Gala mendorong pintu bercat putih itu pelan, berharap tidak ada suara yang bisa mengganggu istirahat pasien di dalamnya. Bola matanya bergerak mencari sosok yang sedang terbaring lemah dipenuhi begitu banyak kabel-kabel penunjang kehidupan. Hatinya menjerit sedih, memohon kesembuhan untuk mama tercinta, tanpa sadar air matanya meleleh. Menggosokkan kedua telapak tangannya agar suhu dingin di ruangan ICU ini tidak membekukan tubuhnya. Melangkahkan kaki mendekat kemudian mengelus lembut tangan sang mama,
" Cepat sembuh ma...”
“Aku akan mengabulkan semua keinginanmu" Gumamnya sambil mengecup tangan mamanya yang bebas dari jarum infus.
Bisikan do'a terus memenuhi ruang hatinya yang nyeri, sebagai penghiburan untuknya melihat kondisi mama tercinta. Dia masih bertahan tak sadarkan diri setelah beberapa tindakan yg sudah dokter lakukan. Harapan kesembuhan terucap terus bersamaan janji untuk selalu membahagiakan s mama tercinta sampai akhir kehidupannya.
Gala tersentak dari lamunannya merasakan seseorang menyentuh bahunya, dia mendongak melihat ternyata dokter Gery sedang tersenyum padanya.
"Yang sabar ya, kami akan melakukan tindakan terbaik untuk Nyonya Raditya" ucap dokter Gery.
Gala mengangguk dan balas tersenyum,meskipun hatinya sangat sedih kali ini melihat mamanya terbaring lemah dengan alat bantu ditubuhnya.
"Mari pak , kita bicara di ruangan saya" ajak dokter Gery ramah. Gala pun berdiri tapi matanya tak lepas dari tubuh mamanya. Menyeret langkah nya yang serasa lengket dilantai dingin ruangan ICU. Penyesalan tak hentinya mengiringi langkahnya mengikuti dokter Gery. Seharusnya dia sebagai anak bisa menjaga mamanya sepanjang waktu agar kejadian ini tak terjadi. Menarik nafas berat disertai senyum lelah. Dia mendudukkan bokongnya perlahan di depan dokter Gery.
Memperbaiki letak kacamatanya, dokter pun memulai,
"Ada penyempitan pada pembuluh darah jantung Nyonya Radithya”
“Saya pikir pasti pak Gala sudah tahu hal ini mengingat begitu seringnya Nyonya masuk dirawat belakangan ini" dokter Gery langsung ke poin tanpa basa-basi. Dia menghela nafas tanpa melepaskan pandangan ke arah Gala,
“Saya harap tindakan pencegahan serangan jantung berikutnya sudah anda fahami,"
Gala tertunduk lesu, dia tak pernah tahu kalau mamanya mengidap penyakit jantung koroner. Hubungannya yang rumit dengan mama akhir-akhir ini membuatnya semakin jauh, bahkan tak mengetahui kalau mama mengidap penyakit yang sangat berbahaya ini. penyakit ini bukanlah penyakit jantung bawaan, gaya hidup mama yang kurang sehat setelah meninggalnya Papa, mungkin salah satu pemicu sakitnya ini. termasuk kesedihan yang mendalam akibat ditinggalkan oleh abangnya.
" Kemungkinan besar untuk membantu Nyonya agar bertahan adalah dengan memasang ring pada jantungnya" lamunan nya kembali terjeda oleh kata-kata dokter Gery.
"Lakukan yang terbaik dokter" ucapnya parau, tak terasa air mata menitik kembali, sungguh dia kehilangan keangkuhannya kini. Yang penting mamanya sembuh apa pun akan dia lakukan.
"Baiklah, kami akan usahakan yang terbaik ,tapi kita tunggu kondisi Nyonya Raditya dahulu, sampai keadaannya membaik baru kita pasang ring nya"
" Okey pak Gala, saya masih ada pasien, saya kira cukup untuk hari ini” Dokter Gery berdiri dari duduknya melangkah keluar yang diikuti oleh Gala
"Terima kasih dokter"
Mereka pun berpisah dilorong rumah sakit yang cukup sepi.
Gala melanjutkan langkahnya menengok mamanya kemudian bergegas ke kantor.
🍁🍁🍁🍁🍁
Vita menatap bayangan Baby Rama di cermin besar di samping tempat tidurnya. Tergolek tenang dengan dengkuran halus pertanda tidurnya nyenyak setelah minum sebotol susu.
Sepulang dari IndoMay ibu kost menjemputnya di halaman depan sambil menggendong baby Rama yang masih rewel.
"Dari tadi Rama nangis terus, Vit..." Keluh ibu kost sambil menyerahkan gendongannya ke Vita dan kini bergantian mengambil kresek ditangan Vita.
" Kamu bawa susunya kan?"
“Sepertinya dia lapar, ibu cari di kamarmu tapi tidak menemukan susu walau se sendok" ibu kost terus bicara tapi tidak disahuti Vita.
Dia hanya sibuk menepuk-nepuk pantat baby Rama.
" Ibu bikinkan susu yah" tawarnya lagi karena dari tadi Vita hanya diam.
" Iya ,Bu terima kasih"
Kembali dia memandang tubuhnya sendiri dalam pantulan cermin. Tarikan nafas lelah kembali dia lakukan.Dia meraba seluruh permukaan wajahnya, lalu turun ke leher dan berhenti di dadanya,
Terngiang kembali ucapan mbak Rani, tetangga kamarnya yang tadi ditemuinya untuk menebus HP nya yang sempat tergadai karena kebutuhan sehari-hari nya bersama Baby Rama.
"Mba, aku mau nebus HP" ucapnya setelah pintu kamar yang diketuknya terbuka. Mbak Reni merasa terganggu karena waktu istirahatnya yang sedikit terjeda langsung memasang muka cemberut.
" Oh, udah punya uang?”
“ Kamu gak gadaikan tubuhmu kan untuk mendapatkan hp butut begini" cibirnya tajam.
Vita yang tak pernah kepikiran akan hal seperti itu kaget dan nyeri bersamaan
" Ngak, mba..." Gelengnya cepat
" Halah, ngomong aja...dapat uang darimana kamu”
“Mending kamu pake untuk makan...”
“ gak usah pake HP!" Mbak Reni nyerocos serasa tak pakai rem.
" Saya mau cari kerja mba, mungkin kalau ada HP bisa lebih mudah"
" Ini..." Menyodorkan hp dengan wajah tak rela, padahal kan uangnya kembali. Setelah itu menutup pintu dengan keras pas di depan hidung Vita.
Uang yang dia dapat hari ini bagaikan menggadaikan tubuhnya.Seketika dia merinding. Memohon ampun agar kesalahannya ini tidak memberatkan hisab kedua orang tuanya di alam sana. Tapi tiba-tiba tanpa sadar dia tersenyum,
“Anggap hari ini hari keberuntungan ku, anggap saja aku dapat modal tanpa bunga, yah semoga saat bertemu pria baik dan sombong itu aku bisa membayar ini semua”
" Vit, ko' melamun?” tanya Bu Dewi sang ibu kost
" Ini Bu, mau bayar uang kost yang sudah lewat" jawabnya
" Sudah punya uang kamu?"
" Iya Bu, ada teman yang ngasih pinjam" Vita mengernyit dengan jawabannya sendiri. Bohong, sekali berbohong akan muncul kebohongan berikutnya.
" Kamu bisa cari kerja Vit, biar Rama ibu yang jaga" Ujar Bu Dewi memberi saran. Sejak dia ngekost di tempat ini Bu Dewi sudah dianggap orangtuanya sendiri. 3 bulan setelah kepergian Gita dan mas Tama selama-lamanya, dia pindah kost di rumah ini. meninggalkan rumah kontrakannya yang lama.
Vita seperti terkena syndrome baby blues. Terjadi gangguan pada suasana hatinya seolah-olah dialah yang telah melahirkan Rama. Dia kerap merasa tertekan dengan apa yang terjadi. Dia terkadang tidak bisa menerima keadaan buruk ini. bayi yang masih sangat muda tiba-tiba harus menyandang status yatim piatu. Usia yang masih sangat haus kasih sayang penuh dari papa mamanya.
Berjauhan dengan Baby Rama selama satu jam saja, Vita tak sanggup apalagi kalau bekerja yang mungkin waktunya susah diatur, seharian ini dia mencari kerja dan ketika pulang baby Rama sudah sangat rewel membuatnya tidak tega. Dia pun menggeleng lemah.
“kakak... hanya dengan merawat anakmu aku bisa membalas jasamu”
sepeninggal kedua orang tua mereka di kampung, sang kakak mengajak nya tinggal di kota dan bersedia menyekolahkannya sampai jadi sarjana.
” Saya akan membuat kue aja Bu, nanti dititip di kios-kios dekat sini. Takutnya Rama merepotkan ibu" jawabnya setelah lama terdiam.
"Baiklah kalau itu maumu, ibu akan dukung" senyum ibu kost menambah semangatnya kini. Dia harus melanjutkan usaha kakaknya.
Berdiri dengan semangat sambil menggendong Baby Rama,
" Saya pamit Bu mau ke kamar dulu, mau cari resep kue yang enak" kali ini senyumnya secerah mentari.
Setelah menemukan kumpulan resep kak Gita, dia pun bergegas ke toko bahan kue dekat tempat kostnya,tentunya setelah baby Rama tidur dengan nyenyak.
Pulang dengan membawa begitu banyak bahan ditangan, dia segera ke dapur untuk membuat kue cantik manis yang biasa dibuat Kak Gita. Mengobati rindunya pada bundanya Rama, dia dengan penuh semangat membuat kuenya. Setelah satu jam berkutat di dapur. Dia menata kuenya dan membagikan ke semua penghuni kamar kost yang rata-rata diisi oleh perantau sepertinya.
Hmmm, tarikan nafas lega dengan senyum mengembang menandakan kepuasannya. Banyak yang memuji kuenya, selain karena gratis rasanya juga enak.
Malam ini dia akan membuat macam-macam kue dan akan menitipkannya di toko kue tadi yang dia kunjungi, sebab sebelum pulang, vita sempat minta izin kepada pemilik toko untuk menitipkan berbagai macam kue-kue manis di toko tersebut.
Untungnya baby rama tidak rewel, cukup siapkan susu dan mainan maka dia akan main sendiri, Vita menatap Rama dengan tatapan sedih, sekecil ini sudah tidak punya orangtua. Saat-saat kasih sayang orangtua sangat dibutuhkan anak seumur Rama. Canda tawa bunda dan ayahnya. Peluk cium yang mungkin tidak akan sama dengan orang tua kandung.
“hmmm” Vita menarik nafas panjang memberikan dadanya ruang agar rasa sesak ini sedikit berkurang.
Terkadang berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya, kenapa ini semua terjadi padanya, hanya berselang lima tahun , dua pasang nyawa ditarik kembali oleh sang pemilik.
“mama mama mamma”ujar Rama seakan mengerti apa yang dipikirkannya. Direngkuhnya rama dengan sayang sambil mengecupi seluruh wajah Rama yang tembem. Vita menangis,
“Rama sayang, mama akan buat Rama senang terus, jangan cengeng ya kayak mama Vita, hiks...kita akan bahagia sayang hiks...mmmmuaaah,
“Rama jadi anak yang soleh, biar bisa doakan mama sama papa di surga hiks”
“Rama doain Kakek dan nenek juga”
“Rama cepat besar biar bisa jagain mama Vita...hiks”
“mamamamammmamamamam” Rama berceloteh mengaminkan do’anya
“aaaaaaaaaa Rama sayang” dekapannya semakin erat dengan tangis kencang. Rama pun ikutan menangis, mata bening itu mengerjap mengeluarkan air matanya. Mereka berdua menangis sambl berpelukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Salpira Salpira
yg sabar, Gala...
2022-07-18
1
Palma077
Rama Yatim piatu?
2022-07-17
0
Palma077
cepat sembuh Nyonya
2022-07-17
0