Vita Maharani akhirnya sudah berada pada semester akhir di sebuah Universitas Swasta di Ibu Kota. Cita-citanya menjadi seorang sarjana akan segera terwujud. Berharap setelah lulus dia akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan pendidikan yang tinggi pula.
Kesibukannya bekerja dan belajar masih tetap sama bahkan lebih. Pergaulannya semakin mengalami peningkatan. Dia yang dulunya dijauhi karena parasnya yang kurang menarik mata untuk memandang kini sedikit demi sedikit berubah. Parasnya yang cantik dengan tubuh bagai seorang model membuatnya sering jadi pusat perhatian. Walaupun begitu beberapa dari mereka akan menjauh ketika mengetahui kondisi ekonominya yang berbanding terbalik dengan penampilan fisiknya yang cantik.
Gita Maheswari adalah orang yang paling berperan dalam perubahan penampilan sang adik. Dia yang sudah lebih banyak pengalaman dalam hal bersosial dengan orang lain mengajarkan banyak hal kepada Vita Maharani sang adik tercinta. Seperti pesan almarhumah Ibunya, cantik itu perlu. Sebagai bentuk rasa syukur akan ciptaan Tuhan. Bukan hanya kecantikan lahir berupa perawatan dan nutrisi untuk tubuh tetapi yang paling penting adalah Inner Beauty, kecantikan dari dalam berupa adab dan perilaku yang baik.
Vita Maharani mematut dirinya dalam cermin. Sekelebat pemikiran aneh terlintas dalam benaknya.
“Kak Gita kok sampai sekarang belum punya baby ya?”
“Apa mereka berdua tidak menginginkannya?” dahinya berkerut menandakan otak kecilnya sedang dipaksa memecahkan masalah.
Tring
Tring
Handphonenya berteriak dengan nyaring menandakan ada panggilan penting
Tring
Tring
Vita mendengus kesal, melihat sekilas tampilan pada layar HP bibirnya mencebik kesal. Nama Asri muncul di sana.
“Ada apa?” ujanya langsung tanpa basa- basi
“Buruan ke sini”Jawab Asri dari seberang sana.
“Ke mana?” Tanya Vita lagi dengan suara malas. Asri adalah teman sekaligus tetangga kontrakannya yang paling aneh se Dunia. Dia suka sekali mengajaknya ke tempat yang tak biasa untuk ukuran usia dan status mereka.
“Di kantor lurah ada penyuluhan. Dan kita harus ikut, titik!” Vita memutar bola matanya malas.seperti inilah salah satu keanehan Asri. Belum sempat Vita menjawab. Sambungan telepon telah dimatikan sepihak.
🍁🍁🍁🍁🍁
Dan disinilah Vita dan Asri sekarang. Duduk paling depan sebagai peserta tercepat. Di aula kantor lurah mendengarkan ceramah dari penyuluh Komisi Nasional Pemerhati Perempuan. Isu yang dibahas adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT.Vita kelihatan menyimak dengan baik sedangkan Asri sibuk memakan snack dari panitia.
“Hei, kamu ngajak aku kesini untuk numpang makan?” Vita menyenggol bahu Asri keras.
“Gak!” Jawab Asri dengan mulut penuh makanan.
“Trus?” bisik Vita karena merasa suaranya menarik perhatian orang-orang.
“Supaya dapat amplop untuk beli gincu” jawab Asri santai sambil menelan kue bolu dengan lahap.
” Ini bolu gak pake pelembut apa?, keras banget” sungutnya dengan mata melotot.sepertinya potongan kue itu nyangkut dengan damai di lehernya.
“Ada pertanyaan? “ percakapan mereka diinterupsi oleh suara keras ibu penyuluh dari atas Podium. Rupanya materi yang disampaikan sudah selesai.
“Ini Bu kue bolunya termasuk KDRT juga yah?” Asri yang menjawab tanpa berpikir sambil mengacungkan sisa kue gigitanya. Seketika suasana langsung hening. Semua peserta membuka kotak snack masing-masing.
Krik krik krik
🍁🍁🍁🍁🍁
“Buahahhahahha” Vita tak bisa menahan tawanya. Kelakuan absurd Asri tadi membuat Jasa Catering yang menyiapkan konsumsi pada acara penyuluhan tadi mendapatkan rate bintang 1. Setelah berpisah di depan pagar. Vita dan Asri memasuki rumah masing-masing. Mereka kembali dengan senyum bahagia. Ada yang pulang bawa ilmu dan ada yang pulang bawa amplop plus kue bolu se kantong besar. Bonus dari panitia.
Perlahan Vita mendorong pintu rumah yang tak terkunci. Langkahnya ringan menuju ruang tengah. Tapi tiba-tiba dia berhenti, ada suara ribut dan aneh dari dalam kamar kak Gita. Suara benda yang berdecit keras. Beberapa benda kedengaran terjatuh. Kemudian suara desisan dan erangan lembut mengisi pendengaran Vita dari balik dinding kamar. Vita menguping karena penasaran.
“Ada apa di dalam sana?” Pikir Vita sambil terus menguping, tiba-tiba dia ingat materi penyuluhan tadi. Dia langsung membekap mulutnya
“kak?” panggilnya pelan. Dia takut terjadi sesuatu sama kakaknya. Jangan sampai mas Tama melakukan KDRT.
“Kak?” panggilnya sekali lagi. Sepi.
“Meong...meong...” terdengar bunyi lembut seperti suara Bimbi kucingnya Asri.
“Oh, ternyata kucing lagi kawin?” Vita pun berlalu dari sana. Dia bersyukur bukan kakaknya yang ada di dalam kamar.
Sementara itu di dalam kamar.
Gita membekap mulutnya sendiri karena tak tau malu mengeluarkan suara-suara lucnut yang memancing otak polos diluar sana jadi traveling kemana-mana. Mas Tama menarik tangan istrinya dan menciuminya lembut. Ada senyum malu-malu menggoda dari wajah Gita. Suaminya saking bersemangatnya sampai-sampai benda-benda yang ada disekitar mereka disingkirkan dengan kasar hingga menimbulkan keributan kecil dari dalam kamar itu.
Menatap penuh cinta sang istri yang rela hidup serba kekurangan bersama dirinya. Menyalurkan kehangatan dan cinta. Netra mereka bertemu. Tatapan sendu penuh pengharapan disertai tatapan penuh pemujaan dari sang dominan semakin membakar gelora yang siap meledak. Tak ada kata yang terucap tetapi bibir dan tangannya melanjutkan tugas yang tertunda. Menggapai nirwana bersama, mengayun lembut menghantarkan rasa nikmat dan bahagia.
🍁🍁🍁🍁🍁
“Pletak!” jitakan keras tiba-tiba mendarat mulus di kepala Vita.
“Awww sakit Kak” gerutunya kesal.
“Kamu suka ngelamun ya, dari tadi kue mu gosong tuh” Vita mengendus bau masakan yang katanya gosong sampai-sampai berlari ke arah dapur dengan kecepatan diatas rata-rata tapi ternyata dia kena Prank. Keadaan Dapur terpantau aman dan damai. Bersih dan kinclong tak nampak ada masakan apalagi yang gosong seperti yang dimaksud Kak Gita. Dengan langkah pasti dia kembali ke ruang tamu. Melihat Kak Gita tertawa terpingkal-pingkal karena merasa sangat lucu.
“Ih, sebel” Sungut Vita sambil melemparkan sebungkus keripik kentang ke arah Gita.
“Eh, pernah dengar gak, ayam tetangga mati karena suka melamun” Ujar Gita masih dengan senyum lucunya.
“Emang ada?” jawab Vita polos
“Ada dong , ayamnya melamun karena mikirin kamu, buahahahha”
“Ih ngak lucu” Vita mengerucutkan bibirnya kesal
“Tadi ngelamunin apa?” Gita menghentikan tawanya.
Vita tidak menjawab, menimbang-nimbang apakah harus ditanyakan atau tidak.
“Apa kakak dan mas Tama tidak mau baby?” tanyanya pelan takut kakaknya tersinggung. Selama ini Vita tak pernah melihat pasangan itu pamer kemesraan layaknya pasangan muda lainnya sampai-sampai dia curiga jangan-jangan mereka sedang tidak bahagia. Mereka hanya sibuk bekerja memenuhi orderan para pelanggan.
“Astaga!” jadi kamu mikirin itu?” Gita menutup mulutnya merasa aneh dengan pertanyaan adiknya.
“Semua pasangan pasti ingin segera punya baby,” Gita menarik nafas kemudian melanjutkan
“Memangnya kamu pikir apa yang kami lakukan di kamar?”
“Kami sudah berusaha maksimal dek, hampir setiap hari, siang dan malam” tampak senyum tak biasa muncul di wajah Gita. Vita jadi mikir yang tidak-tidak.
“Lihat ini” Gita menyodorkan sebuah amplop putih. Dengan pelan Vita membukanya berharap ada kabar baik di dalamnya.
“Alhamdulillah, kak” mereka berdua saling berpelukan. Ternyata sudah ada janin mungil di perut sang kakak. Setelah usia 4 tahun pernikahan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Palma077
penantian yg cukup lama akhirnya diberi rejeki jg, sehat ya Kak Gita dan calon baby.nya.
2022-07-17
0
Palma077
knp gak ajak aku juga, Asri. aku juga mau amplop... 🤭
2022-07-17
0
Palma077
Kak Gita sudah lama menginginkan baby tp bLum ada rejeki.
2022-07-17
0