Gala Putra Raditya memandang Deka Roland dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada kemarahan tertahan di sana.
“Berani kamu ya!”
“Kamu sudah tahu dan tidak pernah bilang sama saya” Gala mulai menarik kerah baju Deka hingga membuat pria itu tercekik. Deka hanya diam, Ia tahu kesalahannya sangat fatal.
“Bawa gadis itu kemari” Gala melepaskan cengkraman tangannya pada tubuh Deka kemudian duduk di kursi kebesarannya.
“Siap pak!”
“5 menit!”
“Dia sudah harus ada di sini dalam 5 menit”
“Baik pak!” Deka mendengus. Dia melangkah cepat keluar ruangan sambil menghubungi seseorang.
Gala tersenyum senang. Hatinya berdegup tak karuan. Ia tak menyangka akan bertemu gadis itu di perusahaannya sendiri. Begitu dekat dan sebentar lagi akan jadi kenyataan.
Satu jam yang lalu Gala yang akan mulai memimpin meeting dengan para manager setiap Divisi, tak sengaja melihat gadis itu juga ada di sana.
Dia hanya ikut membawa berkas yang diperlukan oleh divisinya dan setelah itu kembali ke ruangannya lagi.
Netranya menangkap keberadaan gadis itu hanya sekilas tetapi efeknya sangat besar. Ia sudah membuat meeting jadi tidak berjalan semestinya. Semuanya kacau.
Dan lagi-lagi Deka lah yang paling bertanggung jawab di sini. Semua ini adalah salahnya.
“Akhirnya, kamu datang sendiri gadis kecil”
“Kita lihat, apa kamu masih bisa lari dari jangkauanku ” Gala menyeringai.
Tok
Tok
Tok
“Masuk!” Gala berusaha menormalkan suaranya. Degupan jantungnya bagaikan irama pacuan kuda yang saling berkejaran.
Tangannya sedikit gemetar, mencari berkas atau apa saja agar ia kelihatan sibuk. Ketidakwarasan selalu muncul ketika bertemu gadis ini.
Ceklek
pintu terbuka dengan pelan.
“Permisi, Pak!”
“Saya diminta Pak Deka menemui bapak” Vita menunduk, ada rasa takut dalam dirinya. Kesalahan apa yang dibuatnya sampai dia dipanggil oleh Pak General Manager yang bahkan belum pernah ditemuinya.
“Jangan menunduk kalau bicara!” ucap Gala tegas.
“Eh, iya pak!” Vita akhirnya mendongakkan kepalanya menatap Pak GM tampan di depannya.
Pandangan mata mereka bertemu dalam beberapa detik. Menarik pandangannya, Vita segera menunduk kembali, ia tak sanggup bertatapan dengan mata elang itu. Rasanya dia sedang dalam bahaya.
“Bagaimana bahumu?” tanya Gala berbasa-basi. Beberapa menit yang lalu dia sibuk memikirkan apa yang harus dia bicarakan ketika bertemu gadis ini. Dan akhirnya insiden bahu retak lah yang sempat teringat.
“Eh” Vita mengernyit bingung. Dia merasa sehat dan tidak ada yang terjadi pada bahunya. Tapi tiba-tiba ingatan akan pertemuan dengan pria di depannya ini membuatnya mau tak mau mengarahkan netranya kembali dengan serius kepada sang bos.
“Sudah ingat saya?” tanya Gala dengan senyum khasnya.
“Mati aku” bisik Vita dalam hati. Dia takut kalau sandiwaranya waktu itu akan ketahuan sekarang. “Apa mungkin orang ini sudah tau kalau insiden itu adalah rekayasanya saja untuk mendapatkan uangnya” berbagai pikiran muncul di otaknya yang kecil.
“Ehm” Gala berdehem. Dia merasa sedikit jengkel. Bisa-bisanya gadis ini melupakannya setelah berhasil mengacaukan perasaannya selama ini.
“Serahkan bukti check up mu waktu itu!”
“Saya ingin tahu separah apa lukamu” ujar Gala dengan nada datar. Dia mulai ingin bermain-main dengan gadis ini.
Sebagai pria most wanted dikalangan gadis-gadis cantik, dia merasa terabaikan oleh Vita Maharani. Tidak nampak sedikitpun Vita tertarik padanya, pada pesona, kekayaan dan jabatannya.
“Saya mohon maaf Pak” ujar Vita sambil melangkahkan kakinya mendekati Gala. Dia takut mendapat tuntutan. Orang kaya seperti bosnya ini bisa saja menuntutnya dengan tuduhan penipuan.
“Kenapa minta maaf” tanya Gala dengan suara sedatar mungkin. Dia berusaha menahan perasaannya.
“Saya akan mengganti uang bapak”
“Anggap saya berutang pada bapak”
“Saya akan mencicilnya dari gaji saya, Pak” Gala semakin tersenyum puas, dia tak menyangka kalau pemberiannya waktu itu dianggap utang oleh gadis ini.
“Oh,itu tidak perlu” Gala menggoyangkan telunjuknya.
“Masukkan nomor mu di sini” memberikan smartphonenya ke arah Vita yang masih menampakkan wajah bingung.
“Jawab saja pesan dan panggilanku itu sudah bisa melunasi utangmu”
“Ingat! Pada panggilan pertama” tegas Gala dengan sorot mata tajam.
“Baik pak, terima kasih”
🍁🍁🍁🍁🍁
“Hei, kok gak semangat?” tanya Hany saat melihat Vita kembali dengan wajah murung.
“Gak papa ko’’” jawab Vita datar.
“Kamu, ada apa dicari pak GM?” Hany ternyata penasaran akut, Vita sampai dipanggil sama bos besar pasti karena ada sesuatu.
“Salah alamat kali” Vita mendengus. Dia tidak mau menceritakan kejadian sebenarnya sama Hany bisa-bisa dia malah diketawain.
Tring
Tring
Tring
“Hape kamu bunyi tuh” tunjuk Hany dengan dagunya.
“Iya, Pak “ Jawab Vita langsung. Rupanya nomor sang bos sudah tersave dengan aman di hand phonenya.
“Saya Cuma mau pastikan kamu sudah ada di ruanganmu” jawab Gala dari ujung telpon.
“Iya, Pak. Baru saja sampai” Vita menjawab dengan memutar bola matanya malas. Aneh, baru juga lima menit.
“Oke, lanjutkan kerjamu!”
Tut.
Sambungan tiba-tiba mati. Vita memasukkan Hand phonenya dengan marah ke dalam tasnya. Sepertinya hidupnya akan mulai tidak tenang.
Sedangkan di ruangan yang berbeda. Gala tersenyum-senyum sendiri menatap smatphonenya. Seolah-olah wajah Vita ada di sana sedang membalas senyumnya. Ada ribuan kupu-kupu yang sedang menari di dalam perutnya. Hatinya sangat senang.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Tampan tapi ngeselin" Vita ngedumel dalam hati melihat Gala sang GM malah menghadang motor nya di jalan yg cukup sepi.
"Mau bapak apa sih" Vita sudah jengkel sampai ubun-ubun.
Sebulan ini Gala betul-betul mengganggu ketenangan hidupnya.
Setiap hari menelpon dan harus diangkat pada panggilan pertama, Vita sampai memakai jurus seribu bayangan agar bisa menjawab panggilan dengan sangat cepat. Diwaktu-waktu tertentu, Handphone sudah harus tergantung cantik di leher.
Jadwal panggilan pun sudah harus dihafal diluar kepala, 3 kali sehari seperti jadwal minum obat dari dokter.
Sebelum berangkat ke Kantor, sepulang dari kantor, dan sebelum tidur. Di waktu-waktu ini handphone sudah harus standby dan tergantung di leher agar tidak telat jika sudah berdering pada panggilan pertama.
Mendengus kesal Vita turun dari motornya. Kemerdekaan nya sudah direnggut paksa oleh pak GM arogan ini. Dia tak mau jadi korban teraniaya lagi. Ingin dia melawan.
" Minggir Pak! Saya mau lewat" ucap Vita dengan nada ketus. Rasa sopan kepada atasan sudah menguap entah kemana.
" Jalanan kan lebar, lewat saja" jawab Gala dengan muka datar.
"Iiiiisshh" Vita jadi gemes sendiri. Ia menghentakkan kakinya lalu melajukan motor dengan kecepatan tinggi.
Gala hanya melipat tangan di depan dada sambil tersenyum miring, Ia paling suka menggoda gadis itu. Ada kebahagiaan tersendiri baginya. Hidup lebih berwarna.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Halu..."
Gala mengernyit, suara yang akhir-akhir ini bagai dawai-dawai indah yang selalu dirindukan nya kenapa berubah jadi suara bayi.
"Halo?" Sapanya lagi ingin memastikan. Ia takut Vita tiba-tiba berubah jadi balita.
"Haluuu, ulu luu luu" masih suara balita yang terdengar.
Tut
Sambungan dimatikan sepihak oleh Gala.
Ia merasa dikerjain oleh Vita sang pujaan hati. Ada asap tak kasat mata menyembur di kedua kupingnya. Seketika dua tanduk pun muncul di atas kepalanya.
"Awas kau gadis kecil" ujar Gala menyeringai.
sementara itu, di tempat yang berbeda.
"Duh, Rama sayang telepon dari siapa, nak?" Vita membelai rambut Rama dengan lembut setelah melihat balita itu menempelkan handphone di kupingnya sendiri.
"Halu, ulu ulu pa pa pa" Jawab Rama seolah sedang melakukan panggilan telepon.
🍁🍁🍁🍁🍁
hai, hai, readers tersayang, othor cuma mau ngingetin jangan lupa kasih like, favorit, komen, and rate bintang 5 yah.
berikan othor semangat dengan kirim bunga atau kopi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
yuuuu123
Papa aluuu hahaha
2022-08-28
0
Palma077
Astaga Rama yg angkatki😁
2022-07-30
0
Palma077
seperti jadwal minum obat,🤭
2022-07-30
0