Di sepanjang perjalanan, Samuel sangat kesal tapi tidak menunjukkannya secara langsung pada gadis di sebelahnya, karena tak ingin misinya diketahui. "Sial, apa gadis ini mengerjaiku? Dari tadi hanya keliling saja, dimana alamat aslinya?" batinnya yang jengkel, menatap gadis di sebelahnya.
Eve sedikit bingung, tak punya pilihan lain selain menunjukkan arah yang salah. Hingga memasuki komplek perumahan yang dia sendiri tidak tahu. "Semoga saja keinginannya berkunjung ke kediaman ku tidak terwujud," gumamnya di dalam hati.
"Siapa namamu?" tanya Samuel yang menoleh beberapa detik saja.
"Eve."
"Nama yang indah, aku ingin meminta maaf padamu."
"Aku tidak menyangka jika kau meminta maaf padaku," cibir Eve dengan sinis.
"Sialan, wanita ini selalu saja membuat aku kesal." Batin Samuel. "Apa aku tidak boleh meminta maaf?" ucapnya dengan wajah yang tersenyum.
"Tidak, hanya saja terlihat sedikit asing."
"Hah, itulah aku. Semua orang selalu saja salah paham kepadaku."
"Dari tadi aku perhatikan kau seperti orang yang berbeda," ucap Eve dengan tatapan penuh penyelidikan.
"Lupakan saja, yang lalu biarkan berlalu."
"Sangat mencurigakan," gumam Eve yang menyipitkan kedua matanya, mengingat tingkah pria itu sangatlah berbeda.
Samuel sangat geram dengan gadis berkacamata di sebelahnya, mengusap wajah gadis itu menggunakan sebelah tangannya. "Berpikirlah positif dan hilangkan pikiran jelekmu padaku," ucapnya yang menoleh beberapa saat dan kembali fokus ke jalanan.
"Bukan pikiranku yang salah, tapi kau terlihat sangat mencurigakan dengan sikap seperti itu."
"Aku sudah mengatakan yang lalu biarkan berlalu, dan kau sebaiknya berhenti mencurigaiku." Samuel tersenyum paksa untuk meyakinkan gadis di sebelahnya.
Eve menghela nafas dan kembali fokus melihat ke luar jendela, suasana kembali diam sesaat membuat Samuel membuka suara. "Kita berkeliling sudah satu jam lebih, dan kau tidak memberikan alamat yang jelas. Sebenarnya dimana rumahmu?"
"Rumah?" ucap Eve yang membulatkan kedua matanya.
"Tentu saja, tunjukkan alamatmu yang pasti!" sentak Samuel yang kehabisan kata-kata.
"Bagaimana ini? Sepertinya aku harus memberikan alamat palsu." Batin Eve yang tersenyum. "Baiklah, kau lurus saja dulu." Mulai menunjuk jalanan dan memberikan arahan sesuai feelingnya.
Samuel percaya dengan ucapan pelayannya, mengikuti petunjuk yang ada. Dia tidak tahu, jika Eve memberikan alamat palsu yang jelas jauh dari Mansion.
Setelah beberapa lama kemudian, mobil berhenti di sebuah kontrakan yang Eve sendiri tidak tahu. "Terima kasih telah mengantarku pulang," tersenyum menatap pria itu dan segera turun dari mobil.
"Tapi yang mana rumahmu? Begitu banyak rumah susun di sana." Samuel menunjuk beberapa rumah kontrakan.
"Kontrakan nomor tiga adalah rumahku."
"Apa kau tinggal sendiri?" tanya Samuel layaknya detektif.
"Tentu saja, aku hidup sebatang kara dan tidak ada keluarga." Bohong Eve yang memelas penuh prihatin, tidak ingin pria itu bertanya lebih jauh lagi. "Ya sudah…aku pergi dulu dan terima kasih tumpangannya."
Segera Samuel keluar dari mobil dan mengikuti Eve dari belakang, karena dia sangat penasaran mengenai identitas dari gadis itu. Bahkan sudah meminta asistennya untuk mencari data pelayan dadakan nya, tapi tak pernah menemukan hasil.
"Sial, ternyata dia mengikutiku. Bagaimana ini?" gumam Eve yang menyadari jika Samuel mengikutinya. Dia terus berjalan dan menuju ke sebuah kontrakan, untung saja kontrakan itu tidak terkunci membuatnya nekat untuk masuk ke dalam demi mengecoh pria tampan di belakangnya. "Semoga saja pemilik rumah ini tidak meneriaki ku sebagai maling," batin Eve yang penuh hati-hati, mengintip dari jendela untuk memastikan keadaan sekitar. "Aman!"
"Siapa kau? Dasar maling!" ucap seseorang yang sedikit berteriak, memegang sebuah sapu dan bersiap untuk memukul tamu tak di undang.
Eve membelalakkan kedua matanya, menghampiri penghuni kontrakan itu dan membekap mulutnya. "Jangan berteriak atau aku akan ketahuan seseorang, pertama aku bukan maling dan kedua aku hanya butuh tempat persembunyian saja." Jelasnya yang menatap wanita itu yang tak lain adalah Anita.
"A-Anita?" kagetnya dan segera melepaskan bekapannya.
"Eve? Aku pikir kau maling, tapi apa yang kau lakukan disini?" tanya Anita seraya mengelap mulutnya yang sedikit terasa asin.
"Aku sedang menghindari seseorang," bisik Eve.
"Menghindari seseorang? Siapa?" ucap Anita yang mengerutkan kedua keningnya.
"Kau jangan berteriak atau aku akan ketahuan, apa ini kontrakanmu?"
"Ya begitulah. Tapi siapa yang kau hindari saat ini?" tanyanya yang sangat penasaran.
"Apa kau ingat dengan pria yang kita temui di Cafe? Pria tampan yang mencoba berkenalan saat aku berdandan cantik," terang Eve yang menunjukkan keadaan di luar, terlihat dengan jelas jika Samuel masih ada di sana sedang menelepon seseorang.
"Kenapa kau menghindarinya? Aku merasa jika pria itu tidak akan mengenalimu."
"Sepertinya aku harus berbohong lagi," batin Eve yang tidak ingin mengatakan identitas aslinya. "Aku pelayan di rumahnya dalam jangka waktu yang ditentukan."
"Pelayan?"
"Lalu, apa hubungannya kau bersembunyi di sini?"
"Apa aku tidak boleh bersembunyi? Kau jangan banyak bertanya, aku tak ingin menemui Samuel."
"Ya sudah, terserah kau saja."
Sementara Samuel menatap kontrakan itu, meminta seseorang untuk menyelidikinya. Dia tersenyum saat mengetahui yang sebenarnya, jika Eve bukanlah penghuni kontrakan itu melainkan Anita. "Wah, ternyata dia ingin bermain-main denganku." Gumamnya menyeringai tipis.
Eve tidak melihat Samuel, menghela nafas dengan lega. "Apa kau tinggal sendirian saja tinggal di sini?" tanyanya menatap ke sekeliling ruangan sempit dan bersimpati pada sahabatnya.
"Disinilah aku tinggal, mendapatkan beasiswa ke kampus elit membuatku sangat beruntung."
Eve sangat merasa bersimpati, dia tidak tahu jika Anita merupakan wanita tangguh dan berjuang dalam hidupnya. Tidak seperti dirinya sendiri, berasal dari keluarga terpandang.
Keduanya saling bercengkrama dan bersenda gurau, suasana itu terganggu saat mendengar suara ketukan pintu. Anita berjalan menuju pintu dan membuka nya, tersentak kaget saat melihat seorang pria tampan datang bersama pemilik kontrakan. "Semoga Eve baik-baik saja," batinnya yang menelan saliva dengan susah payah.
"Anita…kenapa kau sangat lama se__" Eve cegukan saat melihat seorang pria tampan yang membuka kacamatanya. "Samuel?"
"Yah, ini aku."
Eve dan Anita seakan mati kutu, berdiam diri layaknya patung. Kedatangan Samuel yang membawa pemilik kontrakan membuat Eve meringis, mengumpati pria itu di dalam hati.
"Ayo, jelaskan!" ucap Samuel yang tersenyum samar.
Eve mencengir kuda, memperlihatkan deretan gigi putih dan rapinya. Ingin mempersiapkan diri untuk kabur dari tempat itu, tapi terlambat saat Samuel mencekal tangannya. "Sayang, jika ada masalah kenapa kau berusaha menghindariku?" ucapnya dengan lembut.
"Sayang? Apa dia kekasihmu?" tanya Anita yang sangat syok.
"Dia kekasihku, jangan mencoba untuk membantunya atau kau akan berhadapan denganku." Ancam Samuel dengan nada tekanan.
"Hai, kau jangan ber__" Belum sempat Eve, Samuel menariknya hingga terjatuh dalam pelukannya.
"Kau tidak bisa membohongiku, Eve." Bisik Samuel di telinga gadis cupu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
lanjuuutt
2022-09-14
0
Arga
kasian kali kau El sudah berakting manggil sayang ke Eve tetap saja kalah taruhan 🤣🤣
2022-04-13
1
Yulianto
lanjut
2022-03-30
1