Akulah Malaikat Penolongmu
Namanya Alisa, dia berumur dua puluh tahun. Berwajah tidak enak di pandang oleh teman-temannya satu kampus, jelek dan cacat di bagian bawah matanya.
Meski begitu, dia tidak pernah minder ataupun malu, yang dia inginkan hanya belajar si kampusnya.
Tidak peduli dengan ejekan teman-temannya di kampus atau pun bulian padanya. Prinsipnya, dia belajar mencari ilmu bukan memcari kepopuleran.
Terbukti, dia tidak populer sebagai gadis cantik tapi sebagai gadis berwajah cacat dan selalu di buli oleh teman-temannya. Kadang dia di kerjai oleh teman-teman Alena, kakak kembarnya.
"Eh, Alisa lo itu kan wajahnya jelek. Kenapa lo percaya diri banget sih di kampus?" tanya Liana teman satu genk dengan Alena.
"Aku bukan percaya diri karena wajahku jelek, tapi aku mau menuntutu ilmu di kampus saja." jawab Alisa tenang.
Dia menghadapi bulian teman-teman kampusnya selalu dengan pikiran tenang, karena itu kuncinya bagi dia agar bisa terus mendapatkan ilmu.
Jika dia minder atau mundur, maka selamanya akan selalu di injak-injak meski sekarang pun sering dia dapatkan hal yang tidak baik dan ketidak adilan baginya.
Dia berpikir, suatu saat nanti ada orang yang mau berteman dengan dirinya tanpa memandang wajah, tapi hatinya.
Dan saat ini dia belum mendapatkan teman seperti itu. Tapi ada satu yang selalu berusaha mendekat padanya, mau berteman dengannya.
Saat mata kuliah terakhir selesai, Alisa langsung pulang. Dia sudah di pesan oleh ibunya untuk cepat pulang, karena kalau tidak maka dia tidak boleh lagi ikut makan malam bersama di meja makan.
Sering sekali Alisa tidak di perbolehkan ikut makan malam di meja makan karena Alisa tidak tepat waktu pulang kuliah.
Beruntung sekali Alisa di perbolehkan kuliah, meski Alena sering marah pada ibunya kenapa Alisa di kuliahkan.
Saat ini Alisa sedang berjalan cepat untuk naik angkot, tapi tangan Alisa di tarik oleh Alena dengan kasar. Membuat Alisa kaget dan menatap Alena kesal.
"Alena kenapa kamu menarik tanganku?" tanya Alisa.
"Kamu mau kemana hah?!" tanya Alena dengan wajah marah.
"Aku mau pulang, ibu menyuruhku pulang cepat." jawab Alisa sedikit membentak.
"Jangan membentakku jelek! Kamu berani membentakku di kampus, mati kau di rumah!" teriak Alena.
Kebetulan tempatnya sepi, jadi Alena leluasa berkata kasar pada Alisa.
Alisa mendengus kasar, lagi-lagi kakak kembarnya menghambat segala kegiatannya. Baik di rumah atau pun di kampus, selalu saja mengganggunya.
"Kamu mau apa?" tanya Alisa memelankan suaranya.
"Bagi uang!" kata Alena.
"Aku ngga punya uang, uangku cukup untuk ongkos pulang saja." kata Alisa.
"Jangan bohong kamu, cepat berikan uangnya!" teriak Alena lagi.
Alisa diam, dia menatap Alena dengan kesal. Namun di tariknya tas Alisa oleh Alena, dia merogoh tas dan mengambil dompet Alisa.
Alisa menahan dompet yang di ambil paksa Alena, jadilah mereka rebutan dompet. Karena kesal, Alena menampar pipi Alisa dengan keras. Mau tidak mau Alisa melepas dompetnya di ambil Alena.
Alena menatap tajam ke arah Alisa, dia lalu membuka dompetnya dan mengambil uang berwarna merah dua lembar.
"Heh, banyak juga uangmu. Orang jelek ngga usah punya banyak uang!" kata Alena sambil melempar dompet Alisa ke tanah.
Dan Alisa menatap kepergian kakaknya itu, tangannya masih memegang pipi yang terasa panas karena tamparan keras tangan Alena.
Dia memungut dompet yang tadi di buang Alena, tidak ada sisa. Alisa menghela nafas panjang, dia bingung pulang ke rumah naik apa?
Sedangkan uangnya di ambil semua oleh Alena. Akhirnya Alisa pulang dengan jalan kaki, seperti biasanya. Jika ibunya tidak memberinya uang, maka dia akan pulang jalan kaki sejauh lima kilo metet. Itu pun dengan menempuh jarak di singkat dengan melalui jalan gang-gang setiap blok daerah.
Beruntung jam lawasnya tidak pernah mati, itu adalah jam pemberian ayahnya sewaktu masih kecil. Saat kejadian kebakaran sepuluh tahun silam jam itu terlepas, tapi bisa dia selamatkan.
Hanya saja gelangnya tidak bisa dia selamatkan karena terjatuh entah kemana. Yang selamat justru gelang milik kakaknya.
_
Karena kemarin pulang terlambat, Alisa tidur di gudang sempit. Seperti biasanya, ibunya selalu memberinya hukuman pada Alisa untuk tidur di gudang.
Dan kini dia bangun lebih pagi agar semua pekerjaan rumahnya selesai di jam enam pagi. Dia tetap akan berangkat kuliah meski terlambat. Karena hari ini dia ada kuis dari dosennya, jadi dia bangun pagi agar semua pekerjaan memasak, menyapu, mencuci piring serta mencuci baju selesai semua di jam enam pagi.
Setelah mencuci baju, Alisa kini beralih memasak untuk sarapan pagi. Kali ini mungkin juga sarapannya di dapur lagi dengan pembantunya.
Kadang Alisa merasa dia anak tiri ibunya, karena perbedaan perlakuan antara dia dan dirinya. Benarkah dia dan Alena kembar?
Tapi kenapa sejak kecil, sebelum wajahnya kena musibah Alisa selalu di perlakukan beda. Hanya ada ayahnya saja Alena dan ibunya bersikap manis padanya.
Muak, tentu saja Alisa muak dengan sikap kedua orang terdekatnya. Namun dia bisa apa? Hidupnya memang selalu berdampingan dengan ketidak adilan dan penistaan padanya.
Meski Alisa selalu percaya diri dengan wajah jeleknya, namun itu semua agar dia tidak merasa rendah diri saja. Karena keinginannya hanya satu, kuliah untuk mendapatkan ilmu.
"Alisaa!!"
Teriak Alena dari kamarnya di atas. Alisa mendongak, dia melihat Alena sedang menatapnya kesal ke bawah.
"Ada apa, pagi-pagi teriak-teriak?" tanya Alisa.
"Kamu mencuci baju dress biruku tidak?!" tanya Alena masih suara teriakannya.
"Iya." jawab Alisa santai.
"Kenapa kamu cuci?! Nanti apa yang aku pakai untuk pergi ke kampus?" tanya Alena masih dengan teriakannya.
"Ya kan baju kamu masih banyak, bukan baju dres biru itu aja." jawab Alisa.
Alena turun dengan tergesa menghampiri adik kembarnya itu. Dia benar-benar marah karena dengan seenaknya mencuci baju kesayangannya dengan cepat.
Dan tanpa di duga, Alena menarik rambut Alisa dengan kencang dan mendorongnya kuat. Hingga Alisa terjatuh menabrak pot bunga kesayangan ibu Rosi dan,
Praang!!
"Alisaaaa!!, Apa itu yang jatuh?!" teriak ibu Rosi dari lantai dua.
Alisa bangun dan membersihkan tangannya yang terkena tanah pot bunga. Dia tidak mendengar teriakan ibunya dari atas.
"Alisaa!!"
Ibu Rosi berteriak lagi. Dan pagi ini benar-benar sial bagi Alisa, dia berniat bangun pagi agar bisa berangkat kuliah. Namun sekarang petaka datang secara beruntun.
Alena masih menatap tajam Alisa yang kesakitan karena terkena pot bunga ibunya, dia berlalu begitu saja dan naik tangga lagi. Bersiap untuk berangkat kuliah.
Alisa membersihkan pot yang sudah pecah yang berserakan di lantai, dia sapu tanahnya dan mengumpulkan bunga yang masih bisa di tanam lagi.
Sekarang dia pasrah, waktu sudah jam enam lebih. Belum lagi dia harus menghadapi omelan ibunya mengenai pot kesayangannya yang jatuh dan sudah rusak.
_
_
_
😉😉😉😉😉😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Capricorn 🦄
keren
2024-05-28
0
langitsenja
sukakk banget sama PU cew yang tangguh tegar seperti ini 💕💕💕
2022-12-30
0
мєσωzα
punya pembantu ko kerjaan rumah dikerjain alisa? tega amat
2022-11-07
0