Setelah selesai menelepon, Eve kembali menyimpan ponselnya. Melirik ketua pelayan yang masih mengawasinya, tapi dia cukup mudah mengecohnya. Tak lama terdengar suara notifikasi di ponselnya, kembali mengeluarkan ponselnya dan mengecek ada pesan masuk dari Niki.
"Jemput aku sekarang juga, karena sebentar lagi aku akan sampai ke bandara." isi pesan teks membuatnya melompat kegirangan, sedangkan ketua pelayan menganggap jika gadis kecil itu sedikit tidak waras.
Terlintas ide jahil di benak Eve yang ingin kabur dari apartemen itu, dia sangat yakin jika Samuel tidak akan mengizinkannya untuk pergi dari tempat itu. "Aku ingin buang air, bisakah bibi menunjukkan dimana toiletnya?" ucapnya disertai senyuman manis.
"Mari ikuti saya!"
Eve tersenyum karena berhasil menjalankan langkah pertama untuk kabur, mengikuti wanita paruh baya itu menuju toilet. Saat sampai di toilet, dengan cepat Eve sedikit mendorong tubuh ketua pelayan dan menguncinya dari luar. "Maafkan atas sikapku, Bi!" ucapnya dari luar toilet, memanfaatkan situasi itu untuk kabur dengan cara menyelinap keluar dari apartemen.
"Bagus, sepertinya situasi aman terkendali." Gumamnya yang celingukan, berharap tidak ada pelayan melihat aksinya. Tapi Eve tidak tahu, jika seseorang terus mengawasinya, memantau lewat Cctv. "Heh, ternyata dia cukup cerdik mengelabui ketua pelayan, tapi tidak denganku." Monolog Samuel yang tersenyum simpul, terus mengawasi pelayan dadakannya lewat monitor.
Eve berhasil menuju pintu dan berusaha untuk membukanya, dia mengetahui jika sangat sulit membuka pintu dengan kode password. Namun, rintangan itu tak membuat niatnya dan semangatnya memudar, menggunakan kecerdasannya dalam memecahkan kode password.
Usaha gak menghianati hasil saat berhasil memecahkan kode password, Eve sangat senang dan segera melangkah keluar apartemen itu. Tapi langkahnya tercekal saat merasakan sebuah sebuah tangan kekar yang mengangkat kerah leher bagian belakang layaknya seekor anak kucing yang digendong induk kucing.
"Wah, ternyata kau cukup pintar mengecoh ketua pelayan dan juga memecahkan password keamanan apartemen ku. Aku cukup terkesan," celetuk Samuel yang terus mengangkat kerah leher bagian belakang dari gadis kecil itu, dia sangat kesal dengan tingkah Eve yang menyelinap keluar. "Apa kau ingin aku gantung?" ancamnya yang melihat tubuh mungil Eve.
"Sial, aku tertangkap." Umpat Eve yang terdengar di telinga Samuel.
Pletak
"Auh…kenapa kau menjitak kepala ku?" protes Eve yang mengerucutkan bibirnya, dan mengusap keningnya terasa panas.
"Heh, itu karena kau sangat bodoh. Jangan mengira aku tak mengetahui niatmu untuk kabur dari sini dengan memanfaatkan tubuh mungil mu."
"Memangnya apa kesalahanku? Kau tidak bisa mengurungku di sini." Pekik Eve tak terima, dia ingin menghajar pria itu tapi dengan santainya Samuel menghindar.
"Wah, apa ini? Boneka santet mencoba untuk melawanku, kau lihatlah tubuhmu itu. Sangat kurus dan juga kecil, bahkan ukuran tubuhku berkali-kali lipat darimu." Ejek Samuel yang tersenyum menyeringai.
"Ck, karena kau belum mengetahui kekuatan dari orang bertubuh mungil sepertiku. Lepaskan aku! Apa kau pikir aku ini anak kucing?" pekik Eve yang sangat kesal.
"Ya…ya, terserah kau saja. Memohonlah padaku, maka kau akan aku lepaskan."
"Hai, mana bisa begitu." Protes Eve yang mendelik kesal.
"Cepat katakan atau kau akan tetap seperti ini," ancam Samuel yang sangat menyukai mainan barunya.
"Kau pria sinting yang sangat menyebalkan, cepat lepaskan aku!" ketus Eve yang masih menahan kesabaran.
Pletak
Lagi dan lagi Samuel menjitak kepala gadi kecil itu, dia sangat geram dengan kesombongan Eve. "Sial, kau kembali menjitak kepalaku!" gerutu Eve yang meringis.
"Itu hadiah, karena kau membuat aku kesal." Jawab Samuel dengan santai.
"Apa kau ini semacam dewa atau tuhan?"
"Apa maksudmu mengatakan itu?" tanya Samuel yang mengerutkan kening.
"Aku hanya menjatuhkan ponsel itu, dan aku sangat yakin jika kau mempunyai banyak ponsel cadangan." Ungkap Eve yang menyadari hal itu. "Apa niatmu sebenarnya?"
Seketika Samuel terdiam, karena apa yang dikatakan Eve memang benar. "Ternyata wanita ini memahami niatku," batinnya.
Tak mendengar jawaban, membuat Eve mendelik kesal, mencari celah saat bagian utama ditemukan. Eve sedikit menendang barang berharga milik Samuel membuat pria itu langsung melepaskan cengkramannya, dan memilih mengamankan tongkat sakti. "Dasar wanita gila, kau menendang masa depanku!" bentak Samuel yang menahan rasa sakit.
"Aku sudah memintamu untuk melepaskan aku, tapi kau tidak mendengarkan ucapanku dan berkokok seperti ayam. Jadi, nikmatilah!" ucap Eve santai.
"Aku akan membuat perhitungan padamu, boneka santet sialan! Kemari kau," teriak Samuel yang melihat punggung gadis itu mulai menjauh.
Telinganya semakin panas mendengar ucapan makian dari pria sombong itu, Eve kembali menghampiri Samuel dengan menatapnya tajam. "Aku tidak akan kabur, kau boleh memegang kartu Identitasku." Eve menyerahkan kartu identitas, pantang untuknya untuk lari dari tanggung jawab.
Samuel mengambil kartu identitas milih pelayan dadakannya, menatap dengan tajam dan menyimpannya tanpa berniat untuk melihatnya.
"Pantang bagiku untuk lari dari tanggung jawab," kata Eve dengan tekanan, membalikkan badan dan pergi dari apartemen itu. Sementara beberapa pelayan yang melihat kejadian itu menahan tawa.
Dengan cepat Eve mencegat taksi, berniat untuk menuju ke bandara agar segera sampai. Dia baru menyadari, jika pakaiannya sangatlah kotor dan memutuskan untuk ke butik. "Antarkan aku ke butik dulu, Paman." Pintanya.
"Baik, Nona." Sahut sang supir.
Di sepanjang perjalanan menuju butik, dia sebenarnya tidak sabar dengan kedatangan sang kakak sepupunya bernama Niki. Mobil berhenti tak jauh dari butik terkenal bernama L'Boutique yang dikelola oleh kakak sepupu perempuannya, Lexa.
Eve turun dari mobil dan masuk ke dalam butik, para karyawan mengenal Eve dengan sangat baik, menyambut kedatangannya.
"Hai, kak!" sapa Eve yang masuk ke dalam ruang kerja Lexa.
"Eve? Tumben kau datang kesini." Lexa menghentikan desainnya dan segera memeluk adik sepupunya.
"Aku ingin baju dengan desain simple untuk menyambut kepulangan kak Niki."
"Eh, kenapa Niki tidak mengatakannya padaku?"
"Aku juga tidak tahu, berikan aku pelayanan terbaikmu, Kak."
"Baiklah, aku akan mendandani mu."
****
Eve kini berubah menjadi sangat cantik setelah didandani oleh kakak sepupunya bernama Lexa, kembaran dari Lexi, dan Alex. Saat ini, dia menunggu di bandara, celingukan mencari keberadaan Niki.
"Apa kau sedang menunggu kedatangan pria tampan ini?" goda Niki yang sedari tadi memperhatikan Eve.
"Kakak, kau?" ucap Eve yang sangat terkejut dengan kejutan Niki, memeluknya dengan sangat erat.
"Tentu saja, sebenarnya jadwal penerbanganku di majukan."
"Hah, Kakak mengerjaiku lagi." Gerutu Eve yang melepaskan pelukannya.
"Maafkan aku, kau terlihat sangat cantik." Puji Niki tersenyum menggoda.
"Tentu saja, kak Lexa yang mendandaniku."
"Itu bagus, adikku ini sangatlah cantik. Entah kenapa paman Abian mendandanimu seperti boneka Annabelle." gumam Niki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Lyn
suka banget sama karakter Eve.
2023-03-24
1
Eman Sulaeman
seruuu juga author
2022-08-23
0
Arga
👍👍👍 Bagus banget cerita nya Thor
2022-04-13
1