Eve menatap kakaknua dengan sedikit cemberut, dia tidak bisa mendengar satu kata buruk yang menjelekkan Ayahnya. "Jika daddy ingin mendandaniku seperti boneka Annabelle, lalu apa salahnya dengan itu?"
"Eh, berhentilah cemberut. Aku hanya bercanda saja, kenapa kau cepat tersinggung." Tutur Niki yang menguyel-uyel pipi adik sepupu nya dengan gemas.
"Aku memaafkanmu, Kak. Tapi singkirkan dulu tanganmu dari wajahku!" cetus Eve yang kesal.
"Maafkan aku!" ucap Niki seraya tersenyum paksa, karena Eve sangat mencintai ayahnya membuat gadis berusia 19 tahun itu tidak mengetahui profesi ayahnya yang dulunya bekerja sebagai pembunuh bayaran.
Rahasia yang disimpan oleh pihak keluarga atas perintah dari kakek mereka yang bernama Nathan Wijaya. "Sebagai permintaan maaf, bagaimana jika aku mentraktirmu makan es krim?" tawarnya dengan antusias.
"Dua es krim atau tidak sama sekali," seloroh Eve hang memperlihatkan dua jarinya di hadapan Niki.
"Permintaan dikabulkan." Keduanya tersenyum dan kembali memeluk beberapa detik, lalu pergi dari tempat itu menuju Mall.
Di perjalanan menuju Mall, Niki terus menatap adik sepupunya yang sangat antusias menceritakan beberapa kisah menarik. Keduanya tertawa lepas, moment yang paling ditunggu Eve yaitu menghabiskan waktu bersama kakaknya Niki.
"Ya, aku mengerti. Kau tidak perlu mengatakan hal yang sama," ucap Niki bergurau.
"Ya…ya, baiklah." Tukas Eve.
Mobil berhenti tak jauh dari Mall, keduanya turun dari mobil dan masuk ke dalam tempat itu, dari kecil Eve sangat suka ke tempat itu jika bersama dengan Niki.
Mereka menjadi pusat perhatian semua orang, wajah tampan Niki dan wajah cantik Eve, mereka saling bergandengan tangan, banyak yang mengira jika keduanya sepasang kekasih. Mereka sangat kagum dengan pasangan serasi yang terlihat sempurna, ada beberapa orang yang iri.
"Kenapa mereka menatap kita seperti itu?" tanya Eve yang menatap wajah sang kakak.
"Entahlah, aku rasa mereka iri dengan kita."
"Mungkin saja! Kak aku sangat lapar, bisakah kita makan dulu?" pinta Eve dengan manja seraya memegangi perutnya.
"Hah, aku juga lapar. Ayo!" ajak Niki yang menarik tangan Eve dengan erat, melindungi sang adik dari tatapan para pria.
Niki dan Eve duduk dan memesan makanan untuk mengisi perut, keduanya sangat menikmati kebersamaan yang jarang terjadi. "Wah, ternyata selera makan kak Niki masih tetap sama," ledek Eve.
"Makanan disini sangat lezat," sahut Niki yang memesan begitu banyak makanan tersusun rapi di atas meja.
"Aku sangat penasaran, berapa banyak muatan di lambungmu, Kak?"
"Ck, jangan kau permasalahkan hal itu. Ini biasa kau lihat dan tidak akan berubah."
"Tapi, tetap saja aku merasa aneh dengan porsi makan yang muat untuk tiga orang." Sindir Eve di sela-sela tawanya.
"Tertawalah sampai kau merasa puas," tukas Niki yang kesal, namun perhatiannya lebih tertarik pada makanan di atas piring.
Baru saja Eve ingin menyuapi mulutnya dengan makanan, tiba-tiba dia merasakan tangan seseorang yang menepuk pelan pundaknya.
"Wah, aku tak menyangka jika kita bertemu di sini. Apa itu yang dinamakan jodoh?" seru Liam yang tersenyum cerah.
Eve menopeh dan terkejut dengan kedatangan pria yang sangat menyebalkan di kampus, hampir saja dia tersedak makanan. Menatap pria tampan itu dengan malas, seketika Eve membesarkan pupilnya saat Niki masih bersama. "Astaga…semoga saja kak Niki tidak mengungkapkan identitas ku." Batinnya yang khawatir.
"Siapa pria yang makan seperti kerbau itu?" seloroh Liam yang menunjuk Niki yang makan dengan lahap.
"Uhuk," Niki yang menyadari seorang pria muda menyindir dirinya berusaha untuk memberi peringatan.
"Kau berbicara sangat lurus sekali, seharusnya kau menyaringnya terlebih dulu," cetus Eve.
"Maafkan aku yang keceplosan, tapi siapa dia?" Liam melirik Niki yang dengan lahap menghabiskan makanan di atas piringnya.
"Pria muda ini membuat aku kesal, akan aku beri pelajaran padanya setelah aku selesai makan." Batin Niki yang menatap Liam sebagai target.
"Dia kekasihku," jawab Eve agar Liam tidak mengganggu, namun yang terjadi malah sebaliknya.
"Benarkah?"
"Tentu saja, apa ada masalah?"
"Tidak, hanya saja kau tidak cocok dengan pria tua itu," tukas Liam yang melirik Niki dengan sinis.
Niki menggebrak meja membuat mereka terkejut. "Aku cukup bersabar mendengar celotehanmu, apa kau ingin aku jadikan rempeyek?"
"Kenapa kau marah, aku merasa kau tidak cocok dengan Eve.
"Apa maksudnya, Eve cocok denganmu?"
"Tentu saja, aku masih muda dan berstamina!"
"Sialan kau! Apa kau ingin menentangku?" Niki mencengkram kerah leher Liam, menatapnya dengan tajam seakan mengibarkan bendera perang.
Sementara Eve menepuk pelan keningnya, mengingat pertikaian dua pria tampan itu. "Sudah cukup! Hentikan ini." Bentaknya seraya menarik tangan Niko, membawanya pergi menjauh dari pria yang sangat menyebalkan, sekaligus identitasnya masih aman.
Liam menatap kepergian mereka, tersenyum karena tak akan menyerah untuk meraih cintanya Eve, si gadis cupu yang sangat cantik. "Walaupun pria tua itu adalah kekasihnya, aku akan tetap memperjuangkan cintaku." Gumamnya yang tersenyum penuh keyakinan.
Di sisi lain, Samuel sedang menemani kekasihnya ke Mall. Dia sangat jengah mengikuti Riri yang masuk dari toko ke toko membuatnya sangat lelah. "Sayang, aku ingin belanja alat make up dulu." Ucap Riri dengan manja, karena lelah membuat Samuel tak ingin mengikuti kekasihnya.
"Kau pergi saja, aku akan menunggu mu di sini."
"Apa kau yakin?"
"Hem, ini ambillah." Samuel memberikan sebuah kartu tanpa limit untuk kekasihnya.
"Baiklah, aku pergi dulu." Riri tersenyum senang, mengambil kartu itu dan berjalan masuk ke dalam toko.
"Dasar wanita," gumam Samuel yang duduk di kursi. Dia menyipitkan kedua matanya, tak sengaja melihat wanita cantik yang pernah bertemu di cafe floress. "Bukankah itu wanita cantik yang pernah menolakku mentah-mentah?" monolognya. "Tidak salah lagi, jika itu orangnya. Tapi siapa pria di sebelahnya? Mereka terlihat sangat dekat."
Samuel sangat kesal melihat dua orang itu, dengan cepat mengeluarkan ponsel dan memotretnya. Menghubungi sang asisten untuk mencari tahu identitas wanita cantik yang membuatnya tertarik. "Aku akan merebutmu dari pria itu," tekadnya dengan seringaian tipis.
***
Keesokan harinya, Eve kembali ke apartemen sesuai janjinya kepada Samuel. Dia sangat marah dan juga kesal, mengingat pria itu menjadikannya seorang pelayan. "Bisa saja aku lari dari pria itu, tapi apa boleh buat? Mommy mengajariku untuk tanggung jawab." Gumamnya seraya masuk ke dalam apartemen itu setelah menarik nafas dalam.
Baru saja beberapa langkah, sepasang mata menatapnya dengan sangat tajam. "Aku pikir kau kabur!" sindir Samuel.
"Ck, pantang bagiku untuk lari dari tanggung jawab." Sahut Eve yang juga menatap pria itu dengan tajam.
"Jangan banyak bicara, selesaikan pekerjaanmu." Perintah Samuel dengan nada tinggi membuat Eve menutup kedua telinganya.
"Apa kau berniat membuat gendang telingaku rusak?" cetus Eve kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
kereeenn juga eve
2022-08-23
1
Asih Ningsih
ampek kak author salah sebut nama
2022-07-30
0
Areum
G rela klu trio ubur-ubur d hukum 😭😭 semoga saja Sam mengetahui mereka pergi kemana dg begitu Sam bisa membantu mereka secara diam "🤧
next kak tetap semangat 💪😘
2022-05-27
1