Si Cupu Untuk Tuan Samuel
"Kau hanya wanita cupu, sebaiknya diam dan jangan melawan." Ketus seseorang yang menunjuk Eve.
"Apa kesalahanku? Kenapa kalian selalu saja mengerjai ku?" ucap Eve yang menatap mereka satu persatu seraya mengerutkan kening.
"Karena kau sasaran empuk, dasar gadis cupu!" bentak Freya seraya mengikat tangan Eve ke belakang yang sedang bersandar di bawah pohon.
"Lepaskan kan aku!" Bentak Eve sambil berusaha untuk memberontak.
"Tidak." Tolak Freya yang tertawa, diikuti oleh dua sahabatnya. Mereka menyukai jika Eve si gadis cupu tersiksa, bergegas pergi meninggalkan wanita malang itu yang masih terikat di batang pohon.
"Jangan pergi, lepaskan dulu ikatan ini!" pekik Eve yang mendengus kesal. Berusaha untuk melepaskan ikatan di tangannya, walau sedikit sulit baginya. Usaha tidak menghianati hasil saat berhasil meloloskan diri membuatnya tersenyum cerah.
"Hah, akhirnya aku bebas." Monolognya seraya melirik jam berwarna pink yang melingkar. "Astaga…aku terlambat setengah jam, sebaiknya aku pulang." Eve pergi meninggalkan tempat itu, dia tak ingin jika kedua orang tuanya mengkhawatirkan dirinya.
Sesampainya di kediaman Wijaya, terlihat sepasang mata yang menyorot dengan penuh penyelidikan. "Kau darimana saja?" tanya sang ayah yang sangat mencemaskan putri semata wayangnya. Eve membenarkan kacamata tebalnya, tersenyum memperlihatkan gigi yang di pagar. "Ada tugas di kampus, Dad!"
"Benarkah?"
"Aku mengatakan yang sebenarnya," ucap Eve tak ingin mengadukan sikap teman-temannya yang selalu membully di kampus.
"Hubungi Dad kalau terjadi masalah denganmu!" Abian menghela nafas sambil menatap putrinya.
"Baiklah, aku ke kamar dulu." Tanpa menunggu jawaban, Eve melengos pergi menuju kamarnya. Di saat menuju kamar, seseorang menarik rambutnya dengan kasar, dengan cepat melihat siapa pelaku yang tak lain adalah kakak sepupunya, Niko.
"Kenapa kau pulang terlambat?" tanya pria tampan yang masih menarik rambutnya.
"Lepaskan cengkraman tangan kakak dari rambutku!" ketus Eve yang kesal dengan pria tampan itu.
"Baiklah," sahut Niko enteng dan menyingkirkan tangan di rambut Eve yang menatap tajam dirinya, dia tidak menyukai kakak sepupu yang selalu saja mengganggu juga mengusiknya. "Aku tidak ingin berdebat, menyingkirlah!" cetusnya yang berlalu pergi meninggalkan pria tampan itu.
"Ada apa dengannya? Hah, ya sudahlah…sebaiknya aku menemui teman kencanku." Monolog Niko yang mengangkat bahu dengan acuh dan pergi meninggalkan tempat itu.
Eve melempar tasnya sembarang arah, berjalan mendekati cermin besar di hadapannya sembari melihat penampilannya. "Kenapa semua orang di kampus selalu menindasku? Apa salahnya berdandan seperti ini?" gumamnya yang sedikit murung. Penampilannya yang cupu berasal dari sang ayah, mendandaninya dimulai saat dia menginjak bangku sekolah. Kasih sayang kepada sang ayah membuatnya tidak marah, penampilan cupu membuatnya merasa nyaman. Alasannya cukup sederhana, mengingat kakak sepupunya yang bernama Niko seorang cassanova, membuat Abian tak ingin jika putrinya di jadikan mainan dari pria hidung belang.
"Sebaiknya aku membersihkan diri dan turun ke bawah, atau daddy akan cemas." Monolognya melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
Keesokan harinya, Eve bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Kacamata tebal, rambut di kepang dua menjadi ciri khasnya selama ini. Mengambil tas yang biasa ia kenakan, bergegas keluar dari kamar, menuruni tangga. "Pagi Mom…pagi Dad!" sapanya dengan senyum cerah di pagi hari.
"Pagi, Sayang!" jawab Lea dan Abian serentak. Eve berjalan menghampiri kedua orang tuanya di meja makan, bergabung bersama keluarga untuk sarapan.
"Ada yang ingin Dad katakan kepadamu!" celetuk Abian yang melirik putrinya dengan sekilas.
"Katakan saja!" sahut Eve yang lebih tertarik dengan makanan di atas meja.
"Nanti malam, Dad memutuskan untuk pergi ke luar kota berasa Mommy."
Seketika Eve tersedak mendengar kabar yang mendadak. "Kenapa mendadak? Jika Dad pergi, tempat ini akan sunyi."
"Apa kau pikir aku ini hantu?" sela Niko dari belakang, membuat Eve tersenyum.
"Ya begitulah."
Pletak
"Auh…kakak selalu saja menjitak kepalaku." Eve mengusap kepalanya yang terasa panas akibat jitakan dari Niko, mengerucutkan bibir menatap pria itu dengan tajam.
"Itu hukuman untukmu!" Niko tersenyum puas bisa membalas adik sepupunya.
"Jika kau terus menjitak kepala putriku, bisa-bisa dia geger otak." Protes Abian. "Karena Daddy ada urusan bisnis dan mommy juga ikut, Eve tinggal di sini bersama dengan Niko. Dan kau! jaga putriku dengan baik, atau aku akan menggantungmu di tiang!" ucap Abian yang melirik putrinya dengan penuh cinta, mengalihkan perhatiannya kearah Niko dengan penuh ancaman.
"Hah, Paman selalu saja mengancamku. Aku akan menjaga Eve, apa Paman puas?"
"Tentu saja," jawab Abian santai
Sementara Niko menghela nafas berat, menurutnya menjaga Eve sama saja mengurangi waktu kencannya bersama beberapa wanita. "Hah, terserah. Aku mau ke kantor dulu, dan kau! habiskan makananmu, aku menunggu di dalam mobil. Hanya lima menit!" tekan Niko yang lagi dan lagi mengerjai Eve, sementara Lea dan Abian hanya menggelengkan kepala melihat keusilan keponakannya. Sepanjang perjalanan, Eve terus saja mengumpati kakak sepupunya.
Di kampus, kekesalan Eve semakin menjadi saat beberapa orang mencegat jalannya. "Eit…kau mau kemana?" tanya wanita yang kemarin mengikatnya di batang pohon.
"Menyingkirlah!" ucap Eve dengan santai.
Freya tersenyum mengejek, memegang rambut sang target dan menyentaknya dengan keras. "Auh…sakit!" ucap Eve meringis, sedangkan Freya dan teman-temannya malah tertawa.
"Ups…maaf. Aku terlalu menyukai kepangan rambutmu yang sangat tebal, aku hanya mengecek itu rambut palsu atau bukan. Ternyata itu rambut asli!" ujar Freya tanpa rasa bersalah.
Eve tak terima dan ingin melawan ketidakadilan yang terjadi kepadanya, namun mengingat pesan dari sang kakek untuk tidak memperlihatkan kelebihannya. "Sebaiknya aku harus bersabar, aku tidak akan melupakan janjiku kepada kakek." Batinnya.
Diamnya Eve membuat Freya semakin menjadi, mengambil telur dan melemparkannya mengenai wajah gadis malang itu. Semua pelajar melihat kejadian memalukan bagi Eve, menertawainya seakan mendapat tontonan yang menarik.
"Penampilan yang cocok untukmu, Eve si boneka Annabelle! telur itu hadiah dariku." Freya berlalu pergi karena sangat puas mengerjai si cupu. Eve menatap punggung Freya dengan tajam, perhatiannya menuju ke arah para pelajar yang menertawainya.
"Penampilan Freya dan si boneka Annabelle sangat jauh berbeda, bagai bumi dan langit." Celetuk Vira.
"Kenapa kau menyamakan mereka, tentu saja yang paling cantik di kampus ini adalah Freya sang primadona kita." Sambung Mira yang memuji temannya, menatap Eve dengan sinis seraya mengejar Freya yang mulai menjauh.
Eve menatap kepergian ketiga wanita itu, melempar tatapan tajam. "Jika kesabaranku habis, maka aku akan memberikan mereka hadiah sekaligus bunganya!" gumamya, dan berlalu pergi dari tempat itu. Berjalan menuju koridor membuatnya menjadi pusat perhatian, bagaimana tidak? Jika sekarang tubuhnya bau amis membuat orang yang berselisih dengannya merasa mual. Eve menghentikan langkahnya, saat mendengar perkataan beberapa orang yang membicarakan dirinya.
"Wah…ternyata julukan Annabelle sangat pas untuk si cupu!" ucap salah satu pelajar yang melirik dirinya.
"Kau benar, kasihan sekali dia. Orang miskin berlagak seperti orang kaya, dia pantas menerimanya!" sambut yang lainnya.
"Tidak penting! Sebaiknya aku pergi saja, percuma menghadapi orang yang hanya menilai seseorang dari luar saja!" batin Eve yang memutuskan untuk melanjutkan langkah kakinya. Karena kejahilan Freya membuat Eve mendapatkan julukan baru, dia tidak menghiraukan perkataan orang-orang yang menghina penampilannya, terus berjalan menuju toilet untuk membersihkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Saripah Ipah
ya lgi seru seru ny berhenti semangat eve
2023-05-11
1
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘
2023-01-21
1
Eman Sulaeman
menyimaks
2022-08-23
0