Sepulang dari kampus, Alisa langsung masuk ke dalam kamarnya. Kebetulan Alena dan ibu Rosi tidak ada di rumah, mereka sedang ada pertemuan keluarga di tempat hotel berbintang.
Dan seperti biasa, Alisa tidak pernah di ajak oleh ibunya Ibu Rosi malu mengajak Alisa bertemu dengan keluarga besarnya karena Alisa jelek dan cacat, berbanding terbalik dengan Alena yang cantik dan selalu melakukan perawatan kecantikan.
Alisa sendiri tidak mempermasalahkan ibunya tidak pernah membawanya ke pertemuan keluarga, jika dia ikut makan akan banyak pertanyaan dan ada juga saudara ibunya itu mengoloknya.
Dia terbaring di ranjang kecilnya, menatap langit-langit kamarnya yang sempit dan agak pengap.
Tiba-tiba hatinya sangat merindukan ayahnya yang sudah tujuh tahun meninggal. Dia pun terisak, menelungkupkan tubuhnya dan pundaknya bergetar kencang.
Isak tangisnya semakin kencang, rasa sedih dan terasa lelah. Semenjak ayahnya meninggal, Alisa semakin tersisihkan dan juga seperti anak tiri bagi ibu Rosi.
"Papa, aku harus bagaimana? Rasanya lelah sekali menghadapi hidup ini, hik hik hik." keluh Alisa dalam tangisannya.
Alisa masih menangis dalam kesendiriannya, sampai dia tertidur di ranjangnnya hingga sore hari. Suara gedoran pintu kamar Alisa membuat gadis itu terlonjak kaget dan langsung duduk di tepi ranjangnya. Mengucek matanya karena masih mengantuk, dia usap wajahnya agar tidak terlihat tidak kusut sehabis tidur.
"Alisaaa!!!" teriak ibu Rosi.
Alisa beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya. Dia melihat ibu Rosi sedang berkacak pinggang menatap tajam padanya.
"Bagus ya, kamu enak-enakan tidur. Cepat kamu bereskan rumah ini!" teriak ibu Rosi memerintah pada Alisa.
"Iya ma." jawab Alisa singkat.
"Awas kamu, kalau tidak sampai di lantai atas juga." ancam ibu Rosi.
"Iya ma." masih dengan jawaban singkat.
Alisa sudah biasa, bahkan sudah bosan selalu di ancam atau di perlakukan tidak adil antara dirinya dan Alena. Jadi dia malas berdebat kali ini, dan memang jalan satu-satunya dia akan pergi dari rumah ini. Hanya belum tahu alasannya bagaimana agar dia keluar dari rumah ibunya itu.
Tawaran Raya untuk bekerja di rumahnya, cukup menarik juga. Tapi setidaknya dia harus punya alasan untuk ibunya, karena Alena sendiri sudah mengusirnya lebih dulu.
Ada rasa kasihan di hati Alisa jika meninggalkan ibunya, namun dia juga tidak mau terus menerus di perlakukan tidak adil oleh kedua orang itu.
Kini Alisa memberskan semua rumah seperti biasa. Meski ada pembantu, tapi pembantu itu hanya membantu, bukan di suruh bekerja. Yang bekerja justru dirinya.
Alisa menghela nafas panjang, semakin hari di pikirkan semakin lelah rasanya. Namun demikian dia masih ada di rumah itu._
Alena kini sedang menunggu Richard di depan pintu gerbang. Dia akan bicara pada Richard tentang Alisa, jika Alisa itu gadis yang tidak tahu di untung, pikirnya.
Dan benar saja, Richard keluar dengan mobil mahalnya yang terbuka kap mobilnya. Alena berdiri di depan mobil yang mau lewat.
"Alena, lagi ngapain kamu di situ?!" teriak Richard pada Alena.
Terpaksa mobil Richard berhenti karena ulah Alena. Dan Alena pun maju mendekat pada Richard, dia tersenyum semanis mungkin. Agar Richard tertarik padanya.
"Mau apa kamu?" tanya Richard ketus.
"Hei, kamu jangan bentak aku dong. Aku hanya mau menyapamu aja, lagi pula aku itu kakaknya Alisa." kata Alena dengan pelan agar Richard tidak ketus lagi padanya.
"Urusannya apa lo kakaknya Alisa?" tanya Richard masih ketus.
"Ya, aku tahu kamu sering lihatin Alisa karena dia telah berubah." jawab Alena.
Meski dia kesal juga, namun dia akan menarik perhatian Richard dan membuat Richard tidak lagi memperhatikan Alisa.
"Kenapa memangnya? Apa urusan lo sama gue lihatin adik lo itu?" tanya Richard lagi.
"Emm, lo penasaan juga ya. Kalau begitu ajak gue makan siang hari ini di restoran. Bagaimana?" tanya Alena.
Dia sendiri sedang menyusun rencana agar Richard termakan hasutannya tentang Alisa. Saat ini dia terus berputar otaknya.
Richard diam, tidak ada salahnya dia mendengar ucapan Alena. Senyumnya mengembang sinis.
"Oke, lo boleh naik ke mobil gue." kata Richard membuka kunci pintu mobil.
Alena senang, dia lalu membuka pintunya dan masuk. Duduk di samping Richard dengan senang hati. Wajahnya ceria sekali, namun Richard sepertinya tidak sabar Alena cerita tentang Alisa.
"Apa yang lo mau katakan?" tanya Richard.
Sebenarnya dia juga tidak terlalu peduli dengan Alisa, hanya kadang dia suka sekali melihat Alisa yang sekarang. Lebih berani dan wajahnya juga berubah jadi cantik, meski dia mengakui Alisa sebenarnya cantik alami.
"Lo sabar dong, kita makan dulu di restoran. Gue lapar pengen makan." jawab Alena semakin mempermainkan Richard.
Richard mendengus kesal, mau tidak mau dia menuruti ucapan Alena. Dia melajukan mobilnya dengan cepat menuju restoran, dia juga menghubungi asistennya Jo untuk menunda rencana bertemu klien hari ini.
Tentu saja Alena sangat senang, dalam pikirannya dia akan membuat Richard semakin benci pada Alisa. Pikiran itu terlalu jauh, namun dia akan bertindak lebih dulu sebelum Richard melabuhkan hatinya pada Alisa.
Karena Alena tahu, semakin hari Alisa sepertinya semakin cantik. Dan itu membuat Alena kesal pada adik kembarnya itu.
Seperempat jam Richard mengendarai mobil, dia tidak ingin terlalu jauh untuk makan siang dengan Alena. Karena waktunya hanya cukup sampai jam dua saja.
Keduanya pun turun dari mobil, Alena berjalan beriringan dengan Richard. Ada sedikit bangga dia berjalan dengan Richard, karena laki-laki dingin itu sepertinya sangat angkuh dan susah di dekati.
Dan kini Alena masuk ke sebuah restoran dengan Richard, meski tujuannya berbeda.
Lalu, seketika Alena mendapatkan ide untuk menjatuhkan Alisa di depan Richard. Dia tersenyum senang, idenya sepertinya akan termakan oleh Richard.
Richard mencari tempat duduk, dia menarik kursinya sendiri tanpa membantu menarik kursi Alena. Seperti di film-film romantis, kursi perempuan di tarik untuk di duduki oleh pasangannya. Tapi Richard tidak, dia berpikir siapa Alena.
Pelayan datang, dia memberikan katalog menu di restoran tersebut dan menjelaskan beberapa menu favorit pengunjung dan best sellernya menu apa.
Alena langsung memilih makanan yang jadi best seller di restoran itu, tapi Richard malah tersenyum sinis pada Alena. Alena sendiri tidak peduli, yang penting makanannya di bayar oleh Richard.
"Sekarang katakan apa yang lo tahu dari Alisa. Meski pun gue tidak peduli juga dengan gadis itu." kata Richard.
"Gue tahu dari mana Alisa bisa cantik seperti itu. Dan tentu saja dia jadi simpanan om-om di hotel. Agar apa? Agar dia bisa pergi ke salon dan mendapatkan kemewahan seperti teman-teman lainnya. Dia itu gadis jelek, mana bisa dia berubah jika mendapatkan uang untuk perawatan wajah serta baju mahal dengan menjual diri sama om-om di hotel." kata Alena dengan antusias.
Dia yakin Richard percaya dengan ucapannya, tapi khawatir juga karena Richard sepertinya hanya diam saja menanggapi ucapan Alena.
"Dia adik lo, lo tega memfitnah saudara lo sendiri?"
"Kalau dia berbuat tidak baik, untuk apa gue menagkui dia sebagai saudara gue. Dia itu menjual dirinya untuk mendapatkan uang agar bisa pergi ke salon setiap minggunya. Terserah lo percaya apa tidak, yang jelas gue udah ngomong sama lo. Yang tahu dia seperti itu tentu saja keluarganya, dan keluarganya itu gue." ucap Alena kesal.
Kenapa Richard sepertinya tidak percaya. Tapi di luar dugaan, ternyata diamnya Richard ternyata ucapan Alena itu masuk juga di pikiran Richard. Dia diam sejenak, namun menundukkan wajahnya. Ada rasa kesal juga. Namun untuk apa juga dia kesal, siapa Alisa baginya?
_
_
********************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Rozh
parah si Alena.. kok bisa saudara kbar begitu ya
2022-04-20
1
Dulmin
jahatnya alena
2022-03-25
1
Zully
payah nih richard
2022-03-21
0