Eve sangat kesal dengan pria yang sok dekat dengannya, memutuskan untuk pergi dari sana dan ingin pulang ke Mansion. "Pria yang sangat menyebalkan, sebaiknya aku pulang ke Mansion sebelum kak Niko mengomentariku lagi." Umpatan kesal.
Sesampainya di kediaman Wijaya, baru beberapa langkah masuk ke dalam, ada beberapa pasangan mata yang menyorotnya dengan penuh penyelidikan. Menatap kedua orang tuanya dengan tersenyum, memperlihatkan deretan gigi yang putih nan rapi. "Mommy…Daddy? Kapan kalian kembali? Kenapa tidak memberiku kabar?" Eve sangat terkejut dengan kedatangan kedua orang tuanya.
"Kenapa kau sangat cantik, hah?" protes Abian yang melihat penampilan putrinya yang sangat cantik, dia takut jika para pria hidung belang memanfaatkan putri semata wayangnya.
"Se-sebenarnya aku__" Eve sangat gugup, apalagi tatapan sang ayah membuatnya menundukkan kepala karena tak berani.
"Oh ayolah Paman, kenapa kau mempermasalahkan penampilannya? Eve terlihat sangat cantik jika seperti itu, jangan berusaha untuk merombaknya seperti boneka hantu." Celetuk Niko yang baru saja pulang dari kantor.
Abian sangat kesal dengan keponakannya itu, melepaskan sepatu dan melemparkan tepat mengenai kepalanya Niko. "Dasar anak nakal, kau mengajari putriku pengajaran yang sangat buruk." Keluhnya.
"Auh…Paman sangat kasar sekali, aku heran kenapa bibiku menikah dengan pria seperti Paman." Keluh Niki.
"Heh, itu karena bibimu mencintaiku. Sepertinya kau tidak menjaga putriku dengan baik, apa kau masih berkencan dengan wanita-wanita bodoh itu?" ucap Abian protes.
"Itu adalah seni, Paman. Hah, sudahlah! Aku pulang hanya ingin mengambil berkas saja," ujar Niki yang berlalu pergi meninggalkan tempat itu sembari bersiul.
"Ck, ingin rasanya aku menggantungnya." Gumam Abian.
"Apa kau yakin ingin menggantungnya? Dia bahkan lebih tinggi darimu," sela Lea yang tersenyum geli, di ikuti oleh Eve.
Mereka saling berpelukan melepaskan rindu, Eve tersenyum simpul. "Maaf Dad, aku berpenampilan seperti ini," ucapnya dengan penuh penyesalan.
"Tidak masalah, Dad tak ingin melihat penampilan cantik ini. Berpenampilan seperti biasa saja, jangan tonjolkan penampilan dan juga keahlianmu. Kau tahu sendiri, jika kita mempunyai banyak musuh di luar sana." Jelas Abian yang menatap putrinya nanar, pekerjaan masa muda nya sebagai pembunuh bayaran membuat Abian tak bisa hidup tenang.
"Aku tidak akan mengulanginya lagi, aku berjanji." Tutur Eve tulus.
"Tidak masalah, Sayang. Oh ya, kami akan pergi lagi dan kau tetaplah di Mansion bersama Niko." Celetuk Lea yang membelai rambut putrinya dengan penuh cinta.
"Jadi kalian hanya singgah sebentar saja? Oh ayolah, Dad dan Mom baru saja tiba dan kalian ingin pergi lagi?" keluh Eve yang merasa terabaikan.
"Kondisi kakek Nathan memburuk, dan kami harus segera kesana. Ditambah lagi dengan kakek Bara, dia begitu sedih dengan kondisi kakek Nathan yang sekarang sakit-sakitan." Jelas Lea yang berusaha memberikan pengertian kepada putrinya.
"Baiklah, jika itu demi kakek kalian boleh pergi. Titipkan salamku padanya," lirih Eve.
"Kami pergi dulu, kau jaga diri baik-baik."
Eve mengantarkan kedua orang yang sangat dia cintai ke pintu utama, melambaikan tangan dengan wajah murung. Kembali menatap Mansion yang sangat besar, tapi tidak ada penghuni. "Mansion ini besar tapi aku merasa asing di tempat ini," lirihnya pelan.
Sementara Niko tak sengaja mendengar ucapan Eve, hatinya melembut dan segera menghampiri adik sepupunya. "Doakan saja agar kesehatan kakek Nathan membaik, dan kita akan berkumpul seperti dulu lagi."
"Hem, Kakak benar." Lirih Eve yang sangat merindukan keramaian Mansion itu, ada begitu banyak cinta dan kasih sayang keluarga. Tapi, semenjak kesehatan sang kakek membuatnya merasa asing di tempat itu. Suasana sunyi, dan sepi, apalagi Niko sering menghabiskan waktu bersama dengan teman kencannya.
Niko melepaskan pelukannya, menatap manik mata adik sepupunya dan tersenyum. "Kau sangat jelek jika menangis," ejeknya seraya menjitak kepala Eve, berlari dengan cepat sebelum terkena amukan dari adik sepupunya.
"Aku membencimu, Kak!" pekik Eve yang sangat kesal dengan kakak sepupunya, mengira jika Niko benar-benar berubah.
Niko menghentikan langkah kakinya, menoleh kebelakang dan tersenyum. "Tapi aku mencintaimu, Eve." Balasnya seraya masuk ke dalam mobil.
Eve menghentakkan kakinya dengan kesal, kedua mata yang menunjukkan kemarahan. "Aku benci pria itu, kapan kak Niki kembali?" gerutunya.
****
Keesokan harinya, seorang wanita cantik menggeliatkan tubuhnya, dan sesekali menguap. Menatap ke sekeliling kamar, dan turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah bersiap-siap, Eve kembali mengepang rambut panjangnya, memasang behel dan berkacamata tebal, tersenyum melihat cermin yang memantulkan bayangannya sendiri. "Dad memang benar, penampilan ini tidaklah buruk. Aku merasa sangat nyaman seperti ini," monolognya, mengambil tas di atas ranjang dan berlari keluar dari kamar.
"Selamat pagi, Kak!" sapa Eve dengan riang gembira.
"Pagi," sahut Niko yang menyemburkan air dari mulutnya, terkejut dengan perubahan penampilan Eve yang kembali seperti semula. "Kau itu sangat cocok berpenampilan cantik, dan apa ini? Kau malah terlihat seperti boneka hantu," komentar nya dengan penuh penghayatan.
"Sesuai perkataan Dad padaku, dan penampilan ini tidak buruk." Ujar Eve dengan santai.
"Lupakan itu, sebaiknya kau sarapan. Oh ya, aku akan pulang agak terlambat, ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan." Tutur Niko seraya menyuapi mulutnya dengan sandwich.
"Ck, katakan saja jika kakak berkencan dengan para wanita bodoh itu."
"Wah, sepertinya kau mulai memahami aku. Hari ini aku akan berkencan dengan Liana, wanita cantik dengan body seperti gitar Spanyol. Hah, kenapa aku malah curhat padamu. Aku pergi dulu, dan kau berangkatlah bersama supir!" Niko melangkahkan kakinya pergi dari ruang makan, meninggalkan Eve seorang diri.
Setelah selesai sarapan, Eve bergegas menuju masuk ke dalam mobil, membawanya hingga ke tempat biasa dijanjikan sebelumnya. Berjalan dengan santai masuk ke Universitas tempatnya menggali ilmu dan pengetahuan lanjut. Semua orang menatap perubahan Eve yang kembali cupu, sementara yang di tatap hanya acuh tak acuh.
"Hai!" sapa seseorang dari arah belakang, Eve menoleh dan menatap pemilik suara.
"Hai," sahutnya tak bersemangat dengan kedatangan Liam.
"Kau itu sangat cantik, kenapa kembali berpenampilan seperti boneka Annabelle?" tanya Liam yang mengerutkan kening.
"Karena aku lebih nyaman dengan penampilanku yang sekarang," cetus Eve yang kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
Liam terus mengikutinya layaknya seorang bodyguard, hal itu membuat Eve menjadi risih. "Bisakah kau tidak mengikutiku?" ketusnya yang menatap Liam dengan tajam.
"Apa salahnya aku mengikuti teman?" sahut Liam santai.
"Kau benar-benar membuat aku kesal, sebaiknya kau jaga jarak, dan jangan terlalu dekat denganku!" tekan Eve yang memperingati pria tampan itu.
"Memangnya kenapa? Aku tidak melihat ada larangan yang tertulis di sini!" Liam celingukan tanpa menghiraukan peringatan itu.
Eve menarik nafas dalam dan mengeluarkan secara perlahan, tak ingin berdebat membuatnya terus berjalan menuju kelas, dan sialnya pria itu terus saja mengekorinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
betul itu sembunyikan kecsntikan mu
2022-08-23
1
Asih Ningsih
iya kmu sih gak mau brsabar buka identitasmu skrg jgn salahkan kku ada laki2 yg ngikutin kmu
2022-07-30
0
HoiLim Yee Lee
nice
2022-04-27
0