua ke sini? Ini sekolah elit di Jepang. Kalian belajar bahasa dimana?" Pertanyaan tentang asal usul kita dilontarkan.

Aku kembali menjawab, "Kalo itu, aku bisa menulis Kanji dan Hiragara, tapi bahasa Jepang-nya masih sedikit cacat. Sedangkan Eliz buta Kanji. Itu sebabnya kami kursus. Dan kita bisa ke sini karena.."

"BEASISWA-lah." Seketika penjelasanku dipotong oleh Eliz. "Ya, dengan itu." Lanjutku tawar.

"Hmm, hebat juga, kalo aku bayar langsung karena orang tuaku terlalu berkecukupan." Comment fumika. Tunggu, tadi aku gak salah dengar? Terlalu berke-cukup-an? What in the name of Nani(Apa)?! Yap, kita sekamar emang unik, ya?

Disaat kita keasikan ngobrol, tiba-tiba terdengar bunyi speaker yang bergema.

"[Perhatian kepada semua murid yang sudah mendapatkan kamar dan telah selesai membereskannya untuk segera ke lapangan untuk upacara penyambutan.

Sekali lagi,

Kepada semua murid yang sudah mendapatkan kamar dan telah selesai membereskannya untuk segera ke lapangan untuk upacara penyambutan]."

Mendengar pengumuman itu kami berhenti mengobrol dan langsung keluar dari kamar untuk pergi ke upacara penyambutan di lapangan seperti kata speaker tadi. Perasaan antusias dan penasaran seketika menghampiriku, lagi.

[To Be Continue!]🍵

Terpopuler

Comments

Jihan

Jihan

bagus thor ceritanyaa😍😍, aku juga udh like jangan lupa mampir dan like back ke novelku yang judulnya "Tiwi dan Nisa" yaa semangaatt

makasihh😊😊😊

2020-04-20

1

Sasaaaa_~

Sasaaaa_~

Lanjut kakkk, ceritanya bagus banget, aku udah baca, boom like, coment, rate bintang 5. Tetep semangat ya nulisnya ^^
Jangan lupa baca juga cerita aku judulnya 'BUTTERFLY EFFECT'

2020-04-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!