Suasana di kampus masih ramai, semua bersuka cuta dengan acara tersebut. Tidak lupa juga Alisa dan Raya, mereka juga menikmati acaranya.
Tapi Alena tidak begitu, dia masih sangat kesal dengan adik kembarnya yang sekarang jadi bintangnya malam ini di kampus. Semua mata laki-laki tertuju pada Alisa.
Tampak jelas, bahwa mereka ingin berkenalan dan juga sekedar mengobrol saja. Bahkan jika bisa, mereka bisa dekat dengan Alisa. Tapi rupanya Raya membatasi mereka yang ingin dekat dengan Alisa, seperti bodyguard Raya menolak dan menyingkirkan mereka yang bermaksud ingin sekedar bercanda tapi malah ujung-ujungnya kembali membuly bagi mereka yang biasa membuly Alisa.
Sementara itu, Richard yang tadinya mau pulang. Dia kembali lagi ke tempat acara itu, dia juga ingin bertemu dengan seseorang di sana. Dan akhirnya Richard melihat lagi Alisa yang sedang duduk di sudut panggung. Kembali Richard menatap Alisa yang sedang mengipaskan tangannya karena mungkin gerah.
Richard mendekat, dia melihat Alena yang sepertinya ingin melakukan sesuatu pada Alisa. Perlahan Alena mendekat pada Alisa, di tangannya memegang sebuah gunting kecil. Entah apa yang akan di lakukan oleh Alena pada adik kembarnya itu.
Sebelum Alena mendekat pada Alisa yang sedang duduk sendirian, Richard lebih dulu menarik tangan Alena dan memegang tangan yang tadi menggenggam gunting.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Richatd pada Alena.
Alena kaget, dia tidak menyangka Richard tahu apa yang akan dia lakukan pada Alisa.
"Richard, lepaskan tanganku!" teriak Alena dengan keras.
"Untuk apa kamu membawa gunting itu hah?" tanya Richard lagi.
"Heh! Kamu tidak usah ikut campur Richard. Si Alisa yang sombong itu tidak perlu kamu bela." kata Alena.
"Ooh, jadi kamu mau melakukan sesuatu pada Alisa? Kamu tidak malu pada teman-teman di sini?"
"Sudah, jangan ikut campur. Aku kesal pada gadus jelek itu."
"Dia juga adikmu. Awas saja kamu, aku akan laporkan jika kamu mau mencelakai Alisa."
"Aku hanya mau mempermalukannya. Bukankah dulu juga kamu suka mempermalukan Alisa, Richard?"
"Sudah hentikan. Pergi kamu dari sini."
Alena mendengus kesal, dia lalu menuruti ucapan Richard untuk pergi. Sementara Alisa yang melihat perdebatan Richard dan Alena jadi bingung. Kenapa kedua orang yang biasanya membulynya itu berdebat. Apa yang di perdebatkan?
Richard masih di tempatnya, dia menatap Alisa. Membuat Alisa salah tingkah karena sejak perdebatan dengan Alena tadi Richard teeus memandangnya.
Dan Alena tahu Richard sering menatap Alisa dari jauh, dia semakin kesal hatinya. Mau membalas Alisa tidak bisa karena ada Richard.
Niatnya tadi dia ingin menggunting baju Alisa saja, agar sobek dan akhirnya Alisa menjadi malu. Tapi di ketahui oleh Richard.
Akhirnya Alena pergi dari acara itu, dia benar-benar kesal.
"Awas aja kamu Alisa di rumah, akan aku habisi kamu." gumam Alena dengan kesal.
Dia akan pulang malam ini, rencana semula ingin menarik simpati dan perhatian orang-orang di sana, ternyata gagal karena Alisa. Rasa marah dan dendam pada adiknya itu semakin besar.
Belum lagi nanti ibunya pasti akan membelanya, senyum smirik Alena mengembang ketika dia memasuki mobilnya.
Sementara itu, Raya dan Alisa masih di suasana acara yang semakin sepi. Mereka juga hendak pergi dari acara.
Sebagian mahasiswa juga sudah pulang, tinggal beberapa panitia dan mahasiswa yang masih betah di sana.
Alisa dan Raya juga akan pulang, besok kampus meliburkan mahasiswanya. Jadi pulang larut malam pun tidak masalah.
_
"Raya, terima kasih ya. Aku ngga tahu harus bilang apa sama kamu, kamu terlalu baik sama aku." ucap Alisa ketika Raya mengantar pulang Alisa sampai di depan rumahnya.
"Aku senang bantu kamu kok, dan juga kasihan sebenarnya. Hehe." ucap Raya.
Perkataan Raya sebenarnya hanya bercanda, tapi Alisa wajah Alisa berubah jadi sedih. Lalu menghela nafas panjang. Raya mengetahui perubahan wajah Alisa yang sesih merasa bersalah.
"Alisa, aku hanya bercanda kok. Maaf ya." ucap Raya.
"Ngga kok, aku memang pantas di kasihani. Jadi bukan salah kamu, sekali lagi terima kasih." ucap Alisa, dia tersenyum kecil dan hendak turun dari mobil Raya.
"Alisa tunggu, bukan maksud aku seperti itu. Kamu tahu, aku merasa kesap sekali melihat kamu di buly, di ledek bahkan di kerjai oleh mereka. Makanya aku ingin membuat kamu berbeda. Apakah mereka akan terus membuly kamu, tapi nyatanya mereka terpesona sama kamu. Kamu itu sebenarnya cantik, Alisa. Jika di modali dengan perawatan teratur, wajah cacat itu akan hilang. Dan aku mau kamu itu tampil beda, aku ingin membantu kamu sampai semua orang menghargaimu. Dan asal kamu tahu, aku tulus ingin membantumu." ucap Raya pada Alisa.
Dia memang ingin Alisa berubah lebih cantik, bukan hanya otaknya yang cerdas. Tapi juga wajahnya harus di rawat, bila perlu nanti dia akan daftarkan pada kontes kecantikan.
"Terima kasih, Raya. Aku percaya sama kamu kok." kata Alisa tersenyum.
"Minggu depan kita pergi ke salon lagi." kata Raya.
"Untuk apa?"
"Hei, perawatan wajahmu itu harus teratur Alisa. Biar lebih cantik lagi."
"Aku ngga perlu cantik lagi."
"Ngga Alisa, aku punya rencana besar untukmu. Pokoknya kamu harus perawatan sama aku minggu depan. Oke?" kata Raya.
Alisa menatap Raya, dia tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian dia pun tersenyum dan mengangguk cepat.
"Nah, gitu dong. Ingat ya, Alena itu kesal sama kamu. Dia pasti akan marah sama kamu, menurutku lebih baik kamu melawan. Jangan diam aja Alisa." kata Raya lagi.
"Iya."
Lalu Alisa pun turun dari mobil Raya, dia lalu masuk ke dalam rumahnya. Raya pun melajukan mobilnya untuk pulang ke rumahnya.
Dan di dalam rumah, Alisa sudah masuk Dia hendak melangkah ke dalam kamarnya, namun Alisa di tarik rambutnya oleh Alena dengan kencang.
Tanpa persiapan apapun dan secara tiba-tiba, Alisa pun terjatuh ke belakang dan tersungkur di lantai.
"Bagus ya, kamu. Bersanang-senang di acara itu, merasa paling cantik di kampus hah?!" teriak Alena pada adiknya itu.
Alisa meringis kesakitan, siku tangannya mengenai kursi makan di ruang makan dengan cepat hingga dia tidak bisa menghindar.
"Kamu pikir Richard akan tertarik dengan penampilanmu itu?! Dia bahkan akan terus membencimu, Alisa gadis jelek!" kembali Alena mendorong Alisa.
Alisa kembali meringis, dia tidak sempat bangun Alena kembali mendorongnya.
"Alena! Kenapa seperti ini?!" teriak Alisa.
Dia ingin melawan pada Alena yang selalu semena-mena padanya. Alisa pun berdiri, dia kini berdiri tegak menatap tajam pada Alena. Rambutnya sudah berantakan karena tadi di tarik Alena.
"Hah! Kamu berani melawanku? Gadis tidak tahu diri. Pergi kamu dari rumah ini!" teriak Alena pada Alisa.
Alena sudah kalap, dia benar-benar marah pada Alisa. Teriakan Alena membuat ibu Rosi bangun dan dia turun ke bawah. Melihat kedua anaknya kembali bertengkar.
"Alisa, kenapa lagi dengan kakakmu hah?" tanya ibu Rosi pada Alisa.
"Alena yang menarikku ma, aku baru pulang dia menarik rambutku." jawab Alisa.
Meski dia tidak yakin ibunya akan membelanya, tapi setidaknya dia berkata benar.
"Dia sombong ma, dia merasa cantik di kamois. Semua teman-teman laki-laki pada mendekat padanya karena penampilannya yang berubah. Dia pikir dengan make up seperti itu akan merubah sikap mereka jadi lebih baik sama kamu? Aku benci kamu Alisa!" Alena kembali berteriak.
Ibu Rosi memperhatikan penampilan Alisa yang berbeda, dari baju yang terlihat mahal, sepatu serta perhiasan yang di pakai semuanya mahal.
"Dari mana kamu memakai baju, sepatu dan perhiasan itu? Kamu mencuri?" tanya ibu Rosi menatap Alisa dengan tajam.
Karena dia tidak pernah memberikan barang mahal pada Alisa.
"Tentu saja dia mencurinya ma, dari mana lagi." cibir Alena.
"Alisa, jawab apa yang saya tanyakan!"
"Ini dari teman ma." jawab Alisa.
"Teman? Teman siapa yang mau memberikan semua barang mahal itu sama kamu?"
Alisa diam, dia takut perhiasan yang di pinjamkan oleh Raya akan di ambil oleh ibunya.
_
_
_
***************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Upik Yupi
kayak ibu tiri aja
2022-05-01
0
Rozh
kok ada ya, ibu kejam dan bandingkan anak??? dasar Rossi!
2022-04-20
1
Lisa Z
halo umi, aku datang kasih dukungan buat minggu ini. semangat!!
2022-03-23
1