Di padi hari yang cerah, sinar matahari menyeruak masuk ke dalam jendela, menyentuh ke dalam pori-pori kulit. Suasana itu tak membangunkan seorang gadis cantik yang sedang terlelap. Pintu kamarnya terbuka, seseorang masuk ke dalam berniat untuk membangunkan Eve.
"Sayang, bangunlah! Ini sudah pagi," ucap mom Lea yang duduk di sisi ranjang, menggoyangkan tubuh putrinya.
"Ayolah Mom, ini hari libur dan biarkan aku tidur dengan nyenyak." Ucap Eve yang memelas dengan suara serak khas bangun tidur, kembali menarik selimut dan melanjutkan mimpinya.
"Sarapanlah dulu, ayo bangun!" tegas mom Lea yang menatap putri semata wayangnya, tak ada sahutan melainkan suara Eve yang mengorok. "Gadis ini sangat pemalas dan juga jorok, siapa yang mau dengannya? Bahkan suamiku juga merombak putrinya menjadi cupu." Keluhnya yang terus mengomel.
Mom Lea kembali menatap Eve yang terlelap dengan cepat, tidak ada pilihan lain dan memutuskan untuk pergi dari ruangan itu menuju meja sarapan. Langkah kaki yang lesu terlihat oleh semua orang. "Apa Eve belum bangun?" tanya dad Abian.
"Belum, katanya di hari libur ingin menghabiskan waktunya sepanjang hari tertidur di ranjangnya."
"Biarkan saja dia tidur, apa salahnya dengan itu?" santai dad Abian.
"Mana bisa begitu? Mau bagaimanapun juga dia tetaplah putri kita. Hah, sudahlah!" mom Lea menarik kursi dan melanjutkan sarapan, dia tak ingin membahas putrinya yang sangat malas di hari libur.
Sedangkan yang dibicarakan oleh semua orang hanya tertidur tanpa tahu apapun lagi, dia sangat kelelahan dan tidak mempunyai kegiatan. Sudah beberapa kali ponselnya berdering, tapi tak dijawab olehnya.
Eve meregangkan otot-ototnya, sesekali menguap dan terpaksa bagun dari mimpi indahnya. Karena panggilan alam, Eve terbangun dan beranjak dari tempat tidur menuju toilet.
Setelah menyelesaikan ritualnya, Eve kembali menghempaskan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. Baru saja memejamkan mata, dia mendengar suara ponsel yang berdiri dan mengangkatnya dengan setengah kesadaran, tanpa melihat nama orang yang menghubunginya.
"Halo, jangan ganggu aku di hari libur." Ketus Eve yang sangat kesal, dia ingin mematikan ponselnya tapi tak jadi saat mendengar suara orang yang sangat dia kenal.
"Dasar boneka santet, berani sekali kau mengatakan hal santai setelah apa yang terjadi."
Dengan cepat Eve kembali memeriksa nomor tanpa nama. "Suaranya sangat mirip dengan pria itu, apalagi dia memanggilku begitu." Gumamnya yang menjauhkan ponsel beberapa saat.
"Halo, apa kau mendengarku?"
"Hah, iya aku masih mendengarkanmu."
"Aku menghubungimu sebanyak lima belas kali dan tidak ada sahutan sama sekali," keluh Samuel yang sangat kesal dengan ulah Eve yang tidak datang ke apartemennya.
"Aku tadi tertidur dan tidak mendengar suara ponsel."
"Jangan lari dari tanggung jawab, cepat kesini atau hukumanmu bertambah dua kali lipat."
"Ini hari libur, berbaik hatilah sedikit saja. Aku sangat mengantuk dan akan kembali melanjutkan tidurku."
"TIDAK BOLEH. Cepatlah kesini atau kau akan masuk ke dalam penjara."
"Kau membuat aku sangat kesal, tidak lama lagi hutangku akan lunas."
"Jangan banyak menghayal, cepat datang kesini. Sekarang!"
"Hem."
Eve segera memutuskan sambungan telepon dan melemparnya sembarang arah, kesal karena majikan dadakan nya selalu saja mengatur dan memberikannya hukuman. "Aku sangat kaya tapi semua uang itu tak bisa aku pakai untuk membayarkan hutang, ini semua gara-gara daddy! Sebaiknya aku tidur sekitar lima menit lagi, mungkin Samuel tak merasa hal itu." Monolognya seraya menarik selimut dan melanjutkan tidurnya.
Setengah jam kemudian..
Terdengar suara ponsel yang kembali membangunkannya, Eve terbelalak kaget, melihat jam yang berada di dinding hampir tengah hari. "Sial, pasti pria itu sangat marah." Batinnya yang gelagapan berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah bersiap-siap, Eve segera membuka pintu. "Tidak, sebaiknya aku keluar lewat cara lain saja. Mereka pasti menanyai ku dan akan sangat sulit jika terbongkar," gumamnya yang tersenyum saat mempunyai ide cemerlang dengan sedikit melakukan tindakan konyol.
Eve mengambil beberapa kain panjang dan mengikatnya dengan menggunakan simpul mati yang sangat erat menjadi satu, dia mengikatnya di besi dan melempar ke luar balkon. Hanya ada cara itu yang terpikirkan di dalam otaknya saat ini, menuruni balkon hingga sampai ke bawah dan mengecoh beberapa penjaga Mansion. Cukup sulit untuk keluar dari Mansion, mengingat jalan rahasianya dari kamar di ketahui oleh Alex saat tak sengaja melihat-lihat. Keamanan benar-benar terjaga dengan baik, dia mencari jalan lainnya agar bisa ke apartemen milik Samuel.
Setelah kesulitan yang dilewati dengan sangat baik, Eve akhirnya sampai ke apartemen itu dan masuk ke dalam. Terlihat seorang pria tampan tengah makan siang. "Kau sangat-sangat terlambat." Ucap Samuel tanpa menoleh sedikitpun.
Eve menghentikan langkah kakinya dan tersenyum mencengir kuda, memperlihatkan gigi putih yang tersusun rapi. "Kau tahu sendiri bagaimana suasana jalanan di kota yang sangat padat di hari libur, itu sebabnya aku terlambat." Dia mencoba memberikan alasan yang cukup logis untuk mengurangi beban hukuman di hari ini.
Samuel yang menyelesaikan makan berjalan menghampiri gadis muda itu dengan sorot mata tajam penuh kemarahan. "Kau pikir siapa dirimu, hah? Kau sangat terlambat dan juga telah mengerjaiku dengan obat pencuci perut."
"Itu bukan kesalahanku, kau sendirilah yang memintaku untuk melayani mereka. Aku ini juga manusia yang merasakan kelelahan, tapi kau malah melimpahkan segalanya kepadaku." Cetus Eve yang mengeluarkan semua unek-uneknya.
"Apa kau sudah selesai bicara? Sekarang giliranku."
"Jika ingin bicara, maka katakan saja!" jawab Eve dengan santai semakin menyulut emosi Samuel, terlihat jika pria itu mengepalkan tangan dengan erat.
"Karena ulahmu membuat aku sangat kesakitan dan bolak-balik ke kamar mandi hingga kedua lututku bergetar dan tubuhku sangat lemah, dan kau tidak merasa bersalah akan hal itu." Samuel terus mengungkit kesalahan Eve dan memarahinya habis-habisan yang mengerjainya di malam itu tanpa ingin mendengar perkataan dari gadis itu.
"Maaf, aku sangat menyesal telah melakukan itu padamu. Kau pasti sangat tahu bagaimana labilnya seorang gadis seusia ku." Eve berusaha untuk mendapatkan simpati dari pria itu dan berpura-pura sedih.
"Berhentilah berpura-pura," cetus Samuel yang menyindir gadis muda di hadapannya.
"Apa? Aku sangat menyesal, apa kau tidak percaya dengan perkataan tulusku?"
Samuel mendekatkan wajahnya, menatap kedua manik mata untuk menyelidikinya. " Baiklah, untuk kali ini kau lolos dari hukuman. Tapi tidak di lain waktu," ujar Samuel yang berlalu bergi meninggalkan tempat itu dengan tersenyum sangat tipis. "Lihat, bagaimana aku akan mengerjai wanita cupu itu." Batinnya yang sangat puas dengan rencana yang akan di jalankan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
emang enak d kerjain
2022-08-23
0
Lilisdayanti
kemana diti,,dan istrinya papa bara,,,ya ampun niko ko malah nurun papa bara jadi playboy kelas kakap,,,,
2022-06-15
0
Arga
kalo Samuel lihat wajah cantik Eve bisa dipastikan pasti shok Samuel,,,😱😱
2022-04-13
1