Menunggu Alisa nyatanya melelahkan, tapi Richard tidak tahu kalau Alisa dan Raya sudah pulang. Dia masih menunggu di parkiran sampai pukul dua siang, dia pun kesal.
Dan akhirnya Richard menuju kelas Alisa dan Raya, sampai di sana dia tidak melihat keduanya. Ada satu teman Alisa dan Richard bertanya padanya.
"Lo lihat Alisa ngga?" tanya Richard.
"Dia kan udah pulang sejak tadi, kenapa lo nyari dia?" tanyanya.
"Ck, kalau gue tanya dia berarti gue ada urusan sama dia!" jawab Richard ketus.
Dia lalu pergi dari kelas Alisa, kemabli ke parkiran dan pulang menuju kantornya. Mencari tahu apakah yang di lakukan oleh pamannya di kantornya tadi siang.
Mobil melaju dengan cepat, pikiran Richard masih pada Alisa. Dia akan mencari tahu juga pada Alena, siapa tahu dia tahu tentang kejadian itu. Karena hanya Alena yang memakai gelang yang sama dengannya.
Sampai di kantornya, Richard di sapa beberapa karyawannya dengan menunduk dan memberi salam. Dia terus melangkah naik ke dalam lift khusus dewan direksi dan juga CEO perusahaan.
Meski Richard adalah pemilik perusahaan dan CEOnya, tapi ada dewan direksi yang terus memantau perkembangan perusahaan dan kinerja Richard. Selama Richard yang memimpin perusahaan, semua aman terkendali terutama harga saham yang di miliki oleh perusahaannya.
Richard masuk ke dalam ruangannya, dia tidak melihat Jo di dalam kantornya. Kemudian dia menghubungi Jo, menanyakan dia berada di mana.
"Halo Jo, kamu di mana?" tanya Richard.
"Saya di bagian keuangan tuan. Apakah anda sudah datang?" tanya Jo.
"Aku di ruangan kantor, jika sudah selesai cepat ke ruanganku." kata Richard.
"Baik tuan."
Sambungan telepon terputus, Richard meletakkan kembali ponselnya di meja. Kembali, pikirannya masih penasaran dengan cerita Alisa.
"Benarkah gadis itu mengetahui tentang masa itu?" gumam Richard.
Dia senderkan kepalanya di kursi bagian atas, matanya terpejam. Seharusnya tadi siang itu dia sudah ada di kantor, ini menjelang pulang para karyawannya dia baru datang.
Tak lama Jo mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan Richard, dia melihat bosnya sedang bersandar di kursi dan memejamkan matanya. Seperti ada yang di pikirkannya, entah masalah apa.
Apakah masalah kuliahnya atau pamannya itu, yang jelas saat ini dia akan melaporkan temuannya di bagian keuangan. Ada sedikit kebocoran di sana, bagian keuangan sendiri tidak tahu kenapa ada pembengkakan pembayaran karyawan. Padahal tidak sedang membuka lowongan bulan kemarin, atau pembagian bonus, tapi kenapa masuknyanke bagian gaji karyawan?
Jo mendekat pelan, dia memperhatikan apakah Richard itu tidur bener atau hanya memejamkan mata saja.
"Emhm, tuan Richard." panggil Jo pelan.
Richard masih diam, hanya tangannya yang sedikit bergerak.
Jo lega, ternyata bosnya hanya memejamkan mata. Namun belum mau membukanya.
Jo duduk di sofa, membawa berkas laporan keuangan dan membukanya kembali. Memastikan bahwa laporan yang akan dia sampaikan itu tidak salah.
Richard pun bangun dari duduknya setelah matanya membuka tadi. Dia mendekat pada Jo dan melihat apa yang di bawa Jo.
"Kamu bawa apa?" tanya Richard.
"Laporan keuangan tuan, ada kebocoran di sana. Dan ini saya bawa laporannya." jawab Jo.
Richard mengambil berkas itu dan membukanya sebentar dan di periksa. Lalu di tutup lagi.
"Aku periksa di rumah aja, besok pagi aku bawa lagi sebelum ke kampus." kata Richard.
"Baik tuan."
"Lalu, tadi paman datang mau apa dia?" tanya Richard lagi.
Jo pun menceritakan paman Richard yang datang oe kantornya, dia menjelaskan apa yang di katakan pamannya.
Hingga waktu pulang kantor mereka masih ada di ruangan Richard.
"Emm, besok kita bahas lagi. Setelah pulang kuliah aku langsung ke kantor, hanya dua mata kuliah besok jadi lebih banyak di kantor untuk membicarakan masalah tadi." kata Richard.
"Iya tuan." jawab Jo.
Keduanya pun bergegas merapikan meja yang beberapa berkas harus di bawa Richard dan Jo sendiri.
_
Dan esok harinya, Richard mendekati Alena yang sedang berjalan menuju kelasnya. Dia menarik tangan Alena dan di ajak ke taman, karena di sana sepi dan hanya mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas saja sambil duduk-duduk santai.
Alena dan Richard duduk di kursi taman, saling berhadapan. Alena sendiri heran, namun dia senang Richard membawanya ke taman. Mungkinkah Richard menyatakan cinta padanya? Pikir Alena dengan senyum bahagianya.
"Ada apa lo ngajak gue mojok di taman?" tanya Alena pelan dengan senyum mengembang.
"Ck, gue mau tanya sama lo. Gelang yang lo pakai itu benar punya lo?" tanya Richard memastikan jika memang gelang Alena adalah miliknya.
"Ya iyalah ini milik gue. Lo kenapa ragu sama gelang yang gue pakai?" tanya Alena heran.
"Lo punya pasangannya ngga gelangnya? Ya, mungkin punya dua barangkali." tanya Richard lagi.
Harusnya jika Alena yang punya gelang itu sama dengannya, dia akan bertanya balik kenapa Richard punya gelang yang sama dengannya. Tapi Alena malah ikut memakainya dan tidak bertanya gelang yang di pakai Richard adalah miliknya juga.
"Gue emang punya dua, tapi hilang satunya." jawab Alena berbohong.
Jadi gelang Alena satunya hilang? tanya Richard dalam hati.
"Hilang di mana?"
"Emm, gue lupa. Kenapa lo tanya gelang ini sih? Lo juga punya gelang yang sama dengan gue kan? Berarti gelang ini di beli di toko yang sama juga ya?" tanya Alena yang mengalihkan pertanyaan Richard.
"Gelang gue dapat nemu, lo tahu di mana gue nemu gelang ini?" tanya Richard menunjuk gelangnya.
Alena memperhatikan gelang yang di pakai Richard, memang mirip sekali. Tapi...., apakah gelang itu....?
"Alena, lo tahu gelang ini milik lo?" tanya Richard lagi karena Alena tidak menjawab pertanyaannya.
"Lo dapat nemu di mana gelang itu? Gelang gue memang ada dua dan hilang satunya." tanya Alena masih berbohong.
"Gue nemu ketika seorang gadis menolong gue saat masih remaja." jawab Richard.
"Jadi lo yang nemu gelang gue itu?" tanya Alena lagi yanh semakin membuat Richard penasaran.
Bukan masalah gelangnya, tapi gadis yang menolongnya dulu dan dia mengetahui kejadian kebakaran itu. Jika gelang itu milik Alena semua, berarti Alena tahu tentang kebakaran itu. Pikir Richard.
"Berarti lo tahu kejadian kebakaran pabrik sepuluh tahun silam?" tanya Richard.
"Kebakaran? Sepuluh tahun lalu?" tanya Alena bingung.
Richard menarik nafas panjang, dia bingung menjelaskan pada Alena kejadian waktu itu.
"Lo ngga ingat kalau sepuluh tahun lalu ada kejadian kebakaran pabrik? Dan lo tahu, gelang yang gue pakai dan yang lo pakai itu pemilik gelang yang pernah menolong gue waktu kebakaran itu. Lo masih ngga ingat?" tanya Richard memastikan kalau Alena mungkin lupa.
Dan Alena berpikir keras, dia benar-benar tidak tahu apa yang di katakan Richard padanya.
"Gue ngga ingat, dan gue juga ngga tahu tentang kebakaran yang lo maksud itu. Yang gue pakai ini memang gelang gue dari almarhum papa gue." jawab Alena masih bingung karena Richard terus saja bicara mengenai kebakaran.
"Ya udah, gue ke kelas dulu." ucap Richard akhirnya menyerah.
Mungkin memang bukan Alena orang yang menolongnya dulu, tapi kenapa Alena mempunyai gelang yang sama dengannya? pikir Richard.
"Eh, tunggu lo kenapa sih pertanyaannya tadi aneh banget. Ada apa sih?" tanya Alena mengejar Richard yang pergi meninggalkannya.
"Lo ngga perlu tahu, gue masih ada urusan lain." jawab Richard.
Dia terus melangkah meninggalkan Alena yang masih bingung dan heran.
Richard menyimpulkan kalau memang Alisa yang menolongnya pada waktu kejadian sepuluh tahun silam. Dia akan mencari Alisa dan menanyakannya kembali tentang peristiwa itu.
_
_
_
************************
Jangan lupa like komennya untuk mendukung author yaa.. Masukkan ke dalam favorit rak buku kaka..😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Rozh
semoga aja gak telat sih, pas kamu dah sadar Richard. tapi Alyssa udah gak bisa kegapai lagi, karena terlanjur kecewa sama kamu. xixixii
2022-04-22
3
Zully
like udah komen udah .😀
2022-03-25
1
Nur Aeni
bukan alena richard
2022-03-25
0