Tampan, itulah kesan pertama yang Vita rasakan.
“Love at the first sight.” bisiknya dalam hati.
”Inikah yang dinamakan cinta pertama?” kembali ia meyakinkan dirinya atas apa yang terjadi pada hatinya kini. Pria tampan itu juga sedang memandangnya takjub. Dadanya berdesir hebat ketika senyum itu tersungging. Bibirnya tebal dan agak merah, menariknya bagai magnet. Membayangkan bibir pria itu beradu dengan bibirnya, rasanya pasti manis dan nikmat. Dan tatapannya, terasa bagaikan belati tajam menikam langsung ke dalam jantungnya dan hmm...bikin meleleh luruh tak berbentuk. Seluruh tubuhnya seakan berubah menjadi jelly.
“Ehem” Vita berusaha menetralisir kegugupannya. Senyum malu-malu pun ditampilkannya, ia berusaha menenangkan diri dengan memutar pandangannya mencari obyek lain agar tatapan mereka tidak beradu. Sungguh tak kuat bertatapan lama dengan pria pencuri hatinya. Pipinya semakin memanas tatkala pria itu semakin dekat dan membuatnya mengikis jarak diantara mereka.
Tubuh mereka menempel. Hembusan nafas mereka serasa beradu di udara. Dengan perlahan tangan kekar sang pria meraih pinggangnya ke dalam rengkuhan. Bibir tebal dan merah itu mengecup lembut pucuk kepalanya. Bak terkena sengatan lebah, tubuhnya merinding, ribuan kupu-kupu menggelitiki perutnya, terasa indah.
“Kamu tak pernah keramas ya?” bisik sang pria lembut di telinganya.
Gubrak!!!
Ribuan kupu-kupu itu tiba-tiba terbang menyisakan dirinya yang gosong terkena petir yang begitu hebat. Hujan pun turun dengan derasnya bagaikan alam sedang murka. Tubuhnya menggigil dingin tak terkira. Ia mencari-cari sosok pangeran impian yang kini meninggalkannya sendiri. Air mata dan air hujan bersatu membanjiri pipinya. Sakit, bahkan ingus pun ikut menyumbang andil menambah penderitaannya. Dia ingin berlari tapi kakinya bagai terpatri di tanah tempatnya berpijak. Kepalanya menggeleng tak rela.
"Vit, Vita..." Kali ini bahunya ikut bergetar bahkan berguncang, matanya masih mencari sang pangeran tampan yang semakin menjauh, tangannya berusaha menggapai. hanya punggung lebarnya saja yang nampak kini.
Byuur...
Dan...
“Awwww” kali ini teriakannya melengking. buru-buru ia bangun dan langsung melompat kaget. Ranjang kecilnya ikut berderit. Selimut dan bantalnya sudah basah
"Ibu, " rengeknya saat melihat ibunya dengan gayung di tangan
"Kamu mimpi basah ya, ayo cepetan mandi lalu sholat"
"Ibu mengganggu mimpiku...”
“Sedikit lagi Bu..."
“Pangeran itu akan menciumiku." tangannya mengucek wajahnya yg sudah basah kuyup, kemudian ia lanjut berbaring berharap sang pangeran kembali dan melanjutkan kegiatan indah yang sempat tertunda.
Melihat itu ibu tidak tinggal diam, kembali ia siram kepala Vita agar segera bangun dan sadar.
"Apaan sih Bu, Vita gak rela." Vita memberenggut kesal sambil menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
"Ini sudah siang nak, dari tadi dibangunin juga, sana cepetan mandi!”
“Jangan-jangan itu celana ikutan basah kali." gerutu ibunya sambil menjewer telinga putrinya.
“Terang aja basah bu, kan kena air” Vita memanyunkan bibirnya yang sudah tenggelam oleh pipinya yang montok. Dengan terpaksa Vita bangun menuju kamar mandi sambil menghentakkan kakinya keras-keras.
“Jangan lupa keramas!” teriak ibunya dari balik pintu kamar mandi
🍁🍁🍁🍁🍁
"Vita Maharani!" Tegur ibu Suriya, guru Seni Budaya yang melihatnya dalam mode khayal maksimal. Dari tadi tersenyum tidak jelas dengan mata mengerjap-ngerjap bagai ikan lohan kehabisan air. Pandangan matanya menerawang jauh seakan menembus dinding kelas.
"Eh, iya, ada apa?" Setelah timpukan mistar di bahunya barulah dia sadar. Satu ruangan menatapnya lucu, semua menahan tawa. Tak terkecuali ibu Suriya dan ketua kelas jaim di depannya.
"Kalo masih mau tidur gak usah ke Sekolah kali, mimpi kok di siang bolong." celetuk si pembuat onar siapa lagi kalau bukan Miska.
“Kamu mimpi mesum ya?” Miska masih menyudutkannya
‘Wajahmu merah tuh.” tunjuknya dengan jari. Vita reflek meraba wajahnya yang memanas.
“Ngences pula, buahahhaha” kembali Vita mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.
Tanpa aba-aba seluruh ruangan kembali bergemuruh dengan suara tawa. Ada yang sampai memukul meja. Suasana kelas semakin gaduh. Duh malunya, Ibu Suriya berusaha menenangkan kelas. Tapi Miska merasa di atas angin. Tak peduli tatapan mata ibu Suriya yang seakan ingin menelannya hidup-hidup.
"Mimpi itu jangan terlalu tinggi entar kalo jatuh bisa nyungsep tuh." celetuk yang lain tak mau kalah. Semakin banyak suara-suara tak jelas mampir di kupingnya.
Ingin rasanya ia keluar dari kelas ini. Dengan menahan malu ia hanya tertunduk. Andai tak sayang orang tuanya yang sudah rela dan ikhlas membiayai pendidikannya. Ia sudah ingin berhenti sekolah. Matanya menatap kesana kemari meminta pertolongan. Kebiasaan buruk seperti ini sepertinya dihukumi sebagai kenakalan dan keisengan remaja biasa.
“Untuk apa aku ke sekolah?” tanyanya dalam hati.
“Aaaaa.” tangisnya mulai pecah. Hanya sesak yang ia rasakan. Air matanya menetes. Mimpinya hanya akan jadi mimpi yang tergantung di langit. Tak ada teman yang peduli. Mungkinkah karena ia seorang gadis miskin dan juga tak menarik. Bahkan kesalahan kecil saja dia sudah dibulli mati-matian. Itulah mengapa dia malas berteman, tidak ada yang tulus di sini. Semuanya punya motif. Vita menutup mukanya dengan telapak tangannya, berharap bel pulang segera berbunyi agar ia cepat kembali ke rumah. Karena temannya hanyalah ayah dan ibunya. Yang mengerti dirinya, mencintainya tanpa alasan.
🍁🍁🍁🍁🍁
Jam pulang pun akhirnya berbunyi, buru-buru Vita menuju gerbang sekolah menunggui ayahnya yang akan menjemput. Ia berjalan menunduk dan tak sengaja matanya melihat beberapa hasil cetakan gambar dirinya yang sedang makan di belakang gedung aula. Perlahan ia meraih gambar-gambar itu. Otak kecilnya berusaha mencerna apa yang ia saksikan sendiri,
“Si Giant diam-diam makan bangkai Gajah, pantas dia jadi sebesar Gajah.” begitu isi caption dibawah gambar itu. Ia meremas kertas-kertas itu menjadi sangat kecil. Kakinya melangkah menuju tempat sampah berniat membuang sampah ditangannya, tiba-tiba seseorang yang sangat ia kenali berdiri dengan angkuh menahan langkahnya,
“Kenapa dibuang?" tanyanya dengan ekspresi menyebalkan. Vita menulikan kupingnya.
“Bawa pulang aja biar orang tua mu juga tau kalo kamu tuh makan bangkai!” seakan dirinya tersengat listrik ribuan volt. Dengan cepat Vita menarik kerah baju Miska hingga membuat gadis itu merasa tercekik. Badannya yang mungil terangkat keatas. Vita sudah tidak bisa menahan emosinya. Matanya merah karena marah dan air mata. Tangannya yang kiri sudah mengepal kuat.
“Hei, lepaskan aku Bodoh!” Teriak Miska yang sudah tak punya tenaga. Sekelebat bayangan senyum teduh Ibu terbayang. Perlahan mengantarkan kesejukan dalam kemarahannya. Vita menurunkan tubuh Miska,
“Apa salahku?”
“Kenapa kamu suka sekali menggangguku?” Tanya Vita sesenggukan.
“Karena aku tidak suka dan sangat membencimu!” teriak Miska
“Kamu jelek tapi Reno suka padamu."
“Aku benci kamu sampai ke tulang-tulang ku” Miska berlari meninggalkan Vita yang terbengong sendiri.
Hellow!
Vita menepuk pipinya keras, berusaha menyadarkan dirinya sendiri.
“Apa benar ada yang punya perhatian padaku?” bisiknya dalam hati.
“Reno yang jaim itu suka padaku?” masih merasa tidak percaya atas perkataan Miska. Ia memindai tubuh tambunnya sendiri. Meraba wajahnya dengan telapak tangan besarnya, merasai bahwa hanya kumpulan daging pipi disana. Tak ada lekukan yang menandakan kalau itu sebuah wajah. Hidungnya yang mungil jadi tenggelam.
Tiba-tiba senyum aneh menghiasi bibirnya. Sebuah semangat baru terngiang di penjuru hatinya.
“Aku harus berubah!” tekadnya dalam hati. Tangannya mengepal di udara.
“Semangat!” teriaknya sambil melangkah pulang.
---Bersambung---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Oka Luthfia
aku dulu waktu sma juga punya teman macam vita ini ,tapi orangnya pd jadi gg di bully malah temennya banyak
2022-07-25
2
Mila
ingus pun ikut menyumbang... ngakak di bagian ini
2022-07-14
2
Palma077
besarki kepalanya Vita dengar Miska bilang Reno suka ama Vita... smangat Vita, ternyata ada tonji yg diam diam suka ama kamu
2022-07-09
1