Di siang yang cukup terik, matahari terasa pas di atas kepala. Padahal ini sedang musim hujan tetapi ketika panas datang maka panasnya tak terkira . Vita Maharani berlari-lari kecil menghindari cahaya yang serasa membakar kulitnya yang kuning langsat. Sambil komat kamit tak sabar merutuki cuaca hari ini. Dia terus berlari mencari tempat berteduh. Sampai kakinya menyeret langkahnya ke depan sebuah restoran klasik yang dipenuhi banyak bunga-bunga besar yang rindang, berharap dia akan mendapatkan sedikit kesejukan di sana. Tangannya sibuk menyapu peluh dari dahinya.
“Ya Tuhan,panas sekali” keluhnya sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya sendiri. Kemudian merogoh saku celananya, memeriksa apakah masih ada selembar uang biru yang dia simpan selama beberapa hari ini,
“Syukurlah, uangnya masih aman” Dia ingat kalau akan membeli sesuatu hari ini. Tapi tiba-tiba suara berisik dari dalam perutnya menggoyahkan niatnya.
“ Oh no!” perlahan , dia menggelengkan kepalanya keras-keras, sungguh dia tidak ingin membelanjakan uang terakhir yang dia punya.tapi rasa haus dan lapar sungguh tak bisa berkompromi saat ini. Bayangan segelas es Jupe serta semangkuk bakso idolanya terus memanggil bahkan merayu dengan bayangan yang cukup menggoda iman, tak sadar dia menelan salivanya. Bau harum makanan dari dalam restoran terus menggelitiki hidungnya.
“hmmmm” gumamnya tak sadar . tangan kecilnya mengusap lembut perutnya dibawah balutan kaos oblong kebesaran yang dia pakai saat ini.
“awww” teriaknya ketika seseorang menabrak punggungnya dari belakang. Lamunanya seketika ambyar bahkan aroma masakan yang sempat tercium begitu sedap dihidungnya tadi tiba-tiba hilang diterbangkan angin.
Dia masih memegang bahu yang terasa nyeri akibat tabrakan tadi. Terlihat seseorang yang sedang sibuk menelpon melotot dibalik kacamata hitamnya. Dengan terburu-buru pria itu mematikan panggilan telponnya.Sebelum pria itu membuka mulutnya, Vita malah lebih dulu memasang wajah garang dengan bibir yang sudah mengerucut sebal.
“Kalo jalan liat-liat dong, mata sudah empat juga masih gak bisa lihat jalan, Huh’’ teriaknya dengan marah. Walaupun lapar ternyata dia masih punya cukup tenaga menantang pria di depannya.
“Horang kaya memang begitu yah, “ cibirnya lagi masih dengan emosi setinggi gunung semeru.
“Udah nabrak malah gak minta maaf, dasar sombong!” kali ini dia berkacak pinggang dengan dada membusung menantang. Dalam hati sebenarnya dia agak takut juga. Terlihat jelas dari pandangan mata telan*jang bahwa orang yang berada di hadapannya ini adalah orang penting. Penampilannya begitu mewah. Tubuh tegap dengan balutan jas mengkilap mahal. Bahkan kacamatanya saja mungkin sama harganya dengan sewa kontrakannya setahun. Vita merasa aneh dalam hatinya.
“ Sepertinya aku pernah bertemu dengan orang ini” gumamnya dalam hati.
Tapi karena sudah kepalang tanggung marah- ya dilanjutin aja pikirnya. Sedangkan si pria yang sengaja ditantang malah tersenyum miring dan melipat tangannya di depan dada.
“Okey, saya minta maaf” ucap pria itu dengan nada datar.
“Kamu Cuma mau saya minta maaf kan?” sambungnya lagi masih tidak mengurangi aura keangkuhannya disertai seringai anehnya
“ehhh” Vita melongo, tidak menyangka orang sombong dihadapannya langsung minta maaf padanya secepat itu, tadinya dia fikir pria itu pasti menolak atau malah menantang balik seperti kisah dalam novel onlen yang pernah dia baca. Tapi itulah kenyataanya.
"Anda harus mengganti rugi, pak" kali ini suaranya sedikit turun. Tak berani menatap pria yg ada di hadapannya.
"Bahu saya sakit sekali, mungkin ada keretakan di sini" sambungnya lagi sambil meraba bahunya yg memang sedikt sakit. Dia tidak akan mundur sudah kadung menantang , basah sekalian...harga diri dipertaruhkan, begitu fikirnya menghibur diri dari pelototan tajam sepasang mata elang di depannya.
Pria itu tiba2 menerima panggilan telepon lagi,dengan tak sabar dia menjawab telpon mengabaikan Vita yg masih ngotot minta pertanggungjawabannya.
" Ya, baiklah...aku segera ke sana" tutupnya dengan tak sabar.
Dia berjalan mendekat dan mengulurkan tangan hendak menyentuh bahu Vita.
Merasa terancam, Vita meringis
" awww” meremas bahunya sendiri
“ jangan mendekat atau lukanya tambah parah" erangnya menyedihkan
" Berikan no.hape yang bisa saya hubungi” Mengayunkan Smartphonenya ke arah Vita
“ Eh” lagi-lagi Vita melongo mulutnya sedikit terbuka.
“Nomor rekening?”
“Saya akan transfer biaya pengobatanmu"
Dengan tenang pria itu siap mengetik sesuatu di layar smartphonenya.
Vita tak menyangka sandiwaranya sedikit lagi dapat hasil. Dengan cepat dia menjawab.
"Saya tak punya Pak”
“ Hmmm, cash aja" Jawab Vita cepat, takut pria itu berubah fikiran.
Pria itu menghubungi seseorang yang ternyata dengan cepat sudah berada di hadapan keduanya.
“Deka, berikan uang cash yang kamu punya!” perintahnya masih dengan nada datar tanpa melepaskan pandangannya kearah Vita.
" Cuma ini yg saya punya Pak" Ujar Deka sambil menyerahkan seikat uang merah ke arah Vita
“Kalau kurang kamu bisa menghubungi no.saya”Ujar Gala sambil menawarkan nomornya. Vita mengeleng.
“Ini sudah sangat cukup Pak” Jawabnya sambil menerima segepok uang bergambar presiden pertama itu.
“Kami permisi Nona” kali ini Deka yang mengakhiri pembicaraan karena Gala sudah menerima panggilan telepon lagi yang sepertinya sangat penting.
Pria itu pun segera mengayun kakinya cepat setelah bertanggung jawab sesuai versi gadis yang tak sengaja dia tabrak, melajukan mobil mewahnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Vita yang masih terbengong-bengong dengan seikat rupiah ditangannya.
Pipinya memanas, rasa malu menyusup tanpa permisi ke dalam hatinya...
“Apa ini?”Gumamnya pelan,
“Ajaran sesat apa ini?” Sekali lagi bergumam tak jelas.
Tiba-tiba dia berlari ke arah wastafel di depan Restoran itu, bukannya mencuci tangan sesuai petunjuk dia malah mencuci mukanya berkali-kali sampai security menatapnya curiga
" Hei ini bukan tempat cuci muka!" Tegurnya garang
"Maaf, pak ...”
“Ini juga maksudnya mencuci tangan tapi tambah cuci muka" nyengirnya dengan muka tanpa dosa.
Kesadarannya kembali, efek rasa dingin dan segar.
Berkali-kali beristigfar dalam hati, dan memohon ampun kepada Tuhan
"Lain kali saya akan mengganti uang anda, Pak. Kali ini saya lagi butuh” bisiknya pelan sambil menyentuh si rupiah di dalam saku celananya.
Ingatan akan baby mungil yang sedang menunggunya di rumah dengan membawa susu, memantapkan langkahnya mencari Mart terdekat. mendorong pintu IndoMay dan segera memenuhi troley dengan kebutuhan sehari-hari nya.
Setelah membayar segera dia pulang, dengan tangan penuh kresek belanjaan.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sementara itu di dalam mobil
“Kenapa bapak tidak menahan gadis itu?” tanya Deka tanpa mengalihkan pandangannya dari kemudi. Dia tahu betul isi hati sang Bos, Gala sangat mengharapkan pertemuan ini. 4 tahun adalah waktu yang cukup bagi Gala menjadi orang yang tidak waras karena gadis itu.
“Mama lagi di rumah sakit sekarang, keadaannya memburuk” gumam Gala menerawang, ada rasa sedih dalam suaranya. Deka menghela nafas berat. Rupanya panggilan beruntun tadi adalah panggilan dari Rumah Sakit.
“Kita ke Rumah Sakit sekarang!” perintahnya agar Deka membawa mereka menuju Rumah sakit tempat Nyonya Mawar Raditya dirawat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Palma077
sandiwara demi mendptkan uang 🤭
2022-07-17
0
Palma077
deh retak kamma Vita.😁
2022-07-17
0
Salpira Salpira
Vita modus demi mendapatkan uang
2022-07-16
0