NovelToon NovelToon

Akulah Malaikat Penolongmu

01.Alisa Dan Alena

Namanya Alisa, dia berumur dua puluh tahun. Berwajah tidak enak di pandang oleh teman-temannya satu kampus, jelek dan cacat di bagian bawah matanya.

Meski begitu, dia tidak pernah minder ataupun malu, yang dia inginkan hanya belajar si kampusnya.

Tidak peduli dengan ejekan teman-temannya di kampus atau pun bulian padanya. Prinsipnya, dia belajar mencari ilmu bukan memcari kepopuleran.

Terbukti, dia tidak populer sebagai gadis cantik tapi sebagai gadis berwajah cacat dan selalu di buli oleh teman-temannya. Kadang dia di kerjai oleh teman-teman Alena, kakak kembarnya.

"Eh, Alisa lo itu kan wajahnya jelek. Kenapa lo percaya diri banget sih di kampus?" tanya Liana teman satu genk dengan Alena.

"Aku bukan percaya diri karena wajahku jelek, tapi aku mau menuntutu ilmu di kampus saja." jawab Alisa tenang.

Dia menghadapi bulian teman-teman kampusnya selalu dengan pikiran tenang, karena itu kuncinya bagi dia agar bisa terus mendapatkan ilmu.

Jika dia minder atau mundur, maka selamanya akan selalu di injak-injak meski sekarang pun sering dia dapatkan hal yang tidak baik dan ketidak adilan baginya.

Dia berpikir, suatu saat nanti ada orang yang mau berteman dengan dirinya tanpa memandang wajah, tapi hatinya.

Dan saat ini dia belum mendapatkan teman seperti itu. Tapi ada satu yang selalu berusaha mendekat padanya, mau berteman dengannya.

Saat mata kuliah terakhir selesai, Alisa langsung pulang. Dia sudah di pesan oleh ibunya untuk cepat pulang, karena kalau tidak maka dia tidak boleh lagi ikut makan malam bersama di meja makan.

Sering sekali Alisa tidak di perbolehkan ikut makan malam di meja makan karena Alisa tidak tepat waktu pulang kuliah.

Beruntung sekali Alisa di perbolehkan kuliah, meski Alena sering marah pada ibunya kenapa Alisa di kuliahkan.

Saat ini Alisa sedang berjalan cepat untuk naik angkot, tapi tangan Alisa di tarik oleh Alena dengan kasar. Membuat Alisa kaget dan menatap Alena kesal.

"Alena kenapa kamu menarik tanganku?" tanya Alisa.

"Kamu mau kemana hah?!" tanya Alena dengan wajah marah.

"Aku mau pulang, ibu menyuruhku pulang cepat." jawab Alisa sedikit membentak.

"Jangan membentakku jelek! Kamu berani membentakku di kampus, mati kau di rumah!" teriak Alena.

Kebetulan tempatnya sepi, jadi Alena leluasa berkata kasar pada Alisa.

Alisa mendengus kasar, lagi-lagi kakak kembarnya menghambat segala kegiatannya. Baik di rumah atau pun di kampus, selalu saja mengganggunya.

"Kamu mau apa?" tanya Alisa memelankan suaranya.

"Bagi uang!" kata Alena.

"Aku ngga punya uang, uangku cukup untuk ongkos pulang saja." kata Alisa.

"Jangan bohong kamu, cepat berikan uangnya!" teriak Alena lagi.

Alisa diam, dia menatap Alena dengan kesal. Namun di tariknya tas Alisa oleh Alena, dia merogoh tas dan mengambil dompet Alisa.

Alisa menahan dompet yang di ambil paksa Alena, jadilah mereka rebutan dompet. Karena kesal, Alena menampar pipi Alisa dengan keras. Mau tidak mau Alisa melepas dompetnya di ambil Alena.

Alena menatap tajam ke arah Alisa, dia lalu membuka dompetnya dan mengambil uang berwarna merah dua lembar.

"Heh, banyak juga uangmu. Orang jelek ngga usah punya banyak uang!" kata Alena sambil melempar dompet Alisa ke tanah.

Dan Alisa menatap kepergian kakaknya itu, tangannya masih memegang pipi yang terasa panas karena tamparan keras tangan Alena.

Dia memungut dompet yang tadi di buang Alena, tidak ada sisa. Alisa menghela nafas panjang, dia bingung pulang ke rumah naik apa?

Sedangkan uangnya di ambil semua oleh Alena. Akhirnya Alisa pulang dengan jalan kaki, seperti biasanya. Jika ibunya tidak memberinya uang, maka dia akan pulang jalan kaki sejauh lima kilo metet. Itu pun dengan menempuh jarak di singkat dengan melalui jalan gang-gang setiap blok daerah.

Beruntung jam lawasnya tidak pernah mati, itu adalah jam pemberian ayahnya sewaktu masih kecil. Saat kejadian kebakaran sepuluh tahun silam jam itu terlepas, tapi bisa dia selamatkan.

Hanya saja gelangnya tidak bisa dia selamatkan karena terjatuh entah kemana. Yang selamat justru gelang milik kakaknya.

_

Karena kemarin pulang terlambat, Alisa tidur di gudang sempit. Seperti biasanya, ibunya selalu memberinya hukuman pada Alisa untuk tidur di gudang.

Dan kini dia bangun lebih pagi agar semua pekerjaan rumahnya selesai di jam enam pagi. Dia tetap akan berangkat kuliah meski terlambat. Karena hari ini dia ada kuis dari dosennya, jadi dia bangun pagi agar semua pekerjaan memasak, menyapu, mencuci piring serta mencuci baju selesai semua di jam enam pagi.

Setelah mencuci baju, Alisa kini beralih memasak untuk sarapan pagi. Kali ini mungkin juga sarapannya di dapur lagi dengan pembantunya.

Kadang Alisa merasa dia anak tiri ibunya, karena perbedaan perlakuan antara dia dan dirinya. Benarkah dia dan Alena kembar?

Tapi kenapa sejak kecil, sebelum wajahnya kena musibah Alisa selalu di perlakukan beda. Hanya ada ayahnya saja Alena dan ibunya bersikap manis padanya.

Muak, tentu saja Alisa muak dengan sikap kedua orang terdekatnya. Namun dia bisa apa? Hidupnya memang selalu berdampingan dengan ketidak adilan dan penistaan padanya.

Meski Alisa selalu percaya diri dengan wajah jeleknya, namun itu semua agar dia tidak merasa rendah diri saja. Karena keinginannya hanya satu, kuliah untuk mendapatkan ilmu.

"Alisaa!!"

Teriak Alena dari kamarnya di atas. Alisa mendongak, dia melihat Alena sedang menatapnya kesal ke bawah.

"Ada apa, pagi-pagi teriak-teriak?" tanya Alisa.

"Kamu mencuci baju dress biruku tidak?!" tanya Alena masih suara teriakannya.

"Iya." jawab Alisa santai.

"Kenapa kamu cuci?! Nanti apa yang aku pakai untuk pergi ke kampus?" tanya Alena masih dengan teriakannya.

"Ya kan baju kamu masih banyak, bukan baju dres biru itu aja." jawab Alisa.

Alena turun dengan tergesa menghampiri adik kembarnya itu. Dia benar-benar marah karena dengan seenaknya mencuci baju kesayangannya dengan cepat.

Dan tanpa di duga, Alena menarik rambut Alisa dengan kencang dan mendorongnya kuat. Hingga Alisa terjatuh menabrak pot bunga kesayangan ibu Rosi dan,

Praang!!

"Alisaaaa!!, Apa itu yang jatuh?!" teriak ibu Rosi dari lantai dua.

Alisa bangun dan membersihkan tangannya yang terkena tanah pot bunga. Dia tidak mendengar teriakan ibunya dari atas.

"Alisaa!!"

Ibu Rosi berteriak lagi. Dan pagi ini benar-benar sial bagi Alisa, dia berniat bangun pagi agar bisa berangkat kuliah. Namun sekarang petaka datang secara beruntun.

Alena masih menatap tajam Alisa yang kesakitan karena terkena pot bunga ibunya, dia berlalu begitu saja dan naik tangga lagi. Bersiap untuk berangkat kuliah.

Alisa membersihkan pot yang sudah pecah yang berserakan di lantai, dia sapu tanahnya dan mengumpulkan bunga yang masih bisa di tanam lagi.

Sekarang dia pasrah, waktu sudah jam enam lebih. Belum lagi dia harus menghadapi omelan ibunya mengenai pot kesayangannya yang jatuh dan sudah rusak.

_

_

_

😉😉😉😉😉😉😉

02. Bertemu Richard

Setiap hari mendapatkan perlakuan tidak baik dan tersisih, Alisa tetap berangkat kuliah. Dia sendiri kadang terlambat masuk kelas karena di rumah pekerjaannya selalu bertambah dari ibunya.

Peristiwa jatuhnya pot bunga kesayangan ibunya, harus membuat Alisa benar-benar todur di gudang selamanya. Ingin berontak dengan ketidak adilan itu namun Alisa belum bisa.

Hari ini di kampus ada mahasiswa baru, seorang laki-laki tampan juga kaya. Dia pemilik perusahaan besar bernama Armada Jaya Corp. Semua mahasiswa kampus itu tahu, tentang perusahaan besar itu.

Banyak yang bercita-cita masuk ke perusahaan besar itu untuk bekerja di sana.

Richard Anggara Kyle, mahasiswa baru yang masuk di semester tujuh. Hanya meneruskan kuliahnya yang dulu terhenti ketika ayahnya meninggal. Dia sekarang hanya mempunyai ibu saja.

Ketika Richard sampai di kampus dan mendaftar bersama dengan asistennya, hanya mengantar saja. Semua nampak kagum pada Richard, seorang eksekutif muda masih mau belajar di kampus meski hanya untuk mendapatkan gelar saja.

"Nah, pak Richard nanti kelasnya anda bersebalahan dengan kelas semester lima, nanti jika ada mata kuliah salah satu yang anda lulus, anda bisa masuk ke kelas semester lima." kata di bagian administrasi mahasiswa itu.

Richard hanya mengangguk saja, dia menerima masuk di kelas mana saja. Yang terpenting satu tahun ini dia lulus kuliah dan mendapatkan gelar sarjana.

Setelah menyelesaikan administrasi kuliah, Richard di suruh masuk ke kelas. Dia pun menurut, dia masuk dan melewati lorong menuju kelas semester lima.

Tanpa sengaja dia berpapasan dengan Alisa yang sama menuju kelas semester lima. Lama memandang Alisa yang wajahnya cacat, tapi tiba-tiba Richard merasa jijik melihat wajah Alisa.

"Dia Alisa tuan, gadis buruk rupa di kampus ini. Sehari-hari dia selalu di kerjai oleh teman-temannya, dia hanya punya satu teman saja. Semua teman satu kelasnya tidak ada yang mau dekat dengannya." bisik Jo, asisten Richard.

"Ehmm, menarik. Dia tahu selalu di kerjai dan di ejek teman-temannya tapi mau berangkat kuliah juga ya. Padahal teman-temannya tidak suka padanya." ucap Richard.

"Iya tuan, dia sangat percaya diri sekali kuliah di tempat ini." kata Asistennya lagi.

"Ya sudah, sekarang kamu ke mobil saja. Atau ke kantor menyelesaikan pekerjaanku hari ini." kata Richard pada Jo.

"Baik tuan, saya ke kantor saja karena saya baru ingat ada kunjungan paman anda ke kantor." jawab Jo.

"Kenapa kamu tidak bilang lebih dulu kalau pamanku berkunjung ke kantor?" tanya Richard dengan kesal.

"Maaf tuan, paman anda juga bilang jika anda tidak bisa menemuinya juga tidak masalah, hanya berkunjung saja ke kantor itu." kata Jo merasa bersalah.

"Ya sudah, kamu boleh pergi. Aku harus masul kelas." kata Richard.

Setelah Jo berpamitan, Richard masuk ke kelasnya. Dia melewati kelas di mana Alisa berada, sekilas dia melihat Alisa sedang duduk di belakang. Senyum smiriknya nampak jelas.

Entah kenapa dalam hatinya ingin mengerjai gadis berwajah jelek itu.

_

Sudah satu minggu Richard kuliah di kampus yang sama dengan Alisa. Banyak gadis yang mau berteman dengannya dan memujanya. Dia kaya dan juga tampan, apa lagi CEO sebuah perusahaan lumayan besar.

Alena, kakan kembar Alisa selalu berusaha mendekati Richard, ada saja modusnya untuk dekat dengan Richard.

Sedangkan Alisa sendiri sempat terpukau dengan Richard yang tampan dan dingin sikapnya itu, selalu mau berteman dengan gadis-gadis cantik di kampus.

Alisa yang merasa wajahnya tidak cantik, tiba-tiba saja merasa rendah diri jika bertemu dengan Richard.

Satu senyuman sinis Ruchard berikan pada Alisa, Alisa tahu Richard tidak menyukainya karena wajahnya.

Namun demikian, Alisa selalu rajin ke kampus meski dia telat.

Suatu hari, Alisa telat ke kampus, dia sedang menunggu angkot lewat namun angkot tidak juga kunjung datang.

Mobil Richard berhenti tepat di depan Alisa, dia membuka kaca jendelanya dan menatap Alisa Ada rasa ingin mengerjai Alisa, namun nanti di dalam kampus.

"Alisa kan?" tanya Richard.

"Iiya, saya Alisa." jawab Alisa gugup.

"Kamu mau ke kampus?" tanya Richard lagi.

"Iya."

"Nunggu angkot?"

"Iya."

"Di sini angkot jarang lewat, kamu boleh naik mobilku." kata Richard.

Tentu saja Alisa heran dan kaget, benar tidak itu tawaran naik mobil mewah Richard untuknya.

"Mau ngga?" tanya Richard lagi.

"Eh, iiiya saya mau." kata Alisa semakin gugup.

Jarang-jarang laki-laki ganteng mengajaknya ikut di mobilnya, apa lagi dia merasa gadis biasa yang penuh tidak keberuntungan. Tapi sekarang malah di ajak naik ke mobil laki-laki paling ganteng di kampusnya mengajaknya ikut bareng ke kampus.

Alisa tersenyum kaku, dia maju ke depan hendak membuka pintu mobil. Namun Alisa tidak bisa membukanya karena memang pintunya terkunci.

Richard tersenyum sinis, lalu tertawa kecil.

"Maaf ya, pintunya menolak kamu masuk ke dalam mobilku. Hahah.." kata Richard tanpa merasa bersalah.

Dia kemudian melajukan mobilnya dengan kemcang, membuat Alisa kembali melongo dan sedikit kesal.

Kenapa dia besar kepala, sedangkan sejak pertama melihatnya Richard tidak suka pada Alisa.

Dan kini Alisa naik ojek menuju kampusnya, membayar ojek sesuai tarif yang di minta. Untung ojeknya baik, tidak rewel ketika Alisa memberikan uang kurang lima ribu lagi.

"Lain kali kalau mau naik ojek, usahakan uangnya pas mbak. Ini sih hanya untul bensin aja, untuk makan ngga sampe." kata tukang ojeknya sambil berlalu.

Alisa merasa tidak enak, dia hanya punya uang sepuluh ribu dan harus cepat masuk ke kelasnya.

Alisa pun berlari-lari kecil menuju kelasnya, tapi lagi-lagi Richard menghadangnya di depan kelasnya. Alisa kaget, dia menatap Richard.

"Nih buat kamu." kata Richard melemparkan sebuah kotak berisi make up lengkap.

"Apa ini?"

"Ck, itu alat make up lengkap. Khusus buat kamu untuk menghilangkan noda wajah dan merubah wajahmu jadi cantik, besok di pakai. Aku muak dengan wajah jelekmu." kata Richard.

"Kalau muak jangan lihat aku, pergi aja sana." ucap Alisa dengan ketus.

"Alisa, masuk yuk." kata Raya, sahabat Alisa satu-satunya.

"Ya makanya aku kasih make up biar aku nggauak lihat wajah kamu. Kamu selalu lewat di depan kelasku, jadi gue muak. Awas lho besok ngga lo pakai." ancam Richard.

Dia masuk ke dalam kelasnya, sedangkan Alisa memungut kotak make up yang tadi jatuh. Kemudian dia mengikuti Raya masuk ke dalam kelas.

_

Richard menunggu Alisa berangkat ke kampus, dia ingin tahu penampilan Alisa setelah di beri make up olehnya.

Make up itu memang sengaja make up yang murah dan banyak mengandung zat berbahaya bagi kulit,sehingga siapa saja yang menggunakannya akan merasakan gatal dan kulit berubah warna merah dan ruam-ruam.

Awalnya Alisa tidak ingin berangkat ke kampus, tapi Alena membujuk Alisa agar tetap berangkat kuliah hingga Alena menvancamnya.

"Kamu cepat berangkat sana! " teriak Alena.

"Tapi wajahku bengkak, mana bisa berangkat kuliah dengan wajah seperti ini." kata Alisa lagi.

"Eh, dari dulu wajah lo itu seperti itu. Jelek dan cacat, ngga ada yang mau sama kamu, cepat berangkat." kata Alena lagi.

"Tapi aku tidak punya ongkos untuk ke kampusnya."

"Ck, alasan aja kamu tuh. Nih aku kasih ongkos, awas kalau sampai aku ngga lihat kamu di kampus!" kata Alena lagi mengancam Alisa.

Alena pergi meninggalkan Alisa yang masih bengkak mukanya akibat percobaan make up tadi malam. Semalam Alena memaksa Alisa memakaikan make up, dia ingin tahu kenapa Richard peduli pada Alisa. Dan ternyata punya maksud lain, Alena senang sekali.

Pukul tujuh, Alisa berangkatbke kampus, dia menutup wajahnya dengan rambut sebagian menutup bagian wajah yang bengkak dan ruam-ruam merah.

Dan tidak di sangka, di jalan menuju kampus sampai ke kelas semua menunggu Alisa. Menunggu ingin melihat wajah Alisa yang merah dan bengkak akibat make up murahan yang di berikan oleh Richard.

Alisa malu, namun dia di dorong untuk cepat memasuki kelasnya. Dan di depan kelas, ada Richard, Alena juga teman-temannya yang selalu membuli Alisa berdiri berjejer. Ingin melihat wajah Alisa yang jelek tambah jelek.

Satu teman menarik tangan Alisa dan menyibak rambut yang menutupi wajahnya. Dan semua mata memandang ke arah wajah Alisa, tiba-tiba suara tawa pecah menggema depan kelas.

Semua menertawakan Alisa, ada yang meludah ke samping karena jijik ada juga yang melempar kertas ke arah wajah Alisa.

Richard sendiri maju ke depan menatap Alisa, dan memberikan cermin kecil.

"Nih, kaca buat kamu. Biar tahu bagaimana wajahmu, jangan salahkan orang-orang yang menertawakanmu, tapi kamu sendiri yang tidak tahu malu." kata Richard.

Setelah berkata seperti itu, Richard masuk ke kelasnya. Seiring dosen bersiap untuk menyampaikan materi ke kelasnya.

_

_

_

😉😉😉😉😉😉😉😉

03. Alisa Ingin Berubah

Raya Affandi adalah teman Alisa satu kampus satu kelas, dia yang mau berteman dengan Alisa. Tak pernah menjauh dan mau belajar bersama dengan Alisa.

Sebaliknya, Raya bahkan membenci Alena yang terlalu sombong dengan kecantikannya. Jika Alisa tidak cacat dan sebagian wajahnya hitam, Alisa juga sebenarnya cantik.

Mungkin lingkungannya atau bahkan keluarganya yang tidak memperlakukannya tidak adil. Sehingga Alisa selalu tampak jelek dan terlihat cuek dengan penampilannya.

Alisa tidak bisa berdandan, dia hanya bisa menyisir rambutnya yang lurus dan sedikit polesan bedak tipis. Itu pun yang dia punya hanya bedak bayi.

Mana bisa cantik hanya memakai bedak bayi dengan wajah hitam dan jelek.

"Alisa, kamu mau ngga aku rubah jadi cantik?" tanya Raya ketika mereka sedang berdua di dalam kelas.

"Mau cantik mau jelek, tetap saja aku ngga ada yang suka, Ray." katq Alisa.

"Di coba dulu. Aku akan bantu kalau kamu mau, percaya deh kamu itu sebenarnya cantik kalau di make up yang bagus. Lagi pula rambutmu itu bagus banget, hitam lurus. Pasti jika kamu merubah diri banyak yang melirik sama kamu. Alena aja menurutku dia kalah cantik sama kamu." kata Raya meyakinkan Alisa.

Alisa diam, dia menimbang ucapan sahabatnya Raya.

"Aku tidak punya uang untuk pergi ke salon." kata Alisa.

"Kamu mau ke salon?" tanya Raya lagi.

"Kan sudah aku bilang, aku tidak punya uang untuk pergi ke salon. Uangku cukup untuk pulang pergi kuliah aja." jawab Alisa lagi.

"Emm, jangan khawatir. Kamu aku bayarin, yang penting kamu mau berubah. Aku yakin semua mata terpana melihat perubahanmu." kata Raya lagi meyakinkan Alisa.

"Kalau ke salon itu kan membutuhkan biaya banyak?"

"Kamu percaya ngga sama aku?" tanya Raya.

"Memangnya kamu mau membiayaiku pergi ke salon?" tanya Alisa ragu.

"Ya, aku ingin kamu pergi ke salon. Dan jangan khawatirkan soal biaya, asal kamu mau pergi ke salon denganku." jawab Raya penuh keyakinan.

"Ya, aku mau." jawab Alisa dengan mantap.

"Oke, nanti pulang dari kampus kita langsung ke salon. Perawatan tubuh dan wajah aja dulu, nanti setelah itu rutin setiap minggu kita pergi ke salon." kata Raya lagi.

"Tapi jika tiap minggu ke salon kecantikan, apa itu tidak membuat uangmu habis?"

"Jangan khawatir, uangku banyak. Aku bingung mau menghabiskan uangku, heheh." jawab Raya bercanda.

Alisa hanya tersenyum saja, dia sangat berterima kasih pada Raya. Dia juga tidak menyangka Raya mau membuang uangnya untuk perawatan kecantikan ke salon demi dirinya. Itu sesuatu yabg jarang terjadi pada anak orang kaya. Raya memang anak orang kaya, tapi dia tidak sombong.

_

Sesuai janjinya, Raya membawa Alisa ke salon kecantikan langganannya. Dia meminta capster itu membantu Alisa menjadi cantik.

"Mis, tolong teman saya ya. Buat dia secantik mungkin." kata Raya pada capster itu yang jenis kelaminnya laki-laki tapi gaya dan bicaranya gemulai.

"Aih, nona Raya tenang saja. Mis akan buat teman anda menjadi cantik. Tapi mis lihat dulu wajahnya si teman anda itu nona." kata capster itu dengan gaya menggodanya.

"Lihat saja wajahnya dulu, setidaknya perbaiki wajahnya agar mulus lagi." kata Raya.

"Oke, nona Raya. Emm, ngomong-ngomong dia siapa?" tanyanya.

"Dia temanku yang perlu pertolongan. Menurutku dia cantik, tapi mungkin karena wajahnya cacat jadi banyak sekali yang mengolok-oloknya."

"Ouh, nona Raya baik sekali pada seorang teman."

"Sudahlah, jangan memujiku. Lebih baik kamu bantu dia untuk lebih cantik lagi." kata Raya lagi.

"Oke nona, anda jangan khawatir. Miss Na akan membuat teman nona itu cwuuantik sedunia, eheheh" kata mis Na dengan tawa cemprengnya.

Membuat Raya dan Alisa menutup telinganya karena bising dengan suara tawanya itu.

_

Satu minggu Alisa menjalankan perawatan kulit terlebih dahulu, dia mandi susu dan juga melakukan spa di salon kecantikan langganan Raya, dia merasa tidak enak pada Raya yang telah membantunya sampai sejauh itu.

"Raya, apa nanti biayanya semakin banyak jika setiap minggu aku datang ke salon itu? Lagi pula perawatannya tidak main-main." kata Alisa merasa tidak enak dengan Raya.

"Ngga apa-apa, aku selalu menggunakan voucher salon. Jika tiga kali perawatan, maka aku akan mendapatkan bonus dari salon langgananku." jawab Raya.

"Terima kasih ya, aku belum bisa membalas kebaikanmu." kata Alisa.

"Nanti, belum saatnya kamu membalas apa yang aku lakukan. Sekarang saatnya kamu berubah jadi cantik dan semua teman akan terpana melihatmu." kata Raya lagi.

Alisa pun cuma bisa diam dan menurut saja apa yang di katakan Raya padanya.

Sejujurnya dia kadang lelah dengan bullyan teman-teman dan kakak kembarnya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, di samping perlaluan ibunya tidak sama dengan kakaknya.

Untuk mendapatkan uang dari ibunya pun harus mengerjakan pekerjaan berat dulu di rumah, baru dia mendapatkan uang jajan atau sekedar membeli perlengkapan kuliah seperti buku-buku pegangan atau alat tulis.

Dalam dua minggu, ada perubahan pada kulit wajah Alisa. Terlihat mulus dan putih, namun luka cacat akibat kebakaran sepuluh tahun lalu belum hilang.

"Nona Raya, luka cacat di wajah Alisa susah hilang meski sudah di beri perawatan." kata miss Na.

"Apakah harus di operasi untuk menipiskan kulit yang cacat itu?" tanya Raya.

"Emm, iya nona. Jadi harus melakukan operasi pembuangan kulit yang cacat itu." kata miss Na lagi.

"Tapi kamu bisa menyamarkannya dengan make up tebal?" tanya Raya lagi.

"Iyq, paling seperti itu. Untuk membuang di salon ini tidak bisa, nona Raya." kata miss Na lagi.

"Ya sudah, samarkan saja dengan make up. Lakukan agar tidak terlalu kentara sekali cacatnya itu." kata Raya lagi.

"Oke nona Raya. Kamu sangat baik sekali sih." kata miss Na menepuk pundak Raya.

"Sudah, pokoknya harus di buat cantik Alisa ya? Aku mengandalkanmu Miss Na."

"Jangan khawatir nona Raya."

Raya mendekat pada Alisa, dia sedang di keramas rambutnya dan nanti sebentar lagi akan di lakukan perawata wajah.

"Alisa, bagaimana menurutmu? Apa kamu merasa sudah lebih baik wajahmu?" tanya Raya.

"Iya, sudah lebih mulus dari sebelumnya. Terima kasih ya?" kata Alisa.

"Tidak masalah, setelah ini kamu harus percaya diri ya. Buktikan kamu juga bisa cantik." kata Raya.

"Iya, sekali lagi terima kasih ya."

Raya hanya tersenyum simpul saja menanggapi ucapan terima kasih Alisa.

Dia sangat puas dengan hasil capster miss Na langganannya.

"Oh ya, lusa ada acara malam pengenalan ketua BEM baru di kampus. Kamu datang ya Alisa?" kata Raya.

"Apa aku harus datang?" tanya Alisa ragu.

Karena dia tahu, malam perkenalan ketua BEM baru itu pasti banyak yang datang, terutama para gadis-gadis mahasiswi untuk lebih mengenal senior dan ajang mendapatkan pacar baru di sana.

"Kamu tenang saja, Alisa. Besok kita pergi ke mall untuk mencari baju yang pantas dan sesuai denganmu. Dan jangan bilang kamu terima kasih lagi." kata Raya mencegah apa yang memang akan di ucapkan Alisa.

Alisa sendiri pun kaget, namun dia menurut saja dengan apa yang akan di lakukan Raya padanya.

_

_

_

😊😊😊😊😊😊😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!