BARA Di Atas Tanah MAJAPAHIT Dalam Episode 2: Satria Dari DAHA
Setelah terlempar kedalam jurang bukit kanca nuwu
,Arya wikala pun pingsan namun tetap menggenggam keris Kalamujeng.
Tiba-tiba sesosok putih menyambar tubuh Wikala dan dibawa nya pergi.
Tiba didalam gua sosok putih itu menurunkan tubuh Wikala,
Dan ia mulai mengurutnya, tubuh Wikala yg diam membatu tampak mulai bergerak.
Memang hebat benar pukulan gelap ngampar SI jero ini,berkata dalam hati sosok putih yg berpakaian ala resi itu.
Hingga tengah malam barulah Wikala tersadar dari pingsan nya, setelah batuk memuntahkan darah kental.
,"Hooekh, akhh ,dimana aku ini?"serunya.
" Di rumah eyang,ngger!" jawab sosok putih itu.
"Kamu siapa?" tanya Wikala lagi.
"Lihat lah dengan benar ngger,!"lanjut sosok putih kembali.
Wikala yg kesadarannya mulai pulih memperhatikan dengan seksama sosok putih yg lagi bersila.
"Hah, eyang Narapati!" serunya.
Kemudian ia hendak turun dari pembaringannya,namun dicegah oleh sosok putih,yg tiada lain adalah raden Narapati yg merupakan eyangnya sendiri.
Eyangnya inilah yg menyuruh Wikala untuk datang menghadap.
" Ampun eyang, cucumu ini tidak berguna, hingga menyusahkan eyang saja " ratap Wikala.
"Jangan menyesali diri,ngger sungguh ki jero itu bukan lawanmu,apalagi hanya menggunakan ajian Kalacakra,tingkat ketiga lagi!" ucap eyang Narapati.
" Bukan ki jero namanya eyang!" jawab Wikala
"Jadi siapa namanya?" Tanya eyang Narapati
"Mereka menyebutnya mpu Thula!" jelas Wikala.
"Ya,ya,ya,sekarang namanya mpu Thula,namun nama aslinya ya jero itu, sudahlah usah kau pikirkan si jero laknat itu ,istrahatkan tubuh dan pikiranmu, semoga besok tubuhmu sehat dan bugar kembali!" ucap eyang Narapati menutup pembicaraan.
Keesokan harinya,Wikala yg sudah mulai sembuh dari luka-lukanya keluar dari dalam Goa.
Ia dapat merasakan udara segar, walaupun dadanya masih terasa sakit, ia mulai menggerakkan tubuhnya untuk melatih ilmu silatnya.
Perlahan ia mengerahkan tenaga dalamnya,namun dirasakannya tenaga dalamnya belum pulih benar.
"Ngger ,tubuhmu boleh jadi sehat tetapi tenaga dalammu belum,!'' kata eyang.Narapati dari belakang.
"Mungkin butuh satu pekan ,baru bisa" lanjutnya lagi
Wikala memutar badannya dan langsung berjongkok di hadapan eyangnya.
"Maafkan eyangmu yg terlambat menolongmu karena sedang melakukan tapa!",lanjut eyang Narapati sambil mengelus rambut Wikala.
"Eyang mengatakan tadi malam bahwa nama mpu Thula sebenarnya adalah ki jero,darimana eyang tahu?",tanya Wikala.
Sambil memandangi pepohonan di depan goa,eyang Narapati menarik nafas panjan seakan mengenang masa- masa lampau, seraya berujar,
"Panjang ceritanya cucuku,dahulu sekali eyang punya teman bernama jero,yg kami sama- sama mengabdi sebagai prajurit di Majapahit", ceritanya.
" Kami berdua serta gurumu adimas Barada berhasil masuk sebagai pasukan elite Majapahit,yaitu pasukan Bhayangkara, dimasa akhir dari pemerintahan gusti Prabhu hayam wuruk!"kenang eyang Narapati.
"SI Jero ini memang prajurit yg linuwih,yg menyebabkan dirinya menjadi sombong,mempunyai ajian yg banyak sekali seperti aji gelap ngampar, aji panca Sona, aji tapakwisa dan banyak lagi!"cerita eyang Narapati sambil mengelus janggutnya yg memutih.
"Namun sejak eyang kalahkan dalam satu perang tanding,untuk menjabat bekel Bhayangkara,ia mendendam kepada eyang!",seru eyang Narapati.
"Eyang pernah mengalahkannya?' tanya Wikala.
"Ya ,eyang kalahkan ia dengan ilmu Kalamawa dan keris Kalamujeng yg sekarang ada pada dirimu ngger!" jawab eyang Narapati.
" Aji Kalamawa, eyang ,ajian apa itu eyang?"lanjut Wikala.
"Ajian Kalamawa adalah intisari ajian Kalacakra,kalau Kalacakra hanya pada tingkat kelima,Maka Kalamawa adalah diatas lagi dari ajian Kalacakra , untuk itulah engkau kupanggil datang kemari untuk melengkapi ilmu yg telah kau terima dari dimas Barada!"jelas eyang Narapati.
Tampak kepala Wikala manggut- manggut mendengar penuturan eyangnya ini.
"Disamping itu ada beberapa hal yg harus kuwariskan kepadamu, seperti ilmu mega mendung, dan intisarinya ilmu mega siwa,serta ilmu keprajuritan,yg oleh ayahmu tidak mau menerimanya, ia lebih memilih untuk menjadi pujangga dan pandai besi,harapan eyang sekarang hanya kepadamu , apakah angger mau dan mampu menerimanya?" tanya eyang Narapati.
"Sanggup eyang!" jawab Wikala mantap.
Setelah satu pekan berlalu, tubuh Wikala sudah benar-benar sehat, baik luar dan dalamnya.
Mulai lah penurunan berbagai ilmu oleh eyang Narapati kepada cucu nya ini.
.Wikala benar-benar bersemangat dalam menjalani laku.
Dari tapa mendem, tapa kalong, patigeni, bahkan puasa empat puluh hari empat puluh malam dilakoni nya. Pada puasa yg terakhirnya itu Wikala jatuh pingsan.
Dengan sangat sabar eyang Narapati memberikan air setetes demi setetes kemulut sang cucu.
Bahkan ia pun sampai memberikan uap nasi yg sedang di masak untuk dihirupkan kehidung Wikala.
Sampai sepekan barulah Wikala bisa berdiri dan berlatih kembali.
Ia memusatkan nalar budinya untuk mejajal ilmu megasiwa, intisari ilmu mega mendung.
Dengan merapal mantera, perlahan tapi pasti tubuhnya mengeluarkan kabut tipis yg makin lama makin tebal hingga tubuhnya tidak terlihat lagi.
"Arahkan kerismu kebatu besar itu" perintah eyang Narapati dari belakang.
Wikala pun menuruti perintah eyangnya, meluncurlah selarik sinar putih keemasan yg berkilau dari gulungan kabut yg menutupi tubuhnya itu menghantam sebongkah batu besar, Batu langsung hancur menjadi debu yg berterbangan.
Itulah kehebatan ajian megasiwa, intisari ilmu mega mendung.
"Bagus ,bagus ,ngger,engkau telah berhasil menguasainya!"seru eyang Narapati.
Wikala pun segera menutup latihannya dan bangkit menuju eyangnya,seraya menjura hormat
"Tinggal satu Hal lagi yg harus kuserahkan padamu ngger"ucap eyang Narapati.
"Apa itu eyang?" Tanya Wikala.
"Pedang mega mendung dan cincin kala demit,yg semua itu adalah pusaka leluhur kita ,gusti Prabhu kertajaya dari kediri,pedang mega mendung atau pedang pembunuh raja,adalah pedang pusaka yg eyang gunakan untuk membunuh Brhe wirabumi,penguasa pamotan, Majapahit timur!" terang eyang Narapati.
"Pedang itu hanya bisa diwariskan kepada keturunan langsung,karena pedang ini tersimpan ditubuh pemiliknya tahukah kau cucuku, dengan kuserahkan nya pedang itu kepadamu berarti kita akan berpisah selamanya"! jelas eyang Narapati.
"Kita akan berpisah selamanya eyang,maksud eyang,eyang akan mati?" tanya Wikala sedih.
"Memang eyang sudah mati saat menerima hukuman gantung gusti Ratu Suhita" jelas eyang Narapati.
"Tapi eyang kok masih bisa mengobati dan mengajariku pelbagai ilmu ,aneh!"celetuk Wikala
"Aneh, begitu kedengarannya ngger, tapi bukan mustahil" jawab eyang Narapati
"Bagaimana bisa eyang?" tanya Wikala lanjut.
"Eyang menggunakan ajian pancasona ketika menerima hukuman gantung dan minta kepada gusti Ratu supaya mayat eyang , ramandamu yg menguburkannya, dan diiyakan gusti Ratu oleh ramandamu eyang dibawa kesini, bahkan ia bertanya apakah eyang mau menuntut balas atas fitnahan ini,namun eyang jawab tidak, nanti keturunanku yg akan membalaskannya" terang eyang Narapati.
" Ooo, begitu, lalu siapa orang nya yg telah memfitnah eyang itu,?" tanya Wikala geram
"Orangnya sama dengan yg telah melemparkanmu kedasar jurang!" jawabnya.
"Mpu Thula,tunggulah pambalasanku"! geram Wikala
"Jangan begitu ngger,engkau tidak boleh dikuasai oleh dendam, kejahatan pasti kalah, dengan atau tanpa kita yg membasminya., tugasmu adalah mencegah dan membasmi kejahatan,tanpa ada dendam, orang yg linuwih dan pilih tanding itu, adalah orang yg mampu menguasai dirinya sendir tidak dikuasai oleh perasaannya, apalagi perasaan dendam,benci, dan angkara murka", nasehat eyang Narapati.
"Sudahlah ,eyang akan memberikan pedang itu untuk membasmi kejahatan,dan saatnya adalah malam purnama,sekira lima hari lagi" ucap eyang Narapati.
Setelah waktu itu tiba ,saat purnama bersinar terang,saat itulah Wikala duduk berhadapan dengan eyang Narapati.
Sejurus kemudian eyang Narapati merapal mantera ajian mega mendung,demikian pula Wikala,, tampak dua orang itu mengeluarkan kabut tipis dan perlahan tangan eyang Narapati mengeluarkan benda yaitu pedang pusaka mega mendung, pedang pembunuh raja,kemudian pedang itu diletakkan ditangan Wikala, dan secara ajaib pedang yg ditangan Wikala itu masuk tanpa rasa sakit.
Berkatalah eyang Narapati.
"Tugas ku telah usai cucuku, sekarang engkaulah melanjutkan nya, dan cincin kala demit ada dibalik batu didalam kotak didalam gua, selamat tinggal cucuku,salamku pada ramandamu,satu hal lagi,abdikan dirimu di Majapahit"
Bersamaan itu pula di dabului dengan hembusan angin berpendarnya kabut yg menutupi tubuh eyang Narapati, hilanglah ia.
"Eyang,!" teriak Wikala
namun hanya pantulan teriakannya yg didengarnya.
Eyang Narapati telah moksa.
Setelah itu Wikala pun llangsung pulang kedesa nya, desa Thanda sain. Dengan menggunakan ajian mega mendung dan ajian kancana wisnu,sebentar saja sampailah ia dirumahnya.
Beberapa hari dirumah Wikala mendapat panggilan dari gurunya untuk datang kepuncak merbabu. Berpamitan kepada biyung dan ramandanya Wikala pun berangkat kepuncak merbabu.
Sesampainya di Puncak merbabu,dilihatnya adiknya Larasati Wirani sedang berlatih ilmu silat,sedang sang guru duduk bersila diatas batu .
"Ampun eyang guru,murid menghaturkan sembah!" ucap Wikala seraya duduk bersimpuh dihadapan Mpu Barada.
Mpu Barada bangkit seraya menarik pundak Wikala,supaya berdiri.
"Ngger,apakah dirimu telah selesai menerima ilmu kangmas Narapati?" ,tanya mpu Barada.
Sambil mengangguk Wikala berucap," sudah eyang!".
"Bagus, bagus, mudah-mudahan,bisa digunakan dijalan yg benar!",tukas Mpu Barada lagi
"Ada gerangan apakah eyang guru,memanggil ,murid kemari, adakah sesuatu kesalahanku?" tanya Wikala.
"Bukan kesalahan ,tapi suatu tugas yg harus kau tunaikan!'" jawab Mpu Barada.
"Tugas apakah kiranya,eyang?" tanya Wikala lagi.
"Hhheh,!",sambil menarik nafas dalam-dalam mpu Barada menjelaskan.
,'' Satu purnama lagi di Puncak Merapi akan diadakan perang tanding,antara tokoh-tokoh silat kelas satu di tanah jawa ini melawan tokoh-tokoh silat dari daratan China!".
"Untuk apakah kiranya perang tanding itu eyang?" tanya Wikala.
"Sebenarnya ini adalah semacam uji coba bangsa tiongkok untuk menguasai tanah nusantara ini, mulai zaman Gusti Prabhu Kertanegara, Gusti Prabhu dyah Wijaya,sampai Gusti Prabhu Wikramawardhana!" terang Mpu Barada.
Lanjutnya lagi
"Di zaman yg terakhir inilah eyangmu, gurumu ini, dan tiga tokoh silat lainnya berhasil mengalahkan para pendekar tiongkok tsb sayang walaupun kami menang, mereka tetap berkeinginan untuk menaklukan tanah nusantara ini!" kenang Mpu Barada
"Dan puncaknya adalah hutang besar kerajaan Majapahit yg harus di bayarkan ke.kerajaan tiongkok.
Itulah dampak perang ,kawula alit juga yg menderita,.
Sekarang mereka datang lagi dan ingin menjajal kembali tokoh-tokoh silat dari kerajaan Majapahit ini,itulah sebabnya,angger , eyang undang untuk mewakili gurumu ini dan eyangmu sebagai salah satu tokoh silat yg akan menghadapi mereka, gurumu ini sebenarnya lah sudah ingin meninggalkan urusan keduniaan,apalagi urusan perang tanding, selayaknyalah kaum muda yg menunaikannya," jelas Mpu Barada.
"Jadi maksud eyang guru , murid yg akan turun ke gelanggang perang tanding itu,?" tanya Wikala.
"Benar,dan datanglah bersama salah seorang saksi yg terpercaya, untuk mengawalmu!" perintah Mpu Barada.
"Siapakah kiranya teman yg kuajak turut serta,eyang ?" tanya Wikala.
"Saya!", celetuk Larasati,yg sedari tadi diam mendengarkan pembicaraan kedua orang itu.
"Jangan! ilmumu belum terlalu tinggi,ngger
Angger Larasati masih harus
belajar disini", kata Mpu Barada
" Jadi sebaiknya siapa,eyang?" lanjut Wikala
"Angger kan punya murid yg kudengar cukup menggegerkan Majapahit,karena kekejamannya!" jelas Mpu Barada
"Heh,Hantu Kali mayit,darimana eyang tahu tentang Hantu Kali mayit ini?" tanya Wikala.
"Jangan terlalu angger pikirkan darimana eyang tahu,ajaklah ia sebagai penyertamu!". menutup pembicaraannya Mpu Barada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
John Singgih
undangan dari eyang guru untuk ikut perang tanding
2022-08-26
2
Toni Hartono
terduga teror inisial tentara"coro jowone, mugemi ono ing ndusun'
2022-07-27
0
Raras Titi
lanjut
2022-06-05
1