Dua orang wanita cantik dan juga seksi menjulurkan lidah yang terasa sangat panas, mengingat makanan yang di cambur dengan bubuk cabe level sepuluh. Mereka sangat kesal dengan kejahilan Eve yang sangat kurang ajar. "Jika aku bertemu dengan wanita cupu lagi? Akan aku balas semua ini." Tekad salah satu wanita yang mencari air dan juga susu, berusaha untuk menetralkan rasa pedas di lidah.
"Bahkan wanita cupu itu berani mengerjai Samuel, dan itu sangat kurang ajar." Sahut wanita di sebelahnya, meneguk segelas susu.
Bolak balik ke kamar mandi membuat kaki Samuel bergetar, perut yang mules membuatnya tidak tahan. "Sial, berani sekali gadis itu mengerjaiku. Aku akan menghukumnya, lihat saja nanti." Gumamnya seraya memegangi perut, saat ini toilet menjadi teman terbaiknya. Sorot mata yang tajam menatap lurus, kemarahan yang seakan ingin meledak. Dia tak bisa menerima perlakuan itu, rasa kesal yang menjalar di seluruh tubuh membuatnya ingin membalaskan dendam.
Sudah kesepuluh kalinya Samuel keluar masuk toilet, mengingat perutnya yang tak kunjung sembuh. Memutuskan untuk menelepon sang asisten, untung saja ponselnya ada di saku celana dan segera mencari nomor kontak untuk di hubungi.
"Halo."
"Hem, segera datang ke apartemen ku!"
"Memangnya ada apa tuan?"
"Ada panggilan mendesak, cepat datang atau kau di pecat."
"Baik, tuan."
Asisten Li tak sengaja mendengar suara nyaring yang terdengar begitu jelas dan juga volume besar berasal dari ponselnya, karena sedikit malu membuat Samuel cepat-cepat menutup ponselnya sebelum terdengar oleh asistennya. Namun terlambat saat asisten Li sangat terkejut dengan raut wajah polosnya. Memiringkan wajah, menatap layar ponselnya dengan penasaran. "Tadi itu suara apa?" gumamnya dan segera bergegas menuju apartemen milik atasannya.
Samuel mengumpat dirinya sendiri, apalagi harga dirinya seakan jatuh saat tak sengaja membuang angin dengan ukuran yang cukup kuat. "Semoga saja asisten bodoh itu tak mendengarnya," gumamnya yang masih berada di toilet.
Tak lama, asisten Li datang dan masuk ke dalam apartemen milik atasannya. Tatapan mata yang tertuju pada dua orang wanita cantik yang sedang minum segelas susu, dan membuatnya menelan saliva dengan susah payah, seakan tersangkut di tenggorokannya. "Astaga…mereka sangat seksi dan juga aduhai," gumamnya yang segera mengusap wajah dengan kesal, menghampiri kedua wanita itu setelah memperkuat iman.
"Apa kalian melihat tuan Samuel?" tanya asisten Li yang tersenyum kaku.
Kedua wanita itu menganggukkan kepala, menunjuk ke arah toilet karena enggan berbicara saat mulut seperti terbakar. Asisten Li menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung dengan situasi saat ini.
Dengan cepat asisten Li bergegas pergi menuju toilet, karena tak ingin jika tuannya menunggu lebih lama. "Tuan, apa anda ada di dalam?" pekiknya seraya mengendorkan pintu toilet.
"Bisakah kau tidak berisik?" kesal Samuel karena tak tahan dengan rasa perut yang mules.
"Baiklah, tapi apa yang terjadi, tuan?"
"Jangan banyak bertanya, cepat panggilkan dokter."
"Dokter, apa anda sakit, tuan?"
"Lakukan perintah ku dan jangan banyak bertanya." Tukas Samuel yang kesal dengan asistennya.
"Baiklah."
Sementara di tempat lain, Eve merasa bebas dan juga merdeka, berhasil kabur dari pria kejam seperti Samuel. "Dia pikir dia itu siapa? Itu akibatnya jika membuat aku terkekang di dalam neraka itu." Monolognya di sela-sela tawanya, tersenyum cerah saat berhasil mengerjai majikan dadakkan nya. Tapi dia lupa, apa konsekuensi yang akan diberikan oleh Samuel untuk membalas perbuatan nya.
Eve masuk ke Mansion setelah mengecoh kakak sepupunya, melewati jalan rahasia yang langsung menuju ke kamarnya. Tidak ada yang tahu dengan jalan rahasia itu selain kakek Nathan dan juga dirinya. Eve segera membersihkan diri, tidak ingin membuat orang lain curiga.
****
Hari berikutnya, Anita dan Eve memutuskan untuk berjalan-jalan, kebetulan tidak ada mata kuliah di hari itu. "Aku sangat suntuk, bagaimana jika kita menghabiskan waktu dengan jalan-jalan. Pasti sangat seru!" celetuk Anita yang tersenyum dengan antusias.
"Apa kau yakin?"
"Oh ayolah, Eve. Apa kau tidak bosan? Tidak ada dosen dan juga mata kuliah hari ini. Bagaimana?" ide Anita yang sangat bosan.
"Baiklah, jujur saja aku sangat bosan disini. Ayo!" ucap Eve yang bersemangat.
Mereka memutuskan untuk menggunakan taksi online, di sepanjang perjalanan, keduanya sangat bersemangat, melihat jalanan yang padat akan kendaraan.
"Bagaimana jika kita ke salon?" seru Anita dengan mata yang berbinar.
"Salon?" Eve mengerutkan kening menatap gadis di sebelahnya.
"Tentu saja, apa kau tidak ingin tampil cantik?" seloroh Anita dengan bujukan.
Eve terdiam beberapa saat, memikirkan perkataan dari sahabatnya. Di satu sisi dia tak ingin jika orang lain mengetahui wajah aslinya. "Bagaimana ini? Aku bahkan sudah berjanji pada dad Abian dan juga Kakek Nathan," batinnya yang terlihat bimbang.
Anita menepuk pundak sahabatnya, menatapnya dengan tanda tanya. "Kenapa kaj melamun? Ayolah, ini permintaan pertama dari seorang sahabat. Apa kau tidak ingin mengabulkan permintaanku ini?" bujuknya serata mengerlingkan kedua mata yang terlihat menggemaskan.
"Sebaiknya kita tidak ke salon, aku lebih nyaman seperti ini." Tolak Eve.
"Ku mohon, kabulkan permintaanku!" rengek Anita yang menggoyangkan lengan sahabatnya.
"Hem, baiklah." Terima Eve yang menyetujui hal itu, walau dia merasa enggan.
Anita langsung memeluk sahabatnya dengan tersenyum cerah, dan kembali melepaskan pelukan itu, fokus ke jalanan.
Setelah beberapa saat, taksi berhenti di sebuah salon. Dengan cepat Anita menyeret tangan sahabatnya menuju masuk ke dalam salon, sementara Eve berjalan dengan tidak bersemangat.
"Berikan kami pelayanan terbagus!" titah Anita sambil menyeret tangan Eve. "Oh ya, sekalian kau dandani sahabatku ini menjadi sangat cantik." Sambungnya.
"Baik, nona."
Kedua nya mulai melakukan treatment, Anita menikmati hal itu. Jangan tanya bagaimana perasaan Eve yang sangat kesal dengan beberapa orang membuka behel dan kepangan rambutnya. "Hai, apa yang kalian lakukan? Jangan sentuh rambutku!"
"Tenanglah Nona, kami hanya membuat anda tampil cantik."
"Yap, apa yang di katakan oleh mereka itu benar. Sebaiknya kau diam dan jangan seperti cacing kepanasan," seloroh Anita dengam santai sembari menikmati pelayanan terbaik dari salon.
"Aku rasa ini cukup berlebihan," tukas Eve yang jenuh.
"Ayolah, Eve. Sebaiknya kau diam, hanya untuk kali ini saja!" bujuk Anita.
Eve menghela nafas berat, terpaksa diam dan membiarkan beberapa orang untuk melayaninya.
Setelah beberapa lamanya, Anita dan Eve telah selesai melakukan perawatan. Polesan make up tipis di wajah keduanya membuat mereka terlihat sangat cantik memukau.
"Apa kau Eve, sahabatku?" seru Anita yang heboh melihat penampilan sahabatnya terlihat sangat cantik.
"Ya, tentu saja ini aku."
"Kau terlihat sangat cantik, bahkan kecantikanmu melebihi aku dan juga Freya." Puji Anita yang tak berkedip melihat Eve tampil cantik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
emang nya enak d kerjain eve
2022-08-23
0
Aska
eve pasti tambah cantik
2022-04-13
1
Mulaini
Eve menyembunyikan kecantikannya dengan berpenampilan cupu Anita dan sekarang malah ke salon membuat penampilan Eve terlihat sangat cantik dan jangan2 ntar ketemu sama Samuel hehehe...
2022-03-20
1