CLEO & CASSANO ( Love In Hospital )
“Itu mereka kejar!” teriak beberapa anak-anak berseragam putih abu-abu. Mereka mengejar dua orang siswa yang juga mengenakan pakaian yang sama dengan mereka.
“Nay, lari!” teriak Cleopatra, saat melihat Nayla masih termenung.
“Ayo, Nay!" Cleo menarik tangannya untuk segera berlari, Nayla yang kaget mengikuti langkahnya untuk secepatnya kabur dari tempat itu.
“A-aku sudah gak sanggup lagi!!" Nayla terlihat ngos-ngosan. Kacamatanya sudah hampir melorot.
"Ayo, Nay!" Cleo menyodorkan tangannya, Nayla memegang erat tangan itu. Mereka kembali berlari.
“Woiii!! Jangan kabur kalian!" Teriak salah seorang siswa perempuan yang mengejar mereka.
“Ayo, cepat Nay!” ucapnya. Cleo menoleh ke belakang, masih terlihat mereka mengejar.
“Nay, sini!” Cleo mengajak Nayla untuk bersembunyi dibalik mobil yang terparkir.
“Kemana mereka?” tanya siswi wanita yang rambutnya di ikat ke atas.
“Cari mereka sampai ketemu!” perintahnya Sandra pada teman-temannya yang lain.
“TIT TIT!!” Mobil tempat Cleo dan Nayla bersembunyi terbuka.
Sepertinya yang punya mobil sedang berada tak jauh dari sana. Cleo celingak celinguk mencari yang punya mobil dan dia mendapati seorang pria bule yang berdiri tidak jauh dari Sandra. Cleo mencoba membuka pintu mobil bagian belakang.
“Nay, sini!” bisiknya pada Nayla yang sedang ketakutan.
Cleo masuk terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh Nayla. Dan mereka bersembunyi di kursi belakang. Sandra berdiri di depan mobil yang terdapat Cleo dan Nayla.
“Bagaimana? Ketemu?” tanya Sandra saat melihat rekannya berlari ke arahnya, Mereka mengeleng.
“Sial! Awas saja kalau besok aku bertemu dengannya.” Sandra terlihat sangat marah.
Cleo dan Nayla dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka dari luar. Ternyata yang punya mobil masuk dan segera mengendarai mobilnya menjauh dari Sandra dan kawan-kawan. Cleo memberi kode pada Nayla untuk tidak berisik agar pria itu tidak menyadari kehadiran kami.
Tapi, tiba-tiba dia menghentikan mobilnya.
“Sudah aman, kalian bisa keluar!” ucap pria bule itu. Cleo sangat kaget, karena ternyata dia menyadari keberadaan mereka. Cleo memberanikan diri untuk mengangkat kepala, dia sempatkan menoleh ke belakang, ternyata benar mereka sudah jauh dari Sandra dan yang lain.
“Ayo, Nay!” ajaknya pada Nayla yang masih terlihat ketakutan.
“Terima kasih.” Ucapnya lalu keluar dari mobil itu. Begitu mereka keluar pria itu, segera menginjak gas mobilnya. Cleo menghentikan taksi yang lewat di depannya, dan tak lama taksi itu melaju menuju rumahnya.
“Sudah Nay, kamu sudah aman.” Cleo mencoba menenangkan Nayla. Nayla masih saja menangis.
Nayla adalah teman satu kelasnya. Di sekolah dia selalu saja di bully oleh anak-anak lainnya karena tampilannya sedikit berbeda dengan kebanyakan siswa disana. Apalagi, saat mereka tahu bahwa orangtuanya bekerja sebagai pembantu di rumah Sandra. Dia selalu menjadi bulan-bulanan siswa lain, terlebih Sandra dan kawan-kawannya.
Hampir tiap hari mereka memperlakukannya seperti babu, disuruh ini dan itu. Bahkan, tak jarang Nayla dipermalukan di depan umum. Awalnya Cleo tidak mau ambil pusing, karena menurutnya itu bukan urusannya. Tapi, lama kelamaan kelakuan mereka semakin menjadi-jadi. Bahkan tak jarang mereka melakukan kekerasan padanya.
Seperti hari ini, mereka mengikat Nayla pada sebuah pohon yang ada di belakang sekolah dan mulai melemparinya dengan telur. Bahkan Sandra dengan sengaja melemparkan sepatu yang dia pakai pada wajah Nayla. Cleo yang sudah jengah melihat kelakuan mereka tidak tinggal diam. Dengan kemampuan taekwondo yang dia miliki, Cleo membantu Nayla untuk lepas dari mereka. Tapi mereka tidak terima dan mengejar mereka.
“Kita sudah sampai.” Ucapnta pada Nayla, lalu membantunya keluar dari taxi. Nayla tampak ragu saat Cleo mengajaknya untuk masuk ke rumah besar yang ada dihadapannya.
“Aku pulang saja.” Ucapnya.
“Bagaimana kamu bisa pulang dengan kondisi seperti ini? Masuklah dulu, kita obati lukamu.” Cleo mengajaknya masuk.
“Bi, Apa ayah suda pulang?” tanyanya begitu melihat Bi Ita.
Asisten rumah tangga yang sudah lama berkerja dengan keluarganya
“Tuan belum pulang, Non.” Jawabnya. “Ya Allah, ini teman nona kenapa?” Bi Ita kaget melihat kondisi Nayla.
“Bi, tolong ambilkan kotak P3K dan bawain ke kamar ya.” Cleo mengajak Nayla ke kamarnya yang berada di lantai 2.
“Duduklah.” Ucapnya pada Nayla.
“Coba aku lihat lukamu.” dia memeriksa luka yang ada di tubuh Nayla.
“Mereka benar-benar keterlaluan.” Cleo sangat marah melihat wajah dan tangan Nayla penuh dengan memar. Mungkin masih ada dibagian tubuh yang lain.
“Kamu gak bisa diam terus, Nay. Kamu harus lawan mereka atau kalau perlu kamu laporin ke polisi aja.” Ucapnya.
“Tidak perlu, Cle! Aku gak mau memperpanjangnya.” Nayla menolak. “Aku tidak ingin mencari masalah dengan Sandra.” Air mata Nayla mengalir.
“Non, ini kotak P3Knya.” Bi Ita memberika kotak itu padanya.
“Sini, aku bantu.”Cleo membantu Nayla mengobati dirinya.
“Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa mereka selalu berbuat seperti ini padamu?” tanyanya.
“Ini ...” Nayla ragu untuk mengatakan yang sebenarnya.
“Sandra tidak menyukaiku karena aku hanya anak pembantu, dan aku bersekolah di tempat yang sama dengannya.” Ucapnya.
“Aku tidak mengerti, dimana letak salahnya? Semua orang berhak untuk menempuh ilmu dimana saja. Tidak peduli dia dari kalangan mana.” Cleo terlihat sangat kesal mendengar penjelasan Nayla.
“Mungkin itu hanya pendapatmu, tapi tidak semua orang berpikiran yang sama denganmu.” Nayla meletakkan kapas yang dia pegang. “Aku pulang dulu, terima kasih kamu sudah membantuku. Dan jangan pernah lakukan ini lagi, aku tidak ingin membuatmu terlibat masalah.” Nayla mengambil tasnya.
“Tunggu, Nay!” Cleo mencengahnya. Dia berjalan menuju lemari, dan mengambil pakaian ganti untuknya.
“Ganti bajumu dulu. Baru kamu boleh pulang.” dia memberikan baju itu padanya.
“Tidak perlu, Cle, aku tidak ingin merepotkanmu lagi.” Tolaknya.
“Gimana kamu bisa pulang dengan pakaian seperti itu?” Cleo menunjukan pakaiannya yang robek dan berwarna kuning bekas lemparan telur.
Nayla mengambil pakaian itu dan Cleo mengantarnya ke kamar mandi.
“Terima kasih.” Ucapnya begitu keluar dari kamar mandi, baju itu terlihat pas untuknya karena tubuh mereka tidak jauh berbeda.
“Ayo, aku akan mengantarmu.” Ucapnya lagi.
“Tidak perlu, Cle, aku bisa pulang sendiri.” Nayla masih menolak.
“Sudahlah, tidak apa-apa.” Aku membawanya turun. “Tapi, kita makan dulu ya, Aku sangat lapar.” Cleo berjalan menuju ruang makan. "Ayo, duduklah.” Ucapnya saat melihat Nayla masih berdiri. Nayla duduk disebelahnya. Dan Bi Ita menghidangkan makanan untuk mereka.
“Rumahmu sangat besar, dimana orangtuamu?” tanya Nayla karena sejak tadi dia tidak melihat siapapun kecuali bik Ita dan Security di depan.
“Ayahku sedang tugas keluar kota.” Jawabnya.
“Ibumu?” tanya Nayla.
“Mamaku sudah tiada, beliau meninggal saat melahirkanku.” Cleo sudah terbiasa dengan pertanyaan itu. Tapi, Nayla terlihat kaget.
“Maafin aku, Cleo, Aku gak tahu.” Nayla terlihat menyesal.
“Sudah gak apa-apa.” Cleo meyakinkannya kalau saat ini dia tidak apa-apa.
“Cle, aku pulang ya!” Nayla berpamitan.
“Sebentar, Nay! Biar aku antar.” Ucapnya.
“Gak usah, aku gak mau repotin kamu lagi.” Nayla merasa sungkan karena sejak tadi Cleo sudah banyak membantunya.
“Sudah gak apa-apa. Ayo!” dia mengajaknya keluar, Cleo memberinya helm dan kemudian dia menghidupkan motor matic merah kesayangannya.
Nayla memberitahukan arah menuju rumahnya. Dan sampailah mereka di pemukiman padat penduduk. Sangat berbanding terbalik dengan tempat tinggal Cleo. Mereka harus melalui jalanan kecil untuk dapat sampai di rumah Nayla.
“Itu rumahku!” Nayla menunjuk rumah petak berwarna biru yang berada diujung gang.
“Mampir dulu, Cle.” Nayla menawarkannya untuk mampir. Cleo turun dari motor dan mengikuti Yuna masuk ke rumahnya.
“Maaf ya, rumahku sangat kecil dan kamu harus duduk di bawah.” Nayla mempersilahkannya untuk duduk dilantai yang sudah diberi karpet.
“Gak apa-apa.” Cleo langsung duduk.
“Sebentar ya, aku mau panggil ibu dulu.” Cleo mengangguk dan Nayla berjalan ke dalam. Dia menatap ke sekeliling. Rumah Nayla memang sangat kecil, tidak banyak perabotan disana. Hanya terdapat tv tabung berukuran kecil dan beberapa tumpukan kardus yang dia gak tahu apa isinya. Ruangannya hanya dibatasi dengan triplek. Nayla datang dengan seorang wanita yang walaupun sudah berumur tapi masih terlihat cantik dan terawat.
“Cleo, kenalin ini ibuku.” Nayla memperkenalkan wanita itu sebagai ibunya. “Ibu ini Cleo, teman satu sekolah Nay.” Cleo segera mengambil tangan wanita itu kemudian menciumnya.
“Cleopatra, Bu.” Ucapnya memperkenalkan diri.
“Aisyah. Duduk, Nak! Maaf ya rumah kami seperti ini.” Bu Aisyah mempersilahkan Cleo duduk.
“Nay, buatin air dong untuk Cleo.” Ucapnya.
“Gak perlu repot-repot, Bu. Gak usah, Nay!” tolaknya halus. Tapi Nayla tidak mendengarkan dan berjalan ke dalam.
“Gak apa-apa, Nak. Kasihan kamu abis panas-panasan.” ucapnya.
“Kamu teman satu kelas Nayla?” tanya Ibu Nayla.
“Iya, Bu.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Syukurlah, ibu pikir Nayla tidak punya teman disana.” Bu Aisyah tersenyum lega. Nayla datang dan memberikan segelas teh manis untuknya.
“Diminum, Cle.” Ujarnya.
“Makasih.” Cleo mulai meminum teh itu.
“Nay, Ibu tinggal gak apa-apakan? Soalnya ibu harus ke rumah bu Meta buat bantuin beliau.” Bu Aisyah memberitahu Nayla kalau dia harus pergi.
“Gak apa-apa, Bu.” Jawab Nayla. Sebelum pergi bu Aisyah berpamitan pada Cleo juga, kemudian beliau segera keluar.
“Kamu tinggal berdua aja, Nay?” tanyanya begitu bu Aisyah sudah pergi.
“Iya, ayahku sudah meninggal sekitar 3 tahun yang lalu karena kecelakaan.” Nayla menjelaskan kondisi keluarganya.
“Ternyata kita gak jauh beda ya, tapi, kamu masih jauh lebih beruntung Nay, karena ibumu selalu ada bersamamu.” Cleo membandingkan Nayla dengannya.
Walaupun Cleo hidup serba berkecukupan tapi ayahnya tidak pernah ada untuknya. Adam selalu sibuk dengan pekerjaannya. Sejak kecil dia hanya diurus oleh Bik Ita.
Nayla menatapnya, dan Cleo tersenyum padanya.
“Makasih banyak, Cle. Berkatmu aku selamat hari ini.” Dia berterima kasih karena Cleo membantunya untuk lolos dari Sandra dan teman-temannya.
“Seharusnya kamu berani melawannya. Jangan diam aja.” Nayla menunduk, dia terlihat sangat sedih.
“Aku gak bisa.” Jawabnya.
“Kenapa?” tanyanya
“Sebenarnya dulu, aku dan Sandra berteman baik, kami bersahabat sejak duduk dibangku SMP. Tapi, entah kenapa suatu hati Sandra tiba-tiba berubah. Dia membenciku, aku tidak tahu apa alasannya.” Cleo kaget, karena tadi Nayla hanya mengatakan Sandra tidak menyukainya karena dia anak pembantu, tapi ternyata mereka dulunya bersahabat. Nayla menangis, Cleo mendekatinya dan menenangkannya.
“Bukankah kalian bersahabat? Apa dia tidak mengatakan sesuatu padamu?" Nayla menggeleng tidak tahu.
“Sudahlah, kamu tidak perlu memikirkan semua ini. Abaikan saja mereka.” Ujarnya.
“Sudah sore, aku pulang dulu ya.” Cleo berpamitan pada Nayla.
“Salam untuk ibu kamu.” Nayla mengantarnya keluar.
“Hati-hati, ya!” ucapnya.
“OK." Cleo segera mengendarai motornya menuju jalan pulang, untung saja rumah Nayla tidak begitu jauh dari kompleks tempat tinggalnya.
~tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments