Salah satu dari mereka menatap Samuel dengan senyuman jahil, membuat yang lainnya mengerti juga menatap pria brewok itu. "Kenapa kalian semua menatapku begitu?" tanya Samuel yang tak mengerti kenapa keempat temannya memandangnya disertai seringaian licik di wajah mereka.
"Sepertinya kau sangat membenci wanita itu!" sindir salah satu dari mereka.
"Benci dan cinta hanya beda tipis saja, mungkin kau mencintai gadi cupu itu," ejek yang lainnya semakin membuat Samuel naik pitam.
"Apa kalian ini rabun? Wanita jelek seperti itu tak akan membuatku mencintainya, meliriknya saja aku bahkan malas." Ucap Samuel yang sangat antusias, menatap keempat temannya dengan tajam.
"Kenapa kau cepat sekali tersinggung? Kami hanya bercanda saja!"
"Jika kalian hanya memperburuk suasana hatiku, sebaiknya pergi dari sini!" usir Samuel yang sangat kesal dengan keempat temannya.
"Astaga…kami baru saja sampai dan kau malah mengusir." Gerutu salah satu pria itu.
"Baiklah, aku akan mentolerir kalian." Lalu Samuel tertawa terbahak-bahak melihat wajah serius dari keempat temannya, merasa sangat lucu dapat mengerjai mereka. "Kalian terlihat sangat lucu jika seperti itu." Ucapnya di sela-sela tawa.
"Oho, jadi kau hanya mengerjai kami?"
"Kau membuat kami takut saja."
"Heh, tentu saja tidak. Wanita cupu itu tidak ada apa-apa nya bagiku," sombong Samuel yang menyeringai tipis.
"Mau bertaruh?" tantang salah satu pria itu.
"Sepertinya menarik, katakan!"
"Aku menantangmu untuk mendapatkan hati si cupu itu dalam waktu sebulan, dan taruhannya adalah mobil sport keluaran terbaru."
"Jika aku berhasil?" tanya Samuel yang merasa misi itu sangatlah mudah, menaklukkan si cupu dengan pesona dan juga ketampanannya.
"Maka mobil terbaruku untukmu, dan jika kau kalah? Maka mobil yang baru saja kau beli itu milikku."
"Deal." Keduanya saling berjabat tangan, tatapan sengit terpancarkan.
Samuel merasa sangat yakin jika dia akan mendapatkan mobil itu, karena tak ada yang berani menolak pesona ketampanannya selain gadis yang ada di Cafe. Mempertaruhkan mobil kesayangan jika dia mencintai si gadis cupu, dan juga mobil yang baru beberapa hari dibelinya dengan harga yang sangat fantastik menguras dompet. "Aku sangat yakin, bisa menaklukkan si boneka santet itu. Lihat saja nanti, Samuel Matthew kini beraksi!" gumamnya yang tersenyum tipis.
"Bagaimana perusahaan yang kau kelola?" tanya salah satu pria yang menatap Samuel.
"Sangat lancar dan juga baik, semua atas kerja keras dari bawahanku."
"Kau sangat keren, mempunyai perusahaan yang berdiri sendiri tanpa bantuan dari keluarga mu."
"Keluarga yang mana kau maksud? Aku tidak mempunyai keluarga," sahut Samuel yang mulai kesal jika topik pembicaraan mengarah pada keluarganya.
"Apa kau tidak ingin menjenguk keluargamu itu? Sudah lama kau tidak pulang." Ucap salah satu teman yang merasa bersimpati dengan temannya.
Samuel Matthew merupakan seorang anak yang kaya raya, namun kekayaannya belum bisa menyeimbangkan keluarga dari Wijaya. Keluarga yang dulunya sangat harmonis dan penuh kasih sayang, namun sang ayah malah berselingkuh dengan seorang wanita yang dia sendiri tidak tahu. Wanita itu membawa seorang anak berusia dua tahun saat dia masih berumur delapan tahun, perasaan ibu Samuel sangat patah hati dan menderita mengenai hal itu. Hingga ibunya mengalami depresi berat dan terpaksa dibawa ke rumah sakit jiwa, hal itulah yang membuat Samuel sangat membenci wanita dan mempermainkannya.
Kebenciannya semakin besar, saat ayahnya mengenalkan wanita asing itu sebagai ibu tirinya, sementara anak yang masih berusia dua tahun adalah adik tiri, hasil perselingkuhan. Dia tak ingin menerima hal itu dan sangat membenci semua orang yang ada di rumah, melimpahkan semua kesalahan kepada ayahnya.
"Aku tidak tertarik untuk menjenguk mereka."
"Tapi mereka tetaplah keluargamu, yang aku dengar ayahmu sedang sakit."
"Dan aku tidak peduli dan tertarik dengan masalah mereka, karena merekalah yang membuat ibu ku menjadi gila." Ungkap Samuel yang sangat sedih, mengingat dia adalah korban dari keegoisan dari sang ayah. Anak yang berusia delapan tahun harus berjuang seorang diri dalam mengurus sang ibu, dewasa sebelum waktunya.
Salah satu dari mereka menghampiri Samuel dan menepuk pundaknya. "Aku doakan, agar seorang wanita datang dalam hidupmu dan kembali menaburkan cintanya, serta kau bisa merasakan kembali hangatnya keluarga."
"Heh, itu tidak akan terwujud. Aku tak ingin menikah!" tolak Samuel dengan mentah-mentah, tak ingin jika pernikahannya gagal karena orang tua bercerai.
"Tegarkan dirimu, kami pamit dulu."
"Hem," Samuel menganggukkan kepala dengan tatapan ke bawah, kesedihan yang hanya dia perlihatkan kepada keempat temannya.
Setelah kepergian mereka, Samuel mengontrol emosinya menjadi stabil, dia tak ingin memikirkan hal itu yang berakibat buruk padanya. "Hah, sebaiknya aku melupakannya. Tidak ada gunanya aku mengingat mereka lagi, tapi apa yang dilakukan boneka santet di dapur?" monolognya seraya bergegas menuju ke dapur.
Samuel berjalan menuju dapur, perasaannya menjadi cemas saat tidak mengawasi pelayan dadakan yang tidak tahu apapun pekerjaan, dan benar saja! Kedua pupilnya membesar saat melihat api di dapur. Segera berlari mengambil handuk basah dan melemparnya untuk memadamkan api, menatap tajam pada sang pelaku yang baru saja tiba. "Apa yang kau lakukan? Apa kau ingin membakar tempat ini?" bentaknya.
"Maaf, aku lupa mematikan kompornya," jawab Eve yang mencengir kuda.
"Dia selalu saja membuat ku kesal," batin Samuel dan seketika menghampiri Eve karena mulai berakting demi taruhan. "Tidak apa-apa, apa kau terluka? Ayo ikuti aku!" ucapnya yang membawa pelayan diadakannya duduk di atas sofa.
"Eh, kenapa ini malah terjadi sebaliknya? Apa pria sinting ini kerasukan setan?" gumam Eve menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Syukurlah jika kau tidak apa-apa, kau tidak perlu masuk ke dapur lagi. Masih ada Madam Yi yang akan mengurusnya," Samuel berkata lembut semakin membuat Eve heran.
"Apa kepalamu tadinya terbentur?" tanya Eve yang sangat bingung.
"Tidak, bagaimana jika aku mengantarmu pulang?"
"Aku tidak ingin merepotkanmu." Jawab Eve menolak, lebih tepatnya dia tak ingin ini terjadi.
"Tidak masalah, kau sudah bekerja keras untuk ini dan aku akan mengapresiasi dengan mengantarkanmu pulang." Keukeuh Samuel yang terus membujuk pelayan cupunya.
"Ya sudah jika kau memaksa." Eve tersenyum paksa, jauh di lubuk hatinya yang sangat gelisah. "Bagaimana jika dia mengetahui identitasku? Aku tak ingin kebebasanku direnggut," batinnya.
"Itu bagus, ayo! Sekalian aku ingin berkunjung."
Di sepanjang perjalanan, suasana sangat canggung dapat dirasakan Eve. Memikirkan bagaimana untuk menipu pria di sebelahnya yang tiba-tiba bersikap peduli padanya. Samuel memperlakukannya sangat berbeda, membantunya membuka pintu mobil, mengobati tangannya yang sedikit tergores.
"Sebenarnya pria ini kenapa? Dia terlihat sangat berbeda, tiba-tiba menjadi perhatian dan seolah-olah peduli padaku. Hah, mungkin saja mood nya sedang bagus. Tapi bagaimana ini? Dia terus memaksa dan tidak mungkin aku membawanya ke Mansion utama, tamatlah riwayatku!" Batin Eve gelisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
lanjuut
2022-08-24
0
Asih Ningsih
hati2 eve itu semua krn taruhan jgn trpancing n jgn jatuh cinta padanya dulu.
2022-07-30
0
bilaa
andai lu tau kenyataan nya pasti nyesel
2022-04-08
0