BAB 15

"Kenapa lo nanyain Nayla? Apa dia ada disana waktu lo jatuh?" tanya Sandra.

"Hah? T-tidak!!" Cleo tidak mampu menatap mata Sandra.

"Kenapa dia tiba-tiba menanyakan Nayla?" Sandra mulai mencurigai sesuatu.

"Apa dia belum menjengukmu?" tanya Kiano, Cleo menggeleng.

"Aneh banget! Bukankah kalian teman dekat? Gak mungkin dia gak tahu kecelakaan yang menimpa lo. Secara satu sekolah heboh." timpal Sandra.

"Mungkin dia sedang sibuk." Cleo masih mencoba menutupi semuanya. Dia ingin memastikan sendiri alasan Nayla melakukan itu.

"Tapi, gue masih penasaran gimana lo bisa jatuh?" tanya Sandra.

"Aku ..., Aku kepeleset." bohongnya, Sandra mencari kepastian di mata Cleo. Sadar Sandra tidak mempercayainya, Cleo menundukkan kepalanya.

"Dokter bilang apa?" tanya Kian.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya saja aku harus pakai itu." Cleo menunjuk tongkat yang tak jauh dari tempat tidurnya.

"Kepala lo?" tanya Sandra.

"Tidak apa-apa, hanya mendapatkan beberapa jahitan." jawabnya sambil memegang kepalanya yang diperban.

"Syukurlah! Oh ya, dimana orangtuamu?" tanya Kian.

"Ayah lagi di luar kota." jawabnya.

"Terus, lo disini sama siapa?" tanya Sandra.

"Ada bi Ita yang jagain aku." saat namanya disebut, kebetulan sekali bi Ita membuka pintu.

"Kamu cepat sembuh ya! Kita berdua pulang dulu." ucap Kian saat melihat bi Ita sudah datang.

"Lo cepat sembuh ya!" ucap Sandra.

"Makasih." jawab Cleo. Setelah berpamitan pada bi Ita mereka segera keluar dari kamar Cleo.

"Aku masih penasaran satu hal." ucap Sandra saat mereka berada di mobil Kiano.

"Apa?" tanyanya sambil menyetir.

"Kenapa Nayla tidak membesuknya?" tanyanya.

"Mungkin dia memang sibuk." Kiano masih berpikiran positif.

"Emang lo gak ngerasa aneh? Kenapa Cleo tiba-tiba nanyain Nayla? Lo, yakin gak lihat Nayla disana?" Sandra menoleh pada Kiano.

"Apa yang ingin kamu katakan?" Kiano menatapnya, kebetulan mereka sedang berada di lampu merah.

"Apa Nayla yang menyebabkan Cleo terjatuh?" ucapnya.

"Apaan sih? Itu gak mungkin, mereka itu bersahabat." Kiano tidak mempercayai kecurigaannya.

"Tapi dalam cinta itu mungkin saja." jawabnya.

"Maksudmu?" Kiano kembali menginjak rem saatblampu sudah berubah hijau.

"Ya ampun, Kian, emang lo gak tahu?" tanyanya.

"Apa yang aku gak tahu?" Kiano semakin bingung apa yang sebenarnya ingin Sandra sampaikan.

"Nayla itu naksir sama lo!" Kiano seketika menginjak rem mobilnya.

"Baik-baik dong bawa mobilnya." Sandra terlihat kesal, untung saja dia menggunakan seatbelt.

"Apa katamu?" Kiano menoleh dan menatap tajam padanya.

"Apa?" tanya Sandra.

"Kamu tadi bilang apa?" dia ingin memastikan lagi apa yang baru saja dia dengar.

"Apa? Nayla naksir lo?" ujarnya.

"Nayla menyukaiku?" Kiano tercengang.

"Emang lo gak tahu?" Kiano menggeleng.

"Dia itu udah lama naksir lo, makanya gue curiga apa dia marah saat tahu lo malah nembak Cleo." mata Kiano membulat.

"Darimana kamu tahu kalau aku nembak Cleo?" Kiano sangat yakin tidak ada yang tahu.

"Vero, dia cerita ke Leony." jawabnya.

"Verooo!!" Kiano kesal, karena rencananya ternyata diketahui oleh orang lain.

"Apa Nayla tahu?" tanya Kian, Sandra mengangkat bahunya.

"Entahlah!" dia juga ragu apa Nayla mengetahui semua itu.

"Lalu, apa Cleo menerimamu?" tanya Sandra. Kiano terdiam. "Lo ditolak?" tebaknya.

"Tutup mulutmu!" Sandra malah tertawa lebar.

"Aku tidak menyangka, Cleo malah menolak cowok idola." ledeknya.

"Aku tidak akan menyerah begitu saja." Sandra menoleh, dia bisa melihat kalau Kiano masih mendambakan Cleo.

🍀🍀🍀

"Kenapa kau terburu-buru?" tanya Vincent.

"Aku harus segera melihat Cleo." jawabnya sambil merapikan bajunya. "Apa aku terlihat pucat?" tanyanya.

"Tentu saja, kau'kan baru selesai kemo." jawabnya.

"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin dia curiga.

"Kau ini benar-benar merepotkan." Vincent segera menghubungi seseorang melalui ponselnya.

"Tolong ke kamar VVIP 7." ucapnya, lalu menyimpan kembali ponsel itu di jas putihnya.

"Aku dengar Cleo dirawat disini?" Vincemt baru saja mendapat kabar dari orang kepercayaannya. Adam mengangguk. "Apa yang terjadi?"

"Dia jatuh dari tangga." jawabnya.

"Apa ada yang membahayakan?" Vincent bisa menebak kemungkinan terburuk yang akan dialami Cleo.

"Tidak, putramu mengatakan tidak ada hal yang mengkhawatirkan. Dia hanya perlu memakai tongkat." Adam menjelaskan apa yang Andreas sampaikan padanya.

"Jadi, mereka sudah bertemu?" Vincent senyum-senyum sendiri.

"Permisi, Dok!" Vincent menoleh saat mendengar suara seorang wanita.

"Masuk." perintahnya, saat melihat yang datang adalah karyawannya. "Tolong kamu buat agar dia terlihat segar. Hilangkan wajah pucatnya itu." perintah Vincent, wanita itu mengangguk.

"Kalau begitu, aku keluar dulu." ucapnya.

"Bi, apa ayah sudah pulang?" tanya Cleo.

"Hmm, nanti sore tuan akan segera datang." bi Ita baru saja melihat kondisi Adam yang berada di lantai 5. Siang nanti, Adam sudah boleh pulang. Mereka terpaksa bermain kucing-kucingan dengan Cleo.

"Bi, kenapa ayah tidak pernah menyayangiku? Ayah selalu mengutamakan pekerjaannya." Cleo bersedih, bi Ita datang dan memeluknya.

"Bukan begitu, Non. Percayalah, tuan sangat menyayangi Nona." hiburnya.

"Ada apa ini?" Adam yang baru masuk kaget saat melihat Cleo menangis.

"Ayaahhh!!" Cleo berteriak kegirangan seperti anak kecil saat melihat kehadiran Adam.

"Kenapa kamu menangis?" Adam menahan dirinya untuk memeluk Cleo.

"Aku kira ayah tidak akan datang." jawabnya.

"Ayah sibuk! Bagaimana kondisimu?" Adam memperhatikan seluruh tubuh putrinya.

"Aku tidak apa, Yah! Hanya perlu memakai itu." Cleo menunjuk tongkat yang ada disisi tempat tidurnya.

"Kepalamu?" Adam ingat Cleo mendapatkan beberapa jahitan di kepalanya.

"Tidak apa-apa." ucapnya.

"Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa jatuh? Dan apa yang kamu lakukan di atap malam-malam begitu?" Adam langsung menginterogasi dirinya, dia ingin tahu apa yang menyebabkan ini pada putrinya.

"Aku terpeleset." bohongnya.

"Kamu yakin?" tanya Adam lagi.

"Iya." Cleo meraih ponselnya dan berpura-pura sibuk dengan benda tipis itu.

"Aku harus bicara dengan dokter yang menanganimu." Adam berjalan keluar untuk menemui dokter penanggung jawab.

"Bi, aku bosan disini. Apa bibi bisa membawaku keluar?" pintanya.

"Sebentar ya, Non. Bibi panggil perawat dulu." bi Ita keluar untuk memanggil perawat yang bertugas. Tak lama, bi Ita datang dengan perawat yang mendorong kursi roda. Mereka membantu Cleo duduk diatas kursi roda itu.

Mereka berjalan-jalan di taman yang terdapat di belakang rumah sakit. Cleo merasa tenang, karena bisa menghirup udara segar. Tangannya terus menari-nari diatas ponsel.

"Apa dia sengaja mendorongku?" Cleo masih kepikiran dengan sikap Nayla padanya.

"Ada apa, Non?" tanya bi Ita yang duduk disebelahnya.

"Bi, apa rasa cemburu bisa membuat orang melakukan apa saja?" tanyanya.

"Siapa yang cemburu?" tanya bi Ita.

"Ini, aku baru baca berita, ada cewek yang cemburu karena orang yang dia sukai menyukai cewek lain. Dia sampai nekat mencelakai cewek itu." Cleo mengangkat ponselnya.

"Pastilah, Non! Orang cemburu mah berbahaya, malah banyak yang bisa melakukan kejahatan yang lebih serius." jawabnya.

"Benarkah, Bi?" Cleo memutar-mutar ponselnya.

"BRUK." ponsel yang ada ditangan Cleo terjatuh saat ada yang menyenggol tangannya. Cleo memcoba mengambil ponselnya yang terjatuh.

"Maaf!!" seseorang mengambil ponsel itu menyodorkannya pada Cleo.

"Tidak apa-a ..., Lo?" wajah Cleo seketika berubah saat melihat siapa yang memegang ponselnya. "Balikin ponsel gue!!" ucapnya kasar, bi Ita terkejut dengan sikapnya. Begitupun, dengan Vincent yang berdiri disamping Andreas.

"Nih, ponselmu!!" Andreas dengan kasar melemparkan ponsel itu.

"Hey, Bule Cabul! Bisa baik-baik gak?" bentak Cleo saat Andreas melemparkan ponsel itu ke pangkuannya.

"Hey, bocah ingusan! Jangan teriak-teriak! Ini rumah sakit, bukan rumah bokap lo!" balasnya.

"Non, tenang! Nona masih sakit loh!" bi Ita mendekat dan menenangkan Cleo.

"Sebal, Bi! Dia ini selalu buat aku sial." jawabnya.

"Hey, bocah! Yang ada gue yang sial tiap ketemu lo!" Andreas tidak terima saat mendengar ucapan Cleo. Vincent tidak mengatakan apapun, dia hanya mendengarkan apa yang terjadi pada mereka berdua.

"Bi, bawa aku pergi dari sini. Aku gak mau dekat-dekat orang cabul sepertinya." bi Ita mengangguk dan segera mendorong kursi roda Cleo.

"Baguslah, gue juga malas dekat-dekat cewek kayak lo!" Andreas sedikit berteriak karena Cleo sudah dibdepan pintu masuk.

"Kau mengenalnya?" tanya Vincent setelah Cleo tidak lagi terlihat.

"Tidak." jawabnya.

"Lalu, kenapa kau bisa bertengkar dengannya?"

"Ceritanya panjang! Siapa yang akan kita temui disini?" tanyanya pada sang ayah.

"Hmm, sepertinya orang yang akan kita temui tidak ada disini." Andreas menoleh ke arahnya.

"Lalu, untuk apa papa mengajakku ke taman ini? Aku masih harus mengikuti seminar. Membuang-buang waktuku saja." Andreas yang kesal meninggalkan Vincent disana.

"Aku tidak mungkin mempertemukan kalian dalam kondisi seperti itu." ucap Vincent pelan.

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!