Eve tidak terlalu menyukai kalimat pujian mengenai kecantikannya, menatap sahabatnya dengan jengah. "Sudahlah, jangan memujiku terus!"
"Memangnya kenapa? Apa yang aku katakan itulah kebenarannya," seru Anita.
"Tapi, tetap saja aku tidak terlalu menyukai pujian." Seloroh Eve.
"Hem, baiklah. Setelah ini kita mau kemana?" tanya Anita yang bersemangat, ingin menghabiskan waktu bersama sahabatnya.
"Bagaimana kalau ke Cafe?"
"Itu ide yang sangat bagus, ayo!" sahut Anita yang berdiri dari duduknya.
Keduanya beranjak dari tempat itu setelah membayar tagihannya, masuk ke dalam taksi online yang telah dipesan oleh Eve. "Pak, antar kami ke Cafe Floress!" ucapnya yang tersenyum cerah.
"A-apa? Bukankah itu Cafe orang-orang kaya?" sontak Anita terkejut mendengar perkataan sahabatnya, mengira jika Eve membawanya ke Cafe biasa.
"Memangnya kenapa? Apa orang seperti kita tidak boleh kesana?" sahut Eve dengan enteng.
"Bagaimana jika uang kita tidak cukup untuk membayarnya? Apa kau ingin mencuci piring di sana?" Anita mencoba memperingatkan gadis di sebelahnya, apalagi keuangan nya semakin berkurang setelah melakukan perawatan ke salon.
Eve menatap sahabatnya dan tersenyum, Anita tidak tahu mengenai identitasnya yang masih di sembunyikan. "Kau tenang saja, di sana ada diskon yang cukup besar." Ucapnya yang menenangkan Anita.
"Apa kau yakin? Tapi dari mana kau tahu?" tanya Anita dengan penuh selidik.
"Karena pamanku bekerja di sana," jawab Eve berbohong.
"Wah, pamanmu cukup beruntung. Pamanmu bekerja sebagai apa?"
"Hanya melayani tamu saja, jangan banyak bertanya. Aku dengar di tempat itu sedang promo sebesar tujuh puluh lima persen, bagaimana? Apa kau tertarik?" bujuk Eve.
"Benarkah?" seloroh Anita yang melongo, sudah lama dia ingin mencoba makan di sana. Hanya saja harga makanan itu untuk kalangan atas.
"Tentu saja."
"Baiklah."
Diam-diam Eve mengirimkan pesan singkat pada pihak manager, mengatakan mengenai diskon untuk dia dan sahabatnya. "Semoga saja Anita tidak mencurigaiku, jika akulah pemilik Cafe itu." Batinnya.
Tak lama, taksi berhenti di sebuah Cafe yang sangat ramai akan pengunjung dari kalangan atas. Anita sedikit minder, mengingat dirinya hanyalah kalangan biasa. Eve terus memaksa sahabatnya untuk masuk ke dalam, beberapa sambutan dari karyawan dengan sewajarnya karena tak ingin di curigai oleh Anita.
Kedua wanita itu mencari kursi kosong yang disediakan oleh sang manajer, keduanya bersenda gurau dengan beberapa lelucon yang membuat Anita dan Eve tertawa.
"Aku pikir kau hanya wanita pendiam, tapi ternyata dugaan ku itu salah," celetuk Anita yang tertawa.
"Aku hanya menunjukkan watak ku sebenarnya pada orang yang aku kenal saja." Ungkap Eve dengan jujur.
"Baiklah, aku percaya Itu!"
Eve mengangkat tangan kanannya, dan tak lama datanglah seorang pelayan Cafe untuk memberikan menu makan. Setelah memilih makanan, mereka menunggu sambil mendengar candaan dari Anita. Tanpa di sadari, ada sepasang mata yang terus menatap ke Eve.
Tak lama, beberapa piring makanan dengan menu spesial di tempat itu di sajikan dan di susun di atas meja dengan sangat rapi. Anita menatap semua makanan itu, hampir saja air liurnya menetes melihat makanan yang tampak lezat juga menggugah selera, Eve tersenyum jahil menatap sahabatnya. "Air liur mu menetes."
"Benarkah?" dengan cepat Anita mengusap bibirnya. "Kau mengerjai ku, dasar jahil!" umpatnya kesal, sedangkan Eve tertawa lepas melihat ekspresi lucu dari sahabatnya.
"Maafkan aku, kau terlihat sangat lucu jika sedang cemberut."
"Jadi kau menyukai aku yang sedang cemberut?"
"Tidak juga, hentikan ini! Aku sangat lapar dan tidak punya tenaga untuk berdebat lagi." Eve memegangi perut dengan raut wajah memelas.
"Kau benar." Keduanya menikmati makanan lezat di atas piring Masing-masing, menikmatinya dengan lahap. Tidak ada obrolan saat sedang melahap makanan, hanya terdengar dentingan sendok dan juga garpu.
Anita sangat bahagia, keinginannya yang ingin makan di tempat itu akhirnya terwujud. Sedangkan Eve bahagia saat melihat sahabatnya bahagia. Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai makan. Perut kenyang membuat keduanya sangat puas dengan makanan lezat yang tersaji di atas meja.
Pandangan Anita tak sengaja menyorot seseorang yang sedang menatap sahabatnya, berpikir jika orang itu berniat jahat. "Eve!" panggilnya yang masih menatap orang itu.
"Iya, kenapa kau memanggilku?" tanya Eve yang mengerutkan kening.
"Ada seseorang yang menatapmu dari tadi, aku sangat yakin jika orang itu mempunyai tujuan tertentu."
"Menatapku? Mungkin saja dia menatap orang lain."
"Aku sangat yakin!"
Eve mengikuti arah pandang Anita, membelalakkan kedua matanya saat melihat orang yang mengawasinya sedari tadi. "Samuel?" lirihnya sangat pelan, hingga sahabatnya tak mendengar.
Samuel terus menatap Eve yang berdandan sangat cantik, dia sangat kagum juga tertarik. Kecantikan yang tidak dimiliki oleh semua kekasihnya. "Ternyata dugaanku sangat tepat, wanita cantik itu akan pergi ke Cafe ini. Apa dia jodohku? Ya tuhan…jadikan wanita cantik itu sebagai jodohku, dan jika dia jodoh orang lain, maka jadikan aku sebagai orang itu." Batinnya penuh harap.
Eve sangat terkejut dengan kehadiran majikan dadakan nya yang juga berada di tempat yang sama. Segera dia menutupi wajahnya agar tak menarik perhatian pria itu, dia sedikit gelisah dengan keberadaan Samuel, berharap jika pria itu tak menghampiri nya. Sedangkan Anita menatap sahabatnya dengan menautkan kedua alisnya dengan penasaran sekaligus bingung.
"Ada apa denganmu?"
"Tolong sembunyikan aku!" bisiknya.
"Sembunyi dari pria tampan itu?" seru Anita.
"Jangan banyak bertanya, lakukan saja! Aku tak ingin menemuinya." Bisik Eve, tapi terlambat saat mendengar seseorang berdehem yang tak lain Samuel.
"Hai, apa aku boleh bergabung?" ucap Samuel sambil menyunggingkan senyuman khas miliknya.
"Sial, kenapa dia harus kesini. Ingin rasanya aku mencekik pria itu!" gerutu Eve di dalam hati.
Samuel duduk di sebelah Eve dan melihat wajah cantik di sebelahnya. " Seharusnya kau memperlihatkan wajah cantikmu padaku!" ucapnya dengan penuh keyakinan.
"Aku tidak tertarik."
"Kenapa? Kau dan aku sepertinya berjodoh, aku ramal jika kau akan menjadi istriku." Samuel sangat yakin dengan ucapannya, mengingat perkataan ramalan yang jarang meleset, hanya mengandalkan insting saja.
Anita menahan tawa yang seakan mau meledak, melihat tingkah Eve yang sedang kesal dengan pria tampan itu.
"Jangan terlalu percaya diri, jodoh tidak ada yang tahu." Balas Eve.
"Ya, itu memang benar. Tapi aku sangat yakin, apa kau tahu? Jika ramalanku jarang meleset, instingku sangatlah tajam." Bangga Samuel seraya tersenyum. "Mendengar suaramu sepertinya tidak asing bagiku!"
"Apa maksudmu?" tanya Eve yang tak ingin menatap wajah majikan dadakan nya.
"Mungkin ini hanya kebetulan saja," Samuel tidak yakin dengan perkataannya, apalagi perbandingan dari keduanya sangatlah berbeda jauh, bagai langit dan juga bumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Lyn
rupa emng beda dan kau bsa nda kenal Eve, tapi suara harus peka dong Sam, itu suara si boneka santet lho. wkwk
2023-03-24
1
Eman Sulaeman
kamu salah sam
2022-08-23
0
Asih Ningsih
klu kmu tau yg kmu juliki boneka setan itu gadis cantik yg kau puji itu akan syok.
2022-07-30
0