Eve menyadari jika yang di maksud oleh Samuel adalah dirinya dengan tampilan versi yang berbeda. "Syukurlah jika dia tidak mengetahui sebenarnya," batinnya yang tersenyum sangat tipis, sehingga tidak ada yang melihat hal itu.
"Samuel Matthew," ucapnya yang menjulurkan tangan untuk berkenalan, berharap agar gadis itu tertarik padanya. Tapi, senyumnya memudar saat Eve hanya mengacuhkan dirinya. "Sial, ternyata wanita ini cukup sulit untuk ditaklukkan. Tapi itu bagus, dengan begini akan membuatku semakin tertantang." Batinnya tersenyum cerah.
Anita sedari tadi terdiam, melihat interaksi dari dua orang di hadapannya. Keberadaannya seakan tak terlihat dan tembus pandang oleh Samuel Matthew. "Aku seperti nyamuk saja, tidak di anggap!" gumamnya yang mengumpat kesal.
"Jika kau menolakku terus, jangan salahkan aku untuk mengejarmu." Tukas Samuel dengan tegas dan keukeuh.
"Dan aku tidak peduli," sahut Eve yang hendak berdiri dari kursi, dengan cepat pria di sebelah mencekal tangan nya.
"Tentu saja kau harus peduli, karena aku calon suamimu kelak." Ucap Samuel tersenyum tipis, tujuan hidupnya sekarang lebih jelas, yaitu mendapatkan hati dari gadis cantik di sebelahnya.
"Dasar pria menyebalkan!" umpat Eve yang sangat kesal.
"Sepertinya aku tidak di perlukan, sebaiknya aku pergi ke toilet saja, ada panggilan darurat." Celetuk Anita yang tak ingin terlibat urusan mereka, dengan cepat dia berlalu pergi meninggalkan tempat itu tanpa menghiraukan suara Eve yang berteriak memanggil namanya.
"Anita…Anita, kenapa kau pergi meninggalkan aku?" pekik Eve yang menatap kepergian dari sahabatnya. "Hah, dia sengaja meninggalkan aku sendiri dengan pria sinting ini," gumam Eve seraya melirik Samuel.
"Temanmu itu sangat pengertian sekali, dia tahu jika aku ingin berduaan bersama calon istriku ini!" celetuk Samuel dengan tatapan cinta.
"Apa kau pikir aku akan menikah dengan seorang pria playboy sepertimu? Suka menggonta-ganti wanita kapan saja dan di mana saja?Tidak, sebaiknya kau lupakan aku dan anggap kita tidak pernah bertemu," ancam Eve dengan sarkas.
"Pantang bagi Samuel Matthew mundur, apa yang ingin dia miliki pasti segera dia dapatkan. Akan ku buat kau mengemis cintaku," Samuel membusungkan dada dengan penuh percaya diri.
"Berhati-hatilah dalam berucap, bisa saja kau malah menjilati ludahmu sendiri." Sarkas Eve yang menghela nafas berat.
Cengkraman dari pria tampan itu sangatlah erat membuatnya sangat kesulitan. Samuel menendang kursi ke belakang, menyentak tangan gadis cantik itu hingga mendarat di atas dadanya bidang. Melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping, yang hendak mencium bibir ranum menggoda iman. Memuja kecantikan Eve.
Posisi yang sangat dekat, hembusan nafas mint dan parfum maskulin dapat terasa oleh Eve. Dengan cepat dia bertindak dengan menjangkau sepatu hak tinggi walau sedikit sulit, dan menepuknya tepat di bibir pria itu untuk memberinya pelajaran. "Cium saja sepatuku," ketusnya yang tertawa renyah, bahagia karena dapat mengerjai Samuel.
"Astaga…dosa hukumnya jika kau mengerjai calon suamimu yang tampan dan juga kaya raya sepertiku. Tapi tidak masalah, aku bisa mencicil untuk mencium tapak sepatumu sekarang, tapi tidak di lain waktu. Jika kau menjadi istriku, aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan mu," petuah Samuel sambil mengelap bibirnya yang masih menempel debu.
"Kau benar-benar pria sinting!" tukas Eve yang malas melayani pria itu dalam berbicara.
"Terserah kau mau mengatakan apa, yang jelas kau hanya milik ku. Tidak ada seorangpun yang boleh memilikimu selain aku," ujar Samuel.
Suasana itu semakin tegang saat tangan seseorang menepis tangan milik Samuel, keduanya menatap sang pelaku yang tak lain adalah kakaknya Niko. Disatu sisi Eve bahagia karena bisa terlepas dari pria itu, tapi tatapan tajam Niko ingin mengibarkan bendera perang.
"Kau kemana saja? Aku mencarimu dari tadi!" keluh Niko yang membantu adik sepupunya dengan menepis tangan Samuel, dan membuang wajah tak ingin pria itu untuk tidak ikut campur.
Samuel Matthew dan Niko Wijaya saling menatap satu sama lain dengan sengit, sorot mata yang tajam. Kedua pria dengan kekuasaan yang hampir seimbang. Eve bisa merasakan tatapan permusuhan dari Niko dan juga Samuel, memikirkan cara agar mereka saling melupakan permusuhan. "Apa yang hatus aku lakukan?" batin Eve yang tampak gelisah.
"Jika kau berusaha untuk mendekatinya? Maka habislah dirimu." Ancam Niko seraya menunjuk wajah pria yang berani menyentuh adik sepupunya.
"Aku tidak akan mundur, dan tidak takut denganmu." Tantang Samuel dingin, memasukkan kedua tangannya di saku celana dengan santai tanpa beban.
"Heh, aku tidak yakin. Sekali lagi kau menyentuhnya? Maka kau akan berhadapan denganku."
"Aku bukan anak kecil yang takut akan bentakan ataupun plototan mata." Sarkas Samuel sombong.
Eve sangat kebingungan, dimana identitasnya dapat terbongkar kapan saja oleh kakak sepupunya akibat tersulut emosi. "Tumben kesini, ada apa?" tanya nya dengan raut wajah penasaran.
"Akan aku ceritakan padamu di dalam mobil." Niko segera menarik tangan Eve tanpa menghiraukan perkataan Samuel yang berteriak.
Samuel tak mengerti dengan situasinya saat ini, hanya menatap kepergian Eve yang pasrah di bawa laki-laki tampan itu. Kedua tangan terkepal sempurna, karena tak terima dengan perlakuan Niko seperti penghinaan bagi seorang Samuel Matthew. "Gadis cantik itu hanya milikku, aku akan merebutnya dari pria sialan itu." Tekadnya dengan penuh semangat dan menyeringai.
Namun terlintas di otaknya saat melihat wajah pria itu yang tidaklah asing. "Sepertinya aku pernah melihat pria itu? Tapi siapa dia?"
batinnya yang meracau, masih mempertahankan harga dirinya.
Sementara di tempat lain, Eve menatap kakak sepupunya dengan penasaran. Tak tahu kenapa Niko ada di tempat itu. "Ayo jelaskan padaku!"
"Apa kau yakin?"
"Jangan mempermainkan aku, ada apa sebenarnya?" tanya Eve yang sudah tak sabar.
Niko menatap dalam dua manik mata indah dari gadis di sebelahnya memegang kedua bahunya dan membungkukkan badan.
"Kakek Nathan baru saja di bawa ke Indonesia, mengingat kondisinya yang baik-baik saja." Jelas Niko dengan perasaan cemas menyelimuti seluruh benaknya karena merasa bersalah kepada Eve, tak memberikan kabar itu padanya.
"Apa? Kakek Nathan ada di Indonesia? Tapi, kenapa tidak satupun yang mengabari aku?" pekik Eve yang merasa di asingkan, di acuhkan bagaikan mutiara di dalam lumpur
"Eve, kau tenanglah!" bujuk Niko yang menatap adik sepupunya bersalah.
"Apa aku ini bukan dari keluarga wijaya? Apa aku hanya anak adopsi? Kau selalu sibuk dan sibuk, aku diam saja. Kau tidak menjalankan tugasmu untuk menjagaku, aku terima. Tapi kenapa tidak ada satupun orang yang memberikan aku kabar Kakek? Ayo jawab!" pekik Eve yang memukul dada sang kakak sepupu karena sangat kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
lanjuut
2022-08-23
0
Aska
seharusnya tadi sendal eve ada kotoran ayam kan mantap dicium Samuel 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-04-13
1
Mulaini
Niko sibuk berpacaran Eve makanya gak kasih tahu kalau kakek Nathan sudak kembali 😁😁😁
2022-03-22
2