Eve menghela nafas berat, melihat kondisinya yang cukup memprihatinkan. "Tidak mungkin aku memakai pakaian ini, sangat bau amis. Freya sangat keterlaluan." Gumamnya yang masih menahan rasa kesal. Cukup lama dia berada di toilet, melangkahkan kakinya menuju keluar dari tempat itu dan memutuskan untuk membeli pakaian baru, mengingat pakaiannya yang sangat bau.
Baru saja dia keluar, seseorang menarik tangan Eve dengan kasar membuat sang empunya terkejut. "Apa yang kau lakukan?" cetus Eve yang menatap orang itu yang tak lain adalah Freya.
"Diamlah, apa kau ingin merusak gendang telingaku?" ketus Freya.
"Apa kau masih belum puas mengerjaiku?" ujar Eve yang berusaha untuk tetap tenang.
"Tentu saja, karena di kampus ini penampilanmu yang paling aneh. Persis seperti boneka Annabelle," sahut Freya di sela-sela tawanya. Terus menarik tangan Eve tanpa menghiraukan perkataan dari gadis malang itu, hingga langkah mereka berhenti saat melihat pintu di depannya. Freya melirik kedua sahabatnya, tersenyum saat ketiganya yang akan merencanakan sesuatu.
Vira membuka pintu dengan lebar, dengan cepat Freya mendorong tubuh gadis malang itu dan menguncinya dari luar. Eve terjerembab saat tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, menoleh ke belakang saat mendengar suara pintu yang tertutup dan ruangan menjadi gelap. Berlari ke arah pintu dan mengetuknya dengan keras. "Buka pintunya, keluarkan aku dari sini!" teriak Eve.
"Baiklah, permintaan dikabulkan!" sahut suara dari luar ruangan. Eve sangat senang mendengarnya, namun pintu hanya terbuka sepersekian detik serta guyuran air seember membasahi seluruh tubuhnya. "Ups…sepertinya aku berubah pikiran, tetaplah di sana!" ujar Freya yang sengaja melakukannya. Ketiga gadis itu berlalu pergi meninggalkan Eve yang mulai kedinginan.
Eve mengetuk pintu dengan sekuat tenaga, dia tidak bisa berlama-lama di dalam gudang dengan pakaian basah. Rasa dingin seakan menusuk tulangnya, terus mengetuk pintu dan berteriak minta tolong, tidak ada seorangpun yang menolongnya. Setengah beberapa lama membuatnya sangat lelah berteriak, tapi tidak menyerah dengan keadaannya. Terlukis senyuman indah di wajahnya, saat terlintas ide untuk pergi dari gudang itu.
"Untung saja aku selalu memakainya!" gumamnya sembari mengambil penjepit rambut dan membentuk sedemikian rupa. Sedikit sulit, namun usahanya berjalan dengan sempurna saat pintu terbuka. Berjalan keluar dari gudang, perasaannya sangat kesal karena tak bisa menahan amarah yang terselip di hati.
"Jika bukan karena kakek, aku pasti menghajar ketiga wanita itu." Batin Eve yang mengepalkan kedua tangannya.
Sesampainya di Mansion, Eve hanya terdiam membuat sepasang mata menatapnya dengan penuh penyelidikan. "Kau pulang terlambat, aku tau jika hari ini hanya ada satu mata kuliah saja." Ucap Niko.
"Astaga…kenapa kakak menatapku begitu? Aku hanya terlambat sebentar saja."
"Sepuluh menit, kau terlambat sepuluh menit." Niko menghampiri adik sepupunya dan mencium aroma yang tidak sedak. "Kau sangat bau," ucapnya seraya menutup hidung. Eve tersenyum dan memperlihatkan deretan giginya yang putih nan rapi.
"Cepat bersihkan dirimu, bulu hidungku seakan rontok mencium bau yang sangat menyengat."
"Baiklah." Sahut Eve santai.
"Kenapa kau terlambat?"
"Ayolah, Kak. Aku hanya terlambat sepuluh menit saja, terlambat bukan sembarangan terlambat, karena ada tugas di kampus yang harus aku selesaikan."
"Hem, aku harap begitu!"
"Aku sarankan Kakak agar bekerja, dan berhentilah mengencani para wanita bodoh itu!" protes Eve yang membalas tatapan tajam dari kakak sepupunya.
Pletak
"Auh…Kakak hanya bisa menjitak ku saja!" Eve mengusap kepalanya yang terasa panas, memanyunkan bibir beberapa sentimeter.
"Kau selalu saja membuat aku kesal dan itu hukuman untukmu, jangan menceramahiku mengenai kebiasaan mengencani para wanita cantik. Entah kenapa paman Abian membuatmu seperti boneka hantu yang sering di tonton Niki," jelas Niko yang melirik penampilan Eve dari atas hingga bawah.
"Ini bentuk dari kasih sayang daddy," ujar Eve dengan bangga.
"Hah, untung saja selera ku sangat tinggi. Mempunyai beberapa kekasih yang seperti model, tidak sepertimu!" Niko tersenyum mengejek, membuat Eve mendengus kesal.
Berlalu pergi meninggalkan pria itu, menaiki anak tangga dan menoleh beberapa saat. "Aku mengutukmu, Kak! Kelak, kakak mendapatkan seorang wanita seperti diriku." Ucapnya dengan lantang dan kembali menaiki tangga, sementara Niko hanya tertawa geli karena meyakini dirinya.
"Sumpah itu tidak akan berlaku padaku!" yakin Niko di sela-sela tawanya.
Eve sangat kesal, menyusuri pandangan ke sekeliling kamar. Dengan langkah gontai, pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
****
Hari berikutnya di kampus, Eve berjalan seorang diri karena tak ada yang ingin berteman dengannya karena mempunyai penampilan yang sangat cupu. Mereka sebenarnya takut berteman dengan Eve, karena setiap orang yang dekat pasti akan diancam oleh Freya dan teman-temannya. Eve tak menghiraukan orang-orang yang menjauhinya, dan fokus untuk menyelesaikan kuliah dengan nilai yang memuaskan.
Tiba-tiba seseorang menyenggolnya dengan keras, membuat kacamata terjatuh dan ingin mengambilnya. Tapi terlambat, saat seseorang menginjak kacamatanya hingga pecah. Eve mendongakkan kepada, melihat sang pelaku.
"Kau!" geram Eve yang kesal.
"Kenapa? Sayang sekali, kau tidak mempunyai teman karena penampilanmu seperti boneka Annabelle. Gelar yang diberikan Freya sangat cocok kepadamu." Ejek pria itu bernama Liam. Pria yang selalu mengganggunya dan tidak membiarkan Eve hidup tenang.
"Ganti kacamataku sekarang juga!" sahut Eve datar.
"Tidak!" tolaknya enteng. Beberapa orang di sana, hanya melihat tanpa berniat menolong Eve yang mulai ditindas oleh Liam. Mereka tak berani dengan Liam dan Freya yang berkuasa di kampus.
"Apa ini? Rambut dikepang dua, gigi di pagar, dan menggunakan kacamata kuda. Apa kau ingin menakuti semua orang, bisa-bisa anak kecil akan sawan melihat penampilanmu, boneka Annabelle!" Ucap Liam menertawakan Eve, memegang rambut gadis malang itu dan menyentak dengan kasar. Eve berteriak kesakitan, kesabarannya mulai pudar saat menghadapi pria di hadapannya.
"Selama ini aku cukup bersabar dengan sikapmu yang terus membullyku, tapi kesabaran itu sirna, saat kau melampaui batas."
"Apa? Kau mengatakan sesuatu?" Liam sengaja tidak mendengar perkataan Eve, mendekatkan wajahnya dan memegang daun telinga. Eve menarik nafas dalam, melayangkan pukulan yang berhasil mendarat di wajah pria tampan itu. Liam terkejut dengan serangan mendadak, membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"Wanita sialan, kau memukul wajahku." Karena tak terima, membuat pria itu membalas. Kejadian itu membuat para mahasiswa dan mahasiswi berdatangan, mereka sangat terkejut dengan kemampuan Eve yang luar biasa.
"Aku sudah muak denganmu, bahkan aku tidak mempunyai kesalahan apapun kepadamu, tapi kau terus membullyku. Jadi, nikmati lah!" balas Eve yang menangkis pukulan pria itu, membalas dengan memukul perut. Gerakan memutar menendang punggung Liam, hingga terjerembab ke lantai tak berdaya. Semua orang terkejut dengan aksi itu, Eve mengalahkan Liam merupakan suatu keajaiban yang sangat nyata. Dia mendengar sayup orang yang berbisik-bisik membicarakan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Novianti Ratnasari
ayo Evelyn berubah
2023-02-06
1
Eman Sulaeman
kerenn eve tunjukan ke mampuan mu
2022-08-23
0
Asih Ningsih
semangat eve hajar ampek babak belur laki2 kyk gitu perlu di beri pelajaran biar gak kurang ajar.
2022-07-30
1