Gadis Pemimpi
Bugh!!!
Sebuah bola basket memantul pas di kepalanya dengan keras. Semua orang menarik nafas seiring teriakan para penonton, tak terkecuali para pemain basket yang sedang berlatih di pagi menjelang siang yang cukup terik.
Mereka sedang giat-giatnya berlatih untuk persiapan menghadapi pertandingan persahabatan antar SMA se kabupaten tahun itu.
Oh no!
Dan...Booommm!!!
Menit berikutnya disusul oleh seonggok tubuh yang jatuh menghantam lantai dengan suara keras. Getarannya sampai memenuhi lapangan 28 X 15 M itu.Tanpa aba-aba semuanya menuju TKP, Tempat Kejadian Perkara.
"Ternyata si Giant, si karung goni," bisik Miska kepada teman di sampingnya.
“Uhhh Kasihan, pasti sakit sekali," lanjutnya lagi sambil mengangkat bahunya dengan senyum devil tak lepas dari bibirnya yang tipis.
Reno sang kapten, berusaha mengangkat tubuh Giant, tapi badan dan kekuatannya rasanya tak seimbang.
"Hayo , kita angkat sama-sama ke ruang UKS, sepertinya dia pingsan," ajak Reno pada temannya yang lain. Sekitar empat sampai lima orang mulai menggotong tubuh bak raksasa itu ke ruang UKS.
Ibu Rachmah, guru yang bertanggung jawab akan kesehatan siswa-siswi di SMA Harapan Jaya segera memberikan pertolongan pertama. Ia menggosokkan minyak kayu putih ke hidung Giant agar segera siuman. Tapi sebelumnya semua siswa yang ikut masuk ke ruangan diperintahkan agar segera kembali ke kelas masing-masing.
Reno masih bergeming. Ia masih bertahan di ruangan itu, wajahnya tampak cemas. Ia lah yang menyebabkan si Giant celaka. Akhir-akhir ini ia sering tidak fokus. Dan karena kesalahannya ini bisa saja menelan korban.
"Kamu bisa kembali ke kelasmu Reno, sepertinya keadaannya sudah membaik. Dia sudah siuman. Dan sebentar lagi pasti akan baik-baik saja." Reno pun bernafas lega, Ia segera beranjak ke kelasnya sambil tak lupa mengintip lewat tirai ruangan tindakan.
🍁🍁🍁🍁🍁
Tidak ada yang mengenalnya sebagai Vita Maharani. Ia hanya dikenal sebagai si Giant (raksasa). Usianya 17 tahun, tingginya 175 cm. Beratnya 90 kg. Hobinya makan dan tidur.
Dia mengidap Bulimia Nervosa (gangguan makan berlebih) karena masalah emosional.
Sejak ia dilahirkan tujuh belas tahun silam, ibunya sangat khawatir akan perkembangan fisiknya. Setiap bulan sang Ibu membawanya secara rutin ke Posyandu tetapi berat badannya tak pernah mengalami perubahan, hanya tinggi badan saja yang melaju pesat. Sehingga penampakannya menjadi begitu aneh.
Kulitnya kering bagai tak mengandung cairan. Ia dicap sebagai balita busung lapar dan gizi buruk mungkin karena kondisi tubuh dan ekonominya yang menjadi pendukung utama atas statemen itu. Dan semua orang percaya akan hal itu.
Vita kecil tak berselera minum susu, hanya mau bubur saring yang dimasukkan ke dalam botol susu.
Padahal dari pihak Puskesmas selalu rutin mengantarkan biskuit dan susu setiap bulannya, karena dia tercatat sebagai balita yang memiliki riwayat gizi buruk. Tetapi susu dan biskuit itu hanya jadi obyek dokumentasi semata, Vita tak pernah berselera meminum maupun memakannya.
Giliran kakaknya, Gita yang paling doyan menghabiskannya. Sehingga penampilan Gita berbanding terbalik dengannya sendiri.
Berbagai macam cara dilakukan sang ibu untuk bayi tercinta, menemui sanro atau dukun bayi di desanya sudah sering dia lakukan. Tapi hasilnya nihil. Sampai Vita berumur 10 tahun barulah dia mulai makan nasi dan lauk seadanya. Berkat untaian harapan dan uraian air mata sang ibu di setiap sujudnya dengan khusuk, memohon kepada sang penguasa kehidupan agar putrinya bisa makan.
Berlarut-larut Ibunya dalam kesedihan. Badan putri keduanya yang tinggi menjulang dengan berat badan yang kurang alias kurus malah membuatnya dapat julukan tengkorak hidup.
Berhari-hari dia mengurung diri di kamar dan tak mau sekolah. Sampai ibu berhasil membujuknya dengan memperlihatkan gambar orang-orangan sawah yang punya tubuh kurus melambai-lambai.
”Mereka juga bisa berguna walaupun kurus, nak.” ujar ibu pada suatu waktu.
Munajat penuh pengharapan Ibu terkabul. Kondisinya pun berubah perlahan-lahan. Vita kecil pun mulai makan nasi sebagai makanan pokok orang Indonesia dan hidup normal seperti anak lainnya.
Kekuatan doa itu sungguh dahsyat. Makan dan tidur akhirnya menjadi hobinya sehingga Badannya berangsur membaik, beratnya semakin bertambah diiringi tinggi badan yang kian menjulang.
Dan sekarang ketika nafsu makannya meningkat, tubuhnya malah jadi tambun bagai raksasa. Tumbuh besar dimana-mana. Dia jadi rendah diri, sepanjang hidupnya hanya cibiran dan celaan yang dia terima. Hatinya sangat sedih.
Sungguh dia tak mau bertemu dengan dunia luar. Karena dunianya hanya kakak dan kedua orang tuanya.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sempat mogok ke sekolah selama beberapa hari, Hari ini Vita berangkat dengan semangat empat lima. Senyum terkembang menghiasi pipinya yang kelewat chubby.
"Pendidikan itu penting sayang,” ujar ibu sambil membelai rambutnya. ”Terlepas mau jadi apa kamu kelak di masa depan, belajarlah terus. Cukuplah orang tuamu yang miskin ilmu dan harta."
Nasehat ibu terngiang-ngiang di telinganya sebagai mood boosternya selain sekantong besar bekal yang dibawanya pagi ini. Vita tersenyum bangga punya orang tua yang sayang padanya.
Kakinya ia seret ke bagian administrasi sekolah. Ia ingin mendaftarkan diri di kegiatan ekskul. Setidaknya ia bisa membuat tahun-tahunnya di sekolah ini lebih berwarna, begitu pikirnya.
Bisik-bisik siswa disampingnya membuatnya tidak berkonsentrasi mengisi formulir.
"Lihat! dia kidal!" seorang siswa menunjuk dengan dagunya.
"Memangnya kenapa kalau kidal?" tanya temannya bingung.
"Nenek aku kata, jangan berteman dengan orang kidal, hidupmu tidak akan bahagia. Soalnya dia itu 'kan jorok. Semuanya dia lakukan pakai tangan kiri ihhhh." sambungnya bergidik jijik.
“Dan lihatlah, tulisannya saja seperti cakar ayam."
Seketika kupingnya panas mendengar gibahan orang-orang ini. Ia merobek kertas formulirnya kemudian berlari menjauh. Tangannya mengusap kasar air matanya yang tak berhenti mengalir.
🍁🍁🍁🍁🍁
Vita masuk ke kelas dengan tergopoh-gopoh, kali ini ia terlambat karena angkot ayahnya agak lama menunggu dan mengantar penumpang. Karena begitu panik, ia jadi tidak melihat kalau Reno sang ketua kelas jaim (menurut versinya) sedang berdiri di depan pintu. Kebetulan guru yang mengajar pun belum datang. Reno yang ditabrak oleh truk container gandeng langsung terhempas ke samping.
"Eh, maaf." ujar Vita merasa bersalah. Reno hanya tersenyum dan kembali duduk di tempatnya tanpa menjawab. Miska yang melihat kejadian itu langsung mendekati perempuan itu.
"Eh, Giant... Jalan itu pake mata jangan pake bamper aja," sindirnya tajam.
“Makanmu segentong ya?, orang yang biasanya banyak makan itu B-O-D-O-H!"
"Heran ya, kok bisa sih kamu lulus dan keterima di sekolah ini. Secara kan kamu itu gak level ma kita-kita, iya gak?"
Teman yang lain bersorak setuju.
Vita hanya diam dan langsung duduk di kursinya. Dia tak mau meladeni Miska karena tak mau menambah runyam hidupnya.
Lagian kok ya benci banget Miska sama aku, pikirnya dalam hati.
Dia tak mau cari musuh, cukup datang, duduk, diam, dan pulang. Berharap waktu tiga tahun ini segera berlalu. Mengenai kegiatan ekskul, sepertinya ia akan ikut ayahnya menarik angkot saja. Jadi asisten atau kernet. Lumayan langsung kerja.
---Bersambung---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Rahyuni Sakarang
Yeeay..seruuu
2022-08-31
0
Palma077
siapa bilang org banyak makan itu Bodoh? kamu salah besar guys
2022-07-08
1
Fadlan
dikenal dgn nama Giant si karung goni pdhaL namanya tawwa cantik... VITA
2022-07-06
3