Samuel menatap tajam gadis berkacamata tebal, mengepang rambut dan gigi yang di pagar membuatnya terasa geli. "Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Eve sinis.
"Karena penampilanmu yang terlihat sangat jelek," ejek Samuel sembari menyeringai.
"Kau boleh mengejekku sekarang, tunggu saja tanggal mainnya!" seloroh Eve yang sangat kesal, ingin rasanya mencakar-cakar wajah tampan dari majikan dadakannya.
"Wah, sepertinya kau tersinggung. Tapi, itu bagus! Aku ingin lihat, bagaimana Boneka santet memperjuangkan dan membuktikan."
"Lihat saja nanti dan berhentilah memanggilku dengan boneka santet! Nama ku Eve, E-V-E." Ucapnya seraya mengeja nama.
"Aku lebih nyaman memanggilmu boneka santet," ujar Samuel acuh tak acuh.
"Sangat menyebalkan!"
"Karena kemarin kau kabur dan juga menendang tongkat sakti ku, maka kau akan dihukum," ucap Samuel dengan tajam.
"Ck, siapa kau yang berani mengaturku?"
Samuel berjalan menghampiri gadis kecil itu, menyentil kening Eve membuat empunya meringis. "Auh…kau kasar sekali," cetus Eve yang mengusap keningnya yang terasa panas.
"Itu hukuman karena kau membuat aku kesal!" sahut Samuel dengan santai.
"Apa setiap kali kau kesal akan menyentil keningku?" cetus Eve yang tak terima dengan perlakuan pria itu.
"Ya, bisa saja dikatakan begitu. Karena kemarin kau pergi terburu-buru, hari ini kau harus bekerja lembur." Ucap Samuel yang membuat Eve sangat kesal.
"Mana bisa begitu!" protesnya disertai tatapan tajam.
"Bisa, karena aku adalah majikanmu. Apa kau mengerti?" tekan Samuel yang memarahi gadis itu.
Eve menghela nafas dengan berat, dengan terpaksa dia mengangguk setuju membuat sang majikan tersenyum puas. "Baiklah."
Samuel berlalu pergi menuju kantor, sedangkan Eve mulai mengerjakan tugasnya sebagai pelayan. "Pria itu benar-benar membuat kesabaranku habis, pertama kak Niko, kedua Liam, dan sekarang Samuel. Lengkap sudah penderitaanku, ingin rasanya aku membuat ketiga pria menyebalkan itu menghilang dari muka bumi ini." Monolognya seraya bersih-bersih.
"Jangan menggerutu, selesaikan pekerjaanmu sebelum tuan Samuel pulang dari kantor." Ucap ketua pelayan yang masih memantau Eve, dia masih kesal dengan gadis kecil itu karena mengerjainya saat ingin kabur dari apartemen.
"Baiklah," jawab Eve yang merasa bersalah pada ketua pelayan itu. Kembali melakukan berbenah, mulai menyusun pakaian dan membersihkan lantai.
Karena tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah membuat Eve banyak melakukan kesalahan, vas mahal milik Samuel pecah akibat tak sengaja tersenggol. "Vasnya pecah?" lirih Eve yang melongo, menoleh ke belakang dengan menyengir kuda. "Maaf, aku tidak sengaja."
"Hah, aku bahkan sudah mengajarimu. Kau wanita yang sangat ceroboh, itu vas tuan Samuel yang paling mahal!" cetus ketua pelayan membersihkan pecahan vas.
"Sungguh, aku tak sengaja. Begini saja, ada begitu banyak vas di sini. Tolong jangan katakan pada pria itu, aku mohon!" rengek Eve yang menyatukan kedua tangannya, memasang raut wajah memelas.
Ketua pelayan hanya menatap dingin, tanpa bersuara membuat Eve mengerti jika wanita paruh baya itu tidak akan membantunya. "Masalah ini akan semakin rumit saja, sebaiknya aku menggunakan kartu milikku saja." Batinnya yang tersenyum smirk. "Bibi tenang saja, aku akan mengganti vas itu." Yakinnya dengan tersenyum jenaka, dapat menyelesaikan masalahnya. Berpikir akan mengangsur hutangnya kepada Samuel agar tidak ketahuan oleh keluarganya.
Di sisi lain, seorang pria yang lengkap dengan setelan jas, duduk seraya menyandarkan punggung di kursi kebanggaannya. Pekerjaan kantor membuatnya sangat lelah dan berpikir untuk melihat rekaman Cctv di apartemennya lewat ponsel. "Aku ingin melihat bagaimana pekerjaan boneka santet itu," gumamnya sembari fokus pada layar pipih di hadapannya. "Ya tuhan, dia wanita seperti apa? Tidak ada satu pekerjaan yang diselesaikan dengan baik." Samuel memijat pangkal hidungnya yang tidak gatal, kepalanya terasa sangat sakit melihat pekerjaan Eve yang menghancurkan vas mahalnya akibat kecerobohan gadis itu.
Seorang pria yang sedari tadi menatap tuannya yang fokus pada layar pipih, dia sangat penasaran apa yang terjadi pada Samuel. "Apa anda baik-baik saja, Tuan?" tanya Li yang menautkan kedua alisnya.
"Hem, aku baik." Samuel meletakkan ponselnya dengan kesal, bukannya bertambah bersih malah apartemennya semakin berantakan.
Ketua pelayan mendekati Eve, kembali mengajari gadis kecil itu untuk melakukan pekerjaan berbenah. "Apa kau sudah paham?" tanyanya yang baru saja menjelaskan cara mengerjakan pekerjaan rumah dengan oenuh kesabaran.
"Baik, akan aku coba. Sepertinya terlihat sangat mudah." Eve kembali bersemangat dan merasa pekerjaannya tidaklah sulit.
Setelah menyelesaikan satu pekerjaan yang menghabiskan waktu berjam-jam lamanya, Eve memutuskan untuk beristirahat. Sebelum dia berangkat ke apartemen milik Samuel, Eve mengecoh bodyguard yang diberikan oleh ayahnya. Dia tak ingin jika sang ayah mengetahui masalahnya, bisa berakibat kebebasannya yang dipertaruhkan.
Tiba-tiba terdengar suara ponselnya yang berdering, melihat siapa meneleponnya yang tak lain adalah Niki. "Sial, kak Niki menghubungiku dengan video call." Umpatnya yang gelagapan. Dia menatap ketua pelayan yang masih mengawasinya.
"Apa aku boleh mengangkat telepon?" tanya Eve berbasa-basi. Ketua pelayan menganggukkan kepala dengan pelan dan berlalu pergi, tak ingin mengganggu Eve.
Masalah Eve semakin sulit antara mengangkat video call atau tidak. "Jika aku tidak mengangkatnya, pasti kak Niki mencari keberadaanku yang sangat mudah baginya. Hah, ini sangat sulit." Batinnya yang sangat bimbang, dengan terpaksa menjawab video call.
"Halo kak."
"Apa butuh waktu lama untuk mengangkat teleponku?"
"Maafkan aku, tadi aku berada di toilet."
Niki melihat sekeliling ruangan lewat ponselnya, merasa sangat asing, memastikan dengan menyipitkan kedua matanya.
"Apa kau tidak di kampus?"
"Tidak, aku ada di rumah teman."
"Teman yang mana?"
"Temanku yang bernama Anita."
Niki menatap adik sepupunya lewat ponsel dengan menyelidik, karena dia tidak percaya ucapan Eve yang terlihat sedikit gugup.
"Apa kau tidak membohongi kakak mu ini?"
"Tentu saja tidak, aku gadis yang paling jujur."
"Baiklah, jika kau berbohong sekali saja padaku? Jangan salahkan aku untuk menindaklanjutinya."
"Apa yang kakak bicarakan, masih banyak tugas kuliah harus kukerjakan. Apa masih ada pertanyaan lagi? Karena aku sangat sibuk."
"Baiklah, jaga dirimu baik-baik."
Setelah video call selesai, Eve menghela nafas lega. Sebenarnya dia sangat takut dengan ucapan Niki yang mengancamnya, karena itu bisa berakibat fatal. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Sepertinya kak Niki mulai mencurigaiku." Gumamnya yang mondar-mandir layaknya setrikaan.
"Ehem," ketua pelayan berdehem menghentikan aktivitas Eve. "Lanjutkan pekerjaan mu!" titahnya dengan raut wajah dingin.
"Baiklah, sesuai perintah Bibi." Sahut Eve dengan pasrah.
"Aku bukan bibi mu," cetus ketua pelayan dengan sinis.
"Lalu aku harus memanggilmu apa?" seloroh Eve yang menggaruk pelipisnya, karena wanita paruh baya itu terlihat galak.
"Panggil aku Madam Yi."
"Baiklah," sahut Eve pasrah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
lanjuuy autho
2022-08-23
0
Muawanah
next Thor 😉
2022-03-18
1
Dewi Sumarni
lnjt thor
2022-03-18
1