Eve sangat terkejut, menjadi pelayan selama dua bulan di apartemen dari pria itu. Dia sudah protes tapi pria itu mengancamnya akan dimasukkan ke dalam penjara, menatap seluruh ruangan itu dengan menghela nafas. "Apa tidak ada keringanan untukku?" ucapnya yang tersenyum kaku.
"Tidak, apa kau ingin masuk penjara?" ancam Samuel membuat Eve menatapnya dengan jengah.
"Hah, percuma saja aku punya keluarga kaya tapi tidak bisa membantuku." Batin Eve.
Samuel melihat Eve yang tampak berpikir, dengan cepat melemparkan pakaian kotor mengenai wajah gadis malang itu. "Jangan melamun saja, cepat selesaikan pekerjaanmu!"
"Ya…ya, tidak perlu melempari baju kotormu mengenai wajahku," gerutu Eve yang cemberut.
"Ck, jelas-jelas kaulah yang bersalah. Tapi kau malah membuat dirimu korban, berhentilah berakting dan mulailah membersihkan seluruh ruangan ini."
"Jujur saja, sebenarnya aku tidak pernah melakukan pekerjaan rumah," ungkap Eve yang tersenyum simpul.
"Lihatlah wajahku!" ucap Samuel membuat Eve menghampirinya seraya meneliti wajah tampannya.
"Lalu?" tanya Eve yang tak mengerti.
"Apa kau melihat raut wajahku yang tidak peduli? Aku tahu kau hanya mencari alasan agar terbebas dari hukuman ini."
"Aku mengatakan sejujurnya, tapi kau malah tidak mempercayaiku."
"Berhentilah mengoceh seperti beo, sebaiknya mulailah membersihkan seluruh ruangan ini hingga mengkilap. Dan kau awasi gadis kecil ini, jelaskan daftar pekerjaannya," titah Samuel yang menatap ketua pelayan beberapa detik dan kembali melangkahkan kakinya menuju kamar. Sementara Eve hanya melihat punggung pria itu dengan kesa. "Pria itu membuat aku sangat kesal, kak Niko dan Samuel? Dua orang yang sama-sama menyebalkan," gumam Eve yang mendelik kesal.
"Baik, Tuan." Sahut ketua pelayan yang membungkukkan badannya.
Eve mulai membersihkan barang-barang dan juga sampah, menyapu lantai dengan penuh hati-hati sesuai petunjuk ketua pelayan yang terus mengawasinya. "Hah, ternyata cukup melelahkan juga menjadi seorang pelayan." Gumamnya yang memutuskan untuk istirahat sejenak, mengelap keringat yang membasahi seluruh tubuhnya menggunakan handuk kecil di leher. "Ternyata inilah yang dirasakan oleh pelayan di Mansion, mereka bekerja hampir seharian penuh dan aku tidak pernah melihat mereka mengeluh. Aku akan meminta dad Abian untuk menaikkan gaji para pelayan," monolognya merasa simpati dengan pekerjaan para pelayan di Mansion Wijaya.
"Jangan berbicara sendiri Nona, lakukan pekerjaan dengan benar!" ucap ketua pelayan yang memperingatkan Eve.
"Baiklah."
Eve kembali berdiri dari kursi dan kembali melanjutkan pekerjaannya, berlarian kesana kemari hanya ingin melihat pel lantai yang tidak ditemukan. "Apa di apartemen ini tidak ada pel lantai? Lalu, aku mengepel menggunakan apa?" lirihnya sembari menggaruk kepala yang tidak gatal.
Sementara di tempat lain, Samuel memantau pekerjaan dari Eve lewat rekaman Cctv yang terhubung di ponselnya, tersenyum saat berhasil mengerjai gadis malang itu. "Sepertinya kegiatan baruku ini sangatlah menyenangkan, melihat raut wajah bodohnya membuat aku terkekeh geli." Gumamnya sembari menggigit apel yang ada di genggamannya. Dia sangat senang dengan mainan baru, bagai melepaskan kepenatan setelah bekerja. Ponselnya yang jatuh tidak ada apa-apanya, karena Samuel memiliki banyak ponsel berbagai merk terkenal.
Eve terpaksa mengepel dengan sehelai kain, dia sangat kelelahan dengan pekerjaan itu, pinggang dan kakinya terasa pegal saat dipaksa jongkok. Dia sangat bangga dengan dirinya sendiri, mengepel lantai untuk pertama kalinya. "Walaupun tubuhku terasa remuk, tetap saja ini suatu kebanggaan tersendiri." Batinnya.
"Sepertinya kau tampak bahagia," celetuk seseorang yang tak lain adalah Samuel.
"Tentu saja!" jawab Eve dengan ketus.
Samuel tersenyum smirk, berjalan menghampiri gadis itu. Baru beberapa langkah, tiba-tiba Samuel tergelincir hingga terjungkal ke belakang. "Sial," umpatnya kesal.
"Kau kenapa?" tanya Eve dengan polos.
"Ck, lantainya dipenuhi genangan air."
"Lalu?"
"Apa kau ini bodoh? Kau membuat semua lantai ini basah." Bentak Samuel yang hendak berdiri, tapi karena lantai yang licin kembali membuatnya terjungkal.
"Sepertinya kau harus membersihkan apartemen ini dari kutukan!" ujar Eve di sela-sela tawanya.
"Dasar wanita bodoh, kaulah yang terkena kutukan. Apa kau mengepel lantai menggunakan air yang banyak?" umpat Samuel yang berdiri.
"Sudah aku katakan 'bukan? Jika ini kali pertama aku membersihkan rumah."
"Kau ini gadis miskin yang sangat manja, begitu saja kau tidak bisa!" cibir Samuel.
"Ya…ya, terserah kau saja. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat," cetus Eve kesal.
"Kau tidak boleh istirahat sebelum membereskan kekacauan ini," tolak Samuel yang memberi perintah.
"Kau pria yang tak berperikemanusiaan!" Eve tidak menghiraukan ucapan dari majikan dadakannya, memilih untuk pergi dari tempat itu.
"Hai, boneka santet! Kau harus membereskan semua ini," tegas Samuel yang menunjuk lantai penuh dengan genangan air.
Eve menghentikan langkahnya, mengepalkan kedua tangan karena kesabaran yang semakin menipis. Dengan cepat dia menoleh ke belakang, melemparkan kain bekas pel lantai tepat mengenai wajah tampan Samuel. "Kau terlalu banyak bicara," ujar Eve dan beristirahat di sofa empuk.
Nafas Samuel seperti sesak menerima perlakuan wanita untuk pertama kalinya, seakan harga dirinya jatuh akibat gadis kecil itu. "Selama ini tidak ada yang berani memperlakukanku seperti gadis kecil itu, aku akan memberinya hukuman!" gumamnya kesal, menghampiri Eve yang sedang membaringkan tubuhnya di atas sofa.
Menatap gadis itu dengan dalam, bertolak pinggang dengan sorot mata tajamnya. Samuel tersenyum smirk saat menemukan sebuah cara untuk balas dendam, mengambil ember yang berisi air pel dan mengguyur tubuh lelah tanpa perasaan.
Sontak Eve sangat terkejut, seluruh tubuhnya basah kuyup. Sorot mata tajamnya menatap pria yang masih memegang ember di tangan. "Kau sudah melewati batas!" ucapnya dingin.
"Apa? Kau kesini untuk menjadi seorang pelayan, jangan bersikap kau ratu di apartemenku ini!"
Perlahan Eve membuka kepalan tangannya, mengontrol emosi supaya tidak keluar dan dapat mencelakai pria itu, menarik nafas dalam dan terdiam sejenak. "Aku harus mengontrol emosiku, aku tidak ingin orang lain mengincarku demi kepentingan pribadi mereka." Batinnya yang bertekad.
Eve kembali melanjutkan pekerjaan, Samuel mengerutkan kening melihat sikap gadis itu berubah dengan cepat. Memutuskan untuk pergi dan kembali melanjutkan pekerjaan tertunda.
Tak lama, suara dering ponsel Eve berbunyi. Dengan cepat dia mengangkatnya, dan melihat siapa yang menghubunginya adalah Niki.
"Halo kak!"
"Hem, bagaimana kabarmu?"
"Aku baik, tumben kakak meneleponku!"
"Ada kabar baik untukmu."
"Apa itu?"
"Aku sedang berkemas, dan akan pulang ke Indonesia."
"Benarkah? Apa kakak serius?"
"Tentu saja, tolong sambut aku di bandara!"
"Akhirnya kakak pulang, aku sangat merindukanmu."
"Hem, aku juga. Jangan lupa untuk menyambut kedatanganmu, hanya kau saja."
"Dengan senang hati."
Sambungan terputus membuat Eve dangat senang, dengan begitu dia mempunyai tempat curhat. Dari beberapa kakak sepupunya, hanya Niki lah yang paling mengerti dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
nyesel loh samuel
2022-08-23
1
Asih Ningsih
knpa hanya twin N aja triple A kemana ya
2022-07-30
0
Regina Amaalina
bila cerita tentang triple A keluar Alex, Alexa,alexi
2022-04-24
1