Samuel menatap tajam gadis kecil di hadapannya, melihat penampilan Eve dengan rambut di kepang dua, gigi di pagar, dan kacamata tebal membuatnya bergidik ngeri. "Dasar wanita aneh!" gumamnya yang menggeleng dengan cepat.
Eve mendengar perkataan sayup dari pria yang telah menyelamatkannya, bertolak pinggang seraya menatap tajam. "Aku aneh?" ucapnya seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, itulah kenyataannya." Ucap Samuel yang mengatakan sebenarnya. "Tunggu dulu! Sepertinya wajahmu tidak asing," selorohnya menyipitkan kedua matanya.
"Astaga…jangan sampai pria ini mengenaliku," batin Eve yang menelan saliva dengan susah payah. "Kau orang ke seratus yang mengatakan hal yang sama," jawabnya seraya tercengir kuda.
Samuel menatap gadis muda itu dengan jengah, kembali melihat penampilan Eve yang jauh dari kata cantik. Tapi dia baru menyadari bahwa ponselnya tidak ada di genggaman, melihat ponselnya yang tergeletak di jalanan dengan layar retak. "Sial," umpatnya kesal, mengambil ponselnya yang rusak akibat senggolan gadis berkacamata tebal.
Samuel memperlihatkan ponsel mahalnya di hadapan gadis itu, tatapan menusuk dan tajam terus mengarah ke Eve. "Akibat ulahmu yang sangat ceroboh membuat ponsel mahalku rusak," kesalnya.
"Aku tidak sengaja melakukannya, tolong…maafkan aku!" bujuk Eve yang tersenyum simpul.
"Memaafkanmu? Karena kau membuat aku rugi ratusan juta," ujar Samuel yang menahan amarah, telepon penting dengan kesepakatan menjadi gagal akibat kecerobohan gadis kecil itu.
"Saat itu aku ketakutan dan hampir putus asa, aku hanya melihatmu dan meminta pertolongan. Maaf, jika aku membuatmu rugi." jelas Eve yang memelas.
"Tidak semudah itu aku memaafkanmu."
"Aku sudah meminta maaf, sebenarnya apa kemauanmu!" ucap Eve yang meninggikan suara, membalas tatapan tajam dari pria itu dengan cara mendongakkan kepala, mengingat tingginya hanya sebatas dada pria tampan yang ada di hadapannya.
"Ck, berani sekali kau berteriak di hadapanku. Di sini kaulah yang bersalah!"
"Katakan yang sebenarnya, apa keinginanmu?" tanya Eve yang sudah pasrah.
"Aku ingin kau mengganti rugi ponsel mahal limited edition, tapi melihat penampilanmu yang sederhana membuat aku sedikit ragu." Samuel tersenyum merendahkan, berpikir jika gadis kecil itu hanya orang miskin.
"Ck, kau hanya melihat covernya saja. Berhentilah menatapku begitu!" lantang Eve, tapi seketika dia kembali berpikir. "Pria ini sungguh menjijikkan, playboy cap kapak, dia sama saja dengan kak Niki." Batinnya.
"Ya sudah kau perlihatkan saja isinya!" celetuk Samuel dengan enteng.
"Aku bukan wanita seperti itu."
"Tidak perlu basa-basi, cepat ganti rugi ponselku yang kau rusak!"
"Aku tidak punya uang," jawan Eve santai, dia tak ingin melibatkan keluarganya dengan masalahnya.
"Ck, sudah kuduga ini akan terjadi. Karena aku ini termasuk pria yang sangat baik dan bermurah hati, kau bekerja di apartemen ku menjadi seorang pelayan."
Sontak Eve melotot, mendengar perkataan pria itu membuatnya sangat syok. Menjadi seorang pelayan bag seorang Eve Wijaya? Itu sangat mustahil, apalagi keluarganya cukup terpandang di kota. Jika mengadu untuk menyelesaikan masalah ini, maka kebebasannya akan dipertaruhkan dan dia tak ingin jika itu terjadi. "Keadaanku cukup sial, maju mundur kena. Jika aku meminta uang ganti rugi, maka Daddy akan mencabut kebebasanku dan selalu diawasi. Pelayan? Bahkan aku tidak pernah membayangkan jika itu sampai terjadi padaku." Batinnya.
"Apa tidak ada pilihan lain?" pinta Eve yang tersenyum memperlihatkan deretan gigi putih yang di pagar.
"Tidak ada, hanya dua pilihan itu dan kau boleh memilih salah satunya."
"Dasar pria sialan, kenapa aku mendadak seperti orang miskin? Kalau aku ambil uang di kartu, pasti daddy mengetahuinya." Gumam Eve di dalam hati, meringis dengan nasib sialnya.
"Kenapa kau diam? Cepat pilihlah karena aku tidak punya banyak waktu."
"Karena aku wanita miskin, apa boleh buat? Aku memilih pilihan kedua," pasrah Eve.
"Baiklah, mulai sekarang kau menjadi pelayan di apartemen ku." Ucap Samuel seraya menyeret tangan gadis muda itu dengan kasar, membawanya untuk masuk ke dalam mobil.
"Masuklah ke dalam mobilku!" tegas Samuel yang galak.
"Tidak perlu menyeretku, apa kau pikir aku tidak punya kaki?" protes Eve yang mendelik kesal, perlakuan kasar Samuel membuatnya menandai pria itu dalam daftar hitam.
Setelah Eve masuk ke dalam mobil dengan paksa, Samuel duduk di sebelah pelayan dadakan nya. "Ck, penampilanmu membuat mataku jadi sakit!" ejek nya.
"Kau tidak punya hak untuk mengomentari caraku berpenampilan, dasar playboy!" kesal Eve.
"Apa? Kau mengataiku playboy?"
"Mungkin kau salah dengar, jalankan saja mobilnya." Ucap Eve yang berusaha mengalihkan perhatian.
"Dasar gadis aneh!" gumam Samuel yang mulai fokus mengemudikan mobil menuju apartemennya. Jujur saja, dia sangat senang mengerjai si cupu seakan mendapat mainan baru. Ponsel yang menurutnya tidak seberapa itu dimanfaatkan untuk mengerjai Eve karena penampilannya yang sangat unik, walau matanya sakit setidaknya dia butuh suasana baru, wanita yang jauh dari kata cantik.
Di sepanjang perjalanan, Eve mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Melihat suasana kota yang padat lalu lintas, sekaligus mengingat jalan untuk memudahkan dia kembali ke Mansion. "Hah, hidupku sangat sulit. Keluarga ku sangat kaya, tapi aku benar-benar miskin. Semangat Eve, kau pasti bisa! Bukankah menjadi pelayan sangat menyenangkan? Mengeluarkan keringat akan membuat dirimu sehat." Batin Eve yang menyemangati dirinya sendiri, menceritakan masalahnya akan membuat tidak akan bebas, mengingat ayahnya yang begitu posesif.
Tak lama, mobil berhenti membuat keduanya turun dari mobil menuju masuk ke apartemen elit. Sesampainya di apartemen, Eve melihat begitu puas ruangan yang akan dibersihkan. "Kenapa kau melamun? Masuklah dan mulailah bekerja!" perintah Samuel yang membuka jasnya.
Eve menatap ruangan besar itu dengan tatapan horor, bahkan dia tidak tahu bagaimana menjadi pelayan. Samuel tersenyum mengejek. "Kau pasti tidak pernah melihat apartemen elit dan luas seperti ini?"
"Tidak ada yang menarik dari apartemen ini!" ucap Eve yang mengatakan sejujurnya.
"Heh, gadis miskin yang angkuh. Jangan melihat saja, cepat bersihkan seluruh ruangan ini."
"Tunggu dulu! Sampai kapan aku menjadi pelayanmu?" ucap Eve yang memastikan terlebih dahulu.
"Karena aku pria tampan yang baik hati, maka kau bekerja sebagai pelayan selama dua bulan." Tutur Samuel yang membanggakan dirinya.
"Apa? Kenapa sangat lama sekali? Aku mengira paling lama satu minggu saja." Protes Eve yang melongo.
"Ck, jika kau bekerja beberapa tahun kedepan juga tak dapat mengganti ponsel limited edition ku. Sudahlah! Sebaiknya kau mulai bekerja!" tukas Samuel yang tersenyum tipis, dapat mengerjai gadis cupu itu selama dua bulan.
"Hai, kau tidak bisa melakukan ini padaku!" pekik Eve.
"Terserah padaku, masih untung kau tidak ku masukan ke dalam penjara." Tukas Samuel dengan enteng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
itu mah modus samual aja
2022-08-23
0
Asih Ningsih
haaaah samuel entar kmu bisa jatuh cinta ama eve lo
2022-07-30
0
yuli ana
niki si playboy mata duitan
niko sang cassanova suka celap celup
2022-06-11
1