NovelToon NovelToon

CLEO & CASSANO ( Love In Hospital )

BAB 1

“Itu mereka kejar!” teriak beberapa anak-anak berseragam putih abu-abu. Mereka mengejar dua orang siswa yang juga mengenakan pakaian yang sama dengan mereka.

“Nay, lari!” teriak Cleopatra, saat melihat Nayla masih termenung.

“Ayo, Nay!" Cleo menarik tangannya untuk segera berlari, Nayla yang kaget mengikuti langkahnya untuk secepatnya kabur dari tempat itu.

“A-aku sudah gak sanggup lagi!!" Nayla terlihat ngos-ngosan. Kacamatanya sudah hampir melorot.

"Ayo, Nay!" Cleo menyodorkan tangannya, Nayla memegang erat tangan itu. Mereka kembali berlari.

“Woiii!! Jangan kabur kalian!" Teriak salah seorang siswa perempuan yang mengejar mereka.

“Ayo, cepat Nay!” ucapnya. Cleo menoleh ke belakang, masih terlihat mereka mengejar.

“Nay, sini!” Cleo mengajak Nayla untuk bersembunyi dibalik mobil yang terparkir.

“Kemana mereka?” tanya siswi wanita yang rambutnya di ikat ke atas.

“Cari mereka sampai ketemu!” perintahnya Sandra pada teman-temannya yang lain.

“TIT TIT!!” Mobil tempat Cleo dan Nayla bersembunyi terbuka.

Sepertinya yang punya mobil sedang berada tak jauh dari sana. Cleo celingak celinguk mencari yang punya mobil dan dia mendapati seorang pria bule yang berdiri tidak jauh dari Sandra. Cleo mencoba membuka pintu mobil bagian belakang.

“Nay, sini!” bisiknya pada Nayla yang sedang ketakutan.

Cleo masuk terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh Nayla. Dan mereka bersembunyi di kursi belakang. Sandra berdiri di depan mobil yang terdapat Cleo dan Nayla.

“Bagaimana? Ketemu?” tanya Sandra saat melihat rekannya berlari ke arahnya, Mereka mengeleng.

“Sial! Awas saja kalau besok aku bertemu dengannya.” Sandra terlihat sangat marah.

Cleo dan Nayla dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka dari luar. Ternyata yang punya mobil masuk dan segera mengendarai mobilnya menjauh dari Sandra dan kawan-kawan. Cleo memberi kode pada Nayla untuk tidak berisik agar pria itu tidak menyadari kehadiran kami.

Tapi, tiba-tiba dia menghentikan mobilnya.

“Sudah aman, kalian bisa keluar!” ucap pria bule itu. Cleo sangat kaget, karena ternyata dia menyadari keberadaan mereka. Cleo memberanikan diri untuk mengangkat kepala, dia sempatkan menoleh ke belakang, ternyata benar mereka sudah jauh dari Sandra dan yang lain.

“Ayo, Nay!” ajaknya pada Nayla yang masih terlihat ketakutan.

“Terima kasih.” Ucapnya lalu keluar dari mobil itu. Begitu mereka keluar pria itu, segera menginjak gas mobilnya. Cleo menghentikan taksi yang lewat di depannya, dan tak lama taksi itu melaju menuju rumahnya.

“Sudah Nay, kamu sudah aman.” Cleo mencoba menenangkan Nayla. Nayla masih saja menangis.

Nayla adalah teman satu kelasnya. Di sekolah dia selalu saja di bully oleh anak-anak lainnya karena tampilannya sedikit berbeda dengan kebanyakan siswa disana. Apalagi, saat mereka tahu bahwa orangtuanya bekerja sebagai pembantu di rumah Sandra. Dia selalu menjadi bulan-bulanan siswa lain, terlebih Sandra dan kawan-kawannya.

Hampir tiap hari mereka memperlakukannya seperti babu, disuruh ini dan itu. Bahkan, tak jarang Nayla dipermalukan di depan umum. Awalnya Cleo tidak mau ambil pusing, karena menurutnya itu bukan urusannya. Tapi, lama kelamaan kelakuan mereka semakin menjadi-jadi. Bahkan tak jarang mereka melakukan kekerasan padanya.

Seperti hari ini, mereka mengikat Nayla pada sebuah pohon yang ada di belakang sekolah dan mulai melemparinya dengan telur. Bahkan Sandra dengan sengaja melemparkan sepatu yang dia pakai pada wajah Nayla. Cleo yang sudah jengah melihat kelakuan mereka tidak tinggal diam. Dengan kemampuan taekwondo yang dia miliki, Cleo membantu Nayla untuk lepas dari mereka. Tapi mereka tidak terima dan mengejar mereka.

“Kita sudah sampai.” Ucapnta pada Nayla, lalu membantunya keluar dari taxi. Nayla tampak ragu saat Cleo mengajaknya untuk masuk ke rumah besar yang ada dihadapannya.

“Aku pulang saja.” Ucapnya.

“Bagaimana kamu bisa pulang dengan kondisi seperti ini? Masuklah dulu, kita obati lukamu.” Cleo mengajaknya masuk.

“Bi, Apa ayah suda pulang?” tanyanya begitu melihat Bi Ita.

Asisten rumah tangga yang sudah lama berkerja dengan keluarganya

“Tuan belum pulang, Non.” Jawabnya. “Ya Allah, ini teman nona kenapa?” Bi Ita kaget melihat kondisi Nayla.

“Bi, tolong ambilkan kotak P3K dan bawain ke kamar ya.” Cleo mengajak Nayla ke kamarnya yang berada di lantai 2.

“Duduklah.” Ucapnya pada Nayla.

“Coba aku lihat lukamu.” dia memeriksa luka yang ada di tubuh Nayla.

“Mereka benar-benar keterlaluan.” Cleo sangat marah melihat wajah dan tangan Nayla penuh dengan memar. Mungkin masih ada dibagian tubuh yang lain.

“Kamu gak bisa diam terus, Nay. Kamu harus lawan mereka atau kalau perlu kamu laporin ke polisi aja.” Ucapnya.

“Tidak perlu, Cle! Aku gak mau memperpanjangnya.” Nayla menolak. “Aku tidak ingin mencari masalah dengan Sandra.” Air mata Nayla mengalir.

“Non, ini kotak P3Knya.” Bi Ita memberika kotak itu padanya.

“Sini, aku bantu.”Cleo membantu Nayla mengobati dirinya.

“Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa mereka selalu berbuat seperti ini padamu?” tanyanya.

“Ini ...” Nayla ragu untuk mengatakan yang sebenarnya.

“Sandra tidak menyukaiku karena aku hanya anak pembantu, dan aku bersekolah di tempat yang sama dengannya.” Ucapnya.

“Aku tidak mengerti, dimana letak salahnya? Semua orang berhak untuk menempuh ilmu dimana saja. Tidak peduli dia dari kalangan mana.” Cleo terlihat sangat kesal mendengar penjelasan Nayla.

“Mungkin itu hanya pendapatmu, tapi tidak semua orang berpikiran yang sama denganmu.” Nayla meletakkan kapas yang dia pegang. “Aku pulang dulu, terima kasih kamu sudah membantuku. Dan jangan pernah lakukan ini lagi, aku tidak ingin membuatmu terlibat masalah.” Nayla mengambil tasnya.

“Tunggu, Nay!” Cleo mencengahnya. Dia berjalan menuju lemari, dan mengambil pakaian ganti untuknya.

“Ganti bajumu dulu. Baru kamu boleh pulang.” dia memberikan baju itu padanya.

“Tidak perlu, Cle, aku tidak ingin merepotkanmu lagi.” Tolaknya.

“Gimana kamu bisa pulang dengan pakaian seperti itu?” Cleo menunjukan pakaiannya yang robek dan berwarna kuning bekas lemparan telur.

Nayla mengambil pakaian itu dan Cleo mengantarnya ke kamar mandi.

“Terima kasih.” Ucapnya begitu keluar dari kamar mandi, baju itu terlihat pas untuknya karena tubuh mereka tidak jauh berbeda.

“Ayo, aku akan mengantarmu.” Ucapnya lagi.

“Tidak perlu, Cle, aku bisa pulang sendiri.” Nayla masih menolak.

“Sudahlah, tidak apa-apa.” Aku membawanya turun. “Tapi, kita makan dulu ya, Aku sangat lapar.” Cleo berjalan menuju ruang makan. "Ayo, duduklah.” Ucapnya saat melihat Nayla masih berdiri. Nayla duduk disebelahnya. Dan Bi Ita menghidangkan makanan untuk mereka.

“Rumahmu sangat besar, dimana orangtuamu?” tanya Nayla karena sejak tadi dia tidak melihat siapapun kecuali bik Ita dan Security di depan.

“Ayahku sedang tugas keluar kota.” Jawabnya.

“Ibumu?” tanya Nayla.

“Mamaku sudah tiada, beliau meninggal saat melahirkanku.” Cleo sudah terbiasa dengan pertanyaan itu. Tapi, Nayla terlihat kaget.

“Maafin aku, Cleo, Aku gak tahu.” Nayla terlihat menyesal.

“Sudah gak apa-apa.” Cleo meyakinkannya kalau saat ini dia tidak apa-apa.

“Cle, aku pulang ya!” Nayla berpamitan.

“Sebentar, Nay! Biar aku antar.” Ucapnya.

“Gak usah, aku gak mau repotin kamu lagi.” Nayla merasa sungkan karena sejak tadi Cleo sudah banyak membantunya.

“Sudah gak apa-apa. Ayo!” dia mengajaknya keluar, Cleo memberinya helm dan kemudian dia menghidupkan motor matic merah kesayangannya.

Nayla memberitahukan arah menuju rumahnya. Dan sampailah mereka di pemukiman padat penduduk. Sangat berbanding terbalik dengan tempat tinggal Cleo. Mereka harus melalui jalanan kecil untuk dapat sampai di rumah Nayla.

“Itu rumahku!” Nayla menunjuk rumah petak berwarna biru yang berada diujung gang.

“Mampir dulu, Cle.” Nayla menawarkannya untuk mampir. Cleo turun dari motor dan mengikuti Yuna masuk ke rumahnya.

“Maaf ya, rumahku sangat kecil dan kamu harus duduk di bawah.” Nayla mempersilahkannya untuk duduk dilantai yang sudah diberi karpet.

“Gak apa-apa.” Cleo langsung duduk.

“Sebentar ya, aku mau panggil ibu dulu.” Cleo mengangguk dan Nayla berjalan ke dalam. Dia menatap ke sekeliling. Rumah Nayla memang sangat kecil, tidak banyak perabotan disana. Hanya terdapat tv tabung berukuran kecil dan beberapa tumpukan kardus yang dia gak tahu apa isinya. Ruangannya hanya dibatasi dengan triplek. Nayla datang dengan seorang wanita yang walaupun sudah berumur tapi masih terlihat cantik dan terawat.

“Cleo, kenalin ini ibuku.” Nayla memperkenalkan wanita itu sebagai ibunya. “Ibu ini Cleo, teman satu sekolah Nay.” Cleo segera mengambil tangan wanita itu kemudian menciumnya.

“Cleopatra, Bu.” Ucapnya memperkenalkan diri.

“Aisyah. Duduk, Nak! Maaf ya rumah kami seperti ini.” Bu Aisyah mempersilahkan Cleo duduk.

“Nay, buatin air dong untuk Cleo.” Ucapnya.

“Gak perlu repot-repot, Bu. Gak usah, Nay!” tolaknya halus. Tapi Nayla tidak mendengarkan dan berjalan ke dalam.

“Gak apa-apa, Nak. Kasihan kamu abis panas-panasan.” ucapnya.

“Kamu teman satu kelas Nayla?” tanya Ibu Nayla.

“Iya, Bu.” Jawabnya sambil tersenyum.

“Syukurlah, ibu pikir Nayla tidak punya teman disana.” Bu Aisyah tersenyum lega. Nayla datang dan memberikan segelas teh manis untuknya.

“Diminum, Cle.” Ujarnya.

“Makasih.” Cleo mulai meminum teh itu.

“Nay, Ibu tinggal gak apa-apakan? Soalnya ibu harus ke rumah bu Meta buat bantuin beliau.” Bu Aisyah memberitahu Nayla kalau dia harus pergi.

“Gak apa-apa, Bu.” Jawab Nayla. Sebelum pergi bu Aisyah berpamitan pada Cleo juga, kemudian beliau segera keluar.

“Kamu tinggal berdua aja, Nay?” tanyanya begitu bu Aisyah sudah pergi.

“Iya, ayahku sudah meninggal sekitar 3 tahun yang lalu karena kecelakaan.” Nayla menjelaskan kondisi keluarganya.

“Ternyata kita gak jauh beda ya, tapi, kamu masih jauh lebih beruntung Nay, karena ibumu selalu ada bersamamu.” Cleo membandingkan Nayla dengannya.

Walaupun Cleo hidup serba berkecukupan tapi ayahnya tidak pernah ada untuknya. Adam selalu sibuk dengan pekerjaannya. Sejak kecil dia hanya diurus oleh Bik Ita.

Nayla menatapnya, dan Cleo tersenyum padanya.

“Makasih banyak, Cle. Berkatmu aku selamat hari ini.” Dia berterima kasih karena Cleo membantunya untuk lolos dari Sandra dan teman-temannya.

“Seharusnya kamu berani melawannya. Jangan diam aja.” Nayla menunduk, dia terlihat sangat sedih.

“Aku gak bisa.” Jawabnya.

“Kenapa?” tanyanya

“Sebenarnya dulu, aku dan Sandra berteman baik, kami bersahabat sejak duduk dibangku SMP. Tapi, entah kenapa suatu hati Sandra tiba-tiba berubah. Dia membenciku, aku tidak tahu apa alasannya.” Cleo kaget, karena tadi Nayla hanya mengatakan Sandra tidak menyukainya karena dia anak pembantu, tapi ternyata mereka dulunya bersahabat. Nayla menangis, Cleo mendekatinya dan menenangkannya.

“Bukankah kalian bersahabat? Apa dia tidak mengatakan sesuatu padamu?" Nayla menggeleng tidak tahu.

“Sudahlah, kamu tidak perlu memikirkan semua ini. Abaikan saja mereka.” Ujarnya.

“Sudah sore, aku pulang dulu ya.” Cleo berpamitan pada Nayla.

“Salam untuk ibu kamu.” Nayla mengantarnya keluar.

“Hati-hati, ya!” ucapnya.

“OK." Cleo segera mengendarai motornya menuju jalan pulang, untung saja rumah Nayla tidak begitu jauh dari kompleks tempat tinggalnya.

~tbc

BAB 2

“Dari mana saja, Non? Kenapa jam segini baru pulang?” Bi Ita datang menghampirinya.

“Dari rumah Nayla, Bi.” Jawabnya, lalu memberikan kunci motor pada bi Ita.

“Tuan besar sudah pulang.” Bi Ita memberi tahu kalau ayah sudah di rumah. 

“Tapi, aku gak lihat mobil ayah di garasi?” tanyanya.

“Tuan menyuruh pak Karyo untuk membeli sesuatu, Non.” jawabnya. Pak Karyo adalah suami bi Ita, mereka tinggal di pavilliun yang ada di belakang rumah Cleo.

"Pantas saja aku tidak melihat mobil ayah." ucapnya. “Lalu, dimana ayah?” 

“Di ruang kerja, Non.” jawab Bi Ita.

“Baiklah, aku mandi dulu.” Cleo segera berjalan ke kamar.

“TOK TOK TOK.”

“Masuk.” Perintah suara dari dalam.

“Yah, ayo kita makan!” Ajaknya begitu melihat Adam sedang duduk di meja kerjanya.

“Kamu duluan saja, ayah masih banyak pekerjaan.” Adam kembali fokus dengan dokumen yang ada di depannya.

“Tapi Yah ...!?” Adam mengangkat tangannya untuk menyuruhnya berhenti. Cleo langsung keluar karena tahu Adam  tidak ingin diganggu.

“Dimana tuan besar, Non?” tanya Bi Ita begitu melihatnya turun dari tangga.

“Aku makan sendiri saja, Bi.” Jawabnya, Cleo menyendokkan nasi ke piring, dia tahu saat ini Bi Ita menatapnya dengan penuh iba. Sudah biasa baginya makan sendiri, Adam selalu sibuk dengan pekerjaannya. Cleo tidak tahu kenapa ayahnya bersikap seperti itu padanya, dia sering kali merasa seperti anak yang tidak diinginkan. 

“Non, ini tadi ada paket untuk nona.” Bi Ita menyerahkan paket yang dia terima siang tadi. Cleo melihat paket itu dikirim dari luar negeri.

“Tante Manda!!” Cleo langsung tersenyum, saat tahu siapa yang mengirimkan paket itu. Cleo segera membuka bungkusan berwarna merah muda itu. 

“Wah, winnie ...!?” Dia sangat senang karena tante Manda mengirimkan baju Winne The Pooh keluaran terbaru dari disney. Dia memang menyukai segala sesuatu yang berbau Winnie The Pooh dan tante Manda sangat tahu itu. 

Tante Manda adalah adik satu-satunya Adam. Dia sudah lama tinggal dan bekerja di London. Dia sudah menikah dan mempunyai satu putra yang usianya dua tahun lebih tua dari Cleo.

“Aku harus menghubungi tante.” Cleo segera berlari ke kamar mengambil ponsel yang dia letakan diatas kasur. Tidak butuh waktu lama untuknya menghubungi tante Manda.

“Halo, Sayang!” terdengar suara tante Manda dari seberang telepon.

“Tante, makasih! Cleo senang banget.” Cleo yakin Tante Manda bisa mendengar kebahagiaan dari nada suaranya.

“Iya, tante juga senang kalau kamu sebahagia ini. Apa kabar, Sayang?” tanya Manda padanya.

“Aku baik. Tante gimana?” tanyanya balik.

“Alhamdulillah, tante baik. Ayah kamu gimana?” tanyanya. Dia diam sesaat dan itu sudah menjadi jawaban untuk Manda.

“Kamu ada masalah lagi dengan Ayah?” tebaknya.

“Nggak, Tan.” Ucapnya.

“Terus, kenapa sedih?” Tante Manda pasti bisa menebak kalau saat ini Cleo benar-benar sedih.

“Cleo hanya sedih, Ayah masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Gak ada waktu untukku. Tan, sebenarnya aku ini anaknya ayah bukan sih?” gerutunya.

“Hus, kamu ngomong apaan?” tante Manda menghentikannya.

“Abis Ayah selalu saja seperti itu. Selalu sibuk dengan pekerjaannya.” Cleo kembali mengerutu.

“Sayang, jangan overthinking, mungkin saja ayah kamu memang sedang sibuk.” Tante Manda mencoba menenangkan Cleo.

“Masa sibuk tiap hari. Sampai gak ada waktu untuk anaknya sendiri.” Dia masih melampiaskan kekesalannya pada tante Manda.

“Jangan ngomel-ngomel, nanti kamu cepat tuanya.” Candanya.

 “Ih, Tante apaan sih!” Cleo protes dikatain seperti itu.

“Sayang, nanti kita sambung ya. Tante ada kerjaan nih.” Ucapnya, Cleo hampir lupa kalau saat ini tante Manda pasti sedang sibuk.

“Ok.” Dia menutup sambungan jarak jauh itu.

“Bi, aku sudah selesai.” Ucapnya pada Bi Ita yang sejak tadi masih berdiri di sampingnya.

“Kenapa makannya sedikit sekali?” tanya wanita paruh baya itu.

“Udah kenyang, Bi. Aku kamar dulu ya!” setelah berkata begitu dia segera meninggalkan Bi Ita yang sedang membereskan piring di meja makan.

“Dimana Cleo?” tanya Adam yang baru keluar dari ruang kerjanya.

“Nona baru saja naik ke kamarnya, Tuan.” Ucap Bi Ita. Adam segera duduk di kursi makan. Dan, Bi Ita bergegas menuju ke kamar Adam.

“Ini obatnya, Tuan.” Bi Ita memberikan beberapa botol obat-obatan. Adam menerimanya dan membuka salah satu botol obat tersebut, kemudian meminumnya.

“Tuan, saya sangat kasihan melihat nona seperti itu. Dia membutuhkan anda.” Ucap Bi Ita.

“Apa yang terjadi hari ini dengannya?” tanya Adam. Bi Ita menceritakan tentang pertemuan Cleo dengan Nayla dan juga tentang kiriman dari Manda.

“Baguslah, Manda masih terus memperhatikannya.” Ucap Adam.

“Tapi tuan, yang Nona butuhkan itu adalah anda. Dia sangat kesepian. Dia membutuhkan perhatian dari anda.” Bi Ita mulai mengingatkan Adam.

“Biarkan saja! Dia harus terbiasa hidup sendiri.” Adam melanjutkan makannya. Bi Ita menatapnya dengan penuh rasa iba. Dia tahu kenapa Adam bersikap sangat keras dan juga dingin pada putrinya. 

Padahal jauh dilubuk hatinya Adam begitu menyayangi Cleo.

“Apakah kamu sudah menyiapkan keperluanku?” tanyanya.

“Sudah, Tuan. Saya sudah meminta mas Karyo untuk memasukkannya ke mobil.” Setelah mendengar jawaban Bi Ita, Adam segera menuju kamarnya.

🌸🌸🌸

“Ayo, Non, sarapannya dihabisin.” Bi Ita mengingatkannya untuk melanjutkan makan.

“Ayah mana, Bi?” tanyanya, karena sejak tadi belum melihat Adam.

“Tuan belum turun, Non.” Jawab Bi Ita sambil menuangkan susu untuknya. Cleo melihat sekilas ke tangga tapi belum juga melihat Adam.

“Aku sudah kenyang, Bi.” ucapnya.

“Kenapa rotinya cuma habis setengah, Non?” Bi Ita komplen karena tidak menghabiskan sarapannya.

“Aku kenyang, Bi.” Jawabnya.

“Ya sudah, kalau begitu habisin susunya. Biar ada tenaga, nanti nona bisa sakit kalau sarapannya sedikit begitu.” Bi Ita sudah seperti Ibu untuknya, hanya Bi Ita yang selalu perhatian padanya. Cleo segera meneguk habis susu coklat itu. Kemudian berpamitan pada Bi Ita.

“Ayah, mau kemana?” tanya Cleo saat melihat Adam menuruni anak tangga sambil membawa tas kerjanya.

“Ayah ada kerjaan di luar kota.” Jawabnya.

“Lagi?” tanyanya.

“Kamu baik-baik di rumah, Jangan keluyuran.” Adam berpesan sebelum berangkat. 

“Yah, aku berangkat bareng ayah ya.” Pintanya.

“Ayah buru-buru, kamu naik taksi saja.” Adam menolak dan segera berjalan menuju mobilnya. Cleo menatap kepergiannya dengan rasa marah.

“Sudahlah, Non, Tuan pasti sedang sibuk.” Bi Ita mencoba menenangakannya.

“Aku berangkat, Bi.” Cleo segera menuju garasi untuk mengambil motor. 

"Non, mau kemana?" tanya bi Ita karena melihatnya berjalan menuju garasi.

"Ambil motor!" teriaknya.

"Tapi Non, tuan melarang nona untuk naik motor. Bukankah, tadi nona disuruh naik taksi? Nanti kalau tuan tahu, tuan bisa marah." ucap Bi Ita yang sudah berdiri di sampingnya.

"Ayah mana peduli beginian." ucapnya. Cleo menghidupkan mesin motor kesayangannya itu, dan tidak menunggu lama dia segera membawanya keluar dari garasi, meninggalkan Bi Ita yang masih berdiri disana.

Sebenarnya Adam tidak setuju jika dia kemana-mana menggunakan motor, tapi Cleo selalu bersikeras. Cleo tidak suka menggunakan mobil karena ribet dan sering terjebak macet di jalanan ibu kota.

“Ayah selalu seperti itu. Sebenarnya aku ini anaknya bukan sih?” Cleo masih saja mengomel sepanjang perjalanan. Sehingga tidak fokus pada motor yang dia kendarai.

“TINNNNN!!”

“Ciittt!!!” secepat kilat dia menekan rem motor. Akibat dari lamunannya, dia harus terjatuh dari motor yang dia tunggangi. Cleo berusaha berdiri, lututnya terasa nyeri, begitupun dengan telapak tangannya. Untuk pertama kalinya aspal jalanan sudah memberikan bekas di kulit putihnya.

“Kamu gak apa-apa?” tiba-tiba seorang pria bule membantu mengangkat motornya yang tergeletak di jalan.

“Aku baik-baik saja.” jawabnya sambil memeriksa luka di kaki dan siku tangannya.

“Biar aku lihat lukamu.” ucapnya.

“Tidak perlu!” Cleo menolak bantuan pria itu, Dengan tertatih dia berusaha naik ke motor. Pria itu masih berdiri di sampingnya.

“Berhati-hatilah! Jangan melamun saat mengendarai motor, itu bukan hanya membahayakan nyawamu, tapi juga orang lain.” Pesannya.

“Aku tahu!” Cleo menghidupkan kembali motornya dan meninggalkan pria yang menolongnya tadi. 

“Aku seperti pernah melihatnya.” Cleo melihatnya melalui spion, pria bule itu masih berdiri ditempat yang sama dan sedang menatap ke arahnya.

“Dasar remaja zaman sekarang, udah dibantu bukannya bilang makasih malah pergi begitu saja.” pria itu berbicara cukup kencang. Pria itu tak lain adalah Andreas Casanno. Setelah itu, Andreas segera menuju mobilnya dan membawa mobil sedan hitam itu meninggalkan lokasi kejadian.

Cleo sempat mendengar ucapannya, tapi dia tidak peduli. "Peduli apa aku? Bagaimanapun dia itu orang asing bisa saja dia mencuri kesempatan untuk berbuat jahat padaku." Cleo melihat lagi ke belakang, tapi sudah tak tampak batang hidung pria tadi.

“Mampus, aku telat!” Cleo memacu motornya agar tidak terlambat.

~tbc

BAB 3

“Tunggu, Pak!” teriaknya saat satpam hamoir menutup pintu pagar. 

“Kenapa kamu telat?” tanya satpam itu padanya.

“Bapak gak lihat, saya baru saja kecelakaan.”Cleo menunjukkan luka di lutut dan tangannya.

“Baiklah, kamu boleh masuk.” Satpam itu membuka pintu pagar. Dia masuk dan langsung menuju parkiran. Dia berjalan dengan tertatih menahan rasa perih yang ada di lututnya.

“Sebaiknya aku ke UKS dulu.” Cleo berbelok menuju UKS yang letaknya berada di ujung koridor.

“Sini, Lo!” Sandra menarik rambut Nayla. Nayla yang kesakitan hanya bisa menangis saat dirinya ditarik ke depan kelas.

“Kita apakan dia?” tanya Leony teman Sandra. Sandra berjalan menuju mejanya dan mengambil beberapa cat tembak yang memang sudah dia persiapkan.

“Buka ikat rambutnya.” Dia menyuruh kedua rekannya untuk membuka ikat rambut Nayla.

“Jangan!” Nayla memohon pada Leony dan Stela.

“Diam, Lo!” bentak mereka. Tidak ada yang berani menghentikan tindakan mereka, karena semua siswa tidak ingin berurusan dengan Sandra. Sandra adalah putri dari ketua yayasan di SMA favorit ini. Dan juga kebanyakan siswa di sini tidak mau ikut campur dengan urusan siswa lain. 

“Sandra, Jangan! Aku mohon!” Nayla menangis meminta ampun padanya.

“Ini, hukuman karena lo berani melawan gue.” Cat yang dia pegang sudah mengarah ke rambut Nayla, tapi  tindakannya terpaksa berhenti saat salah seorang siswa memberi tahu kalau guru mereka datang.

“Gue belum selesai!” Sandra mendorong Nayla hingga tubuhnya membentur papan tulis. Mereka segera bubar saat pak Hendra memasuki kelas. Nayla berjalan kembali ke bangkunya dengan wajah tertunduk. Dia merapikan kembali rambutnya yang berantakan. Kali ini dia selamat, ntah akan seperti apa nasibnya setelah ini.

“Ok, buka buku kalian halaman 89.” Ucap Pak Hendra, guru Matematika.

“Maaf, Pak, saya telat!” Cleo baru datang setelah kelas dimulai.

“Kamu dari mana saja?” Pak Hendra termasuk guru yang sangat disiplin, dia tidak akan mentolerir kesalahan sekecil apapun.

“Saya baru dari UKS, Pak. Saat berangkat tadi saya mengalami kecelakaan.” Cleo memperlihatkan tangan dan lututnya yang tertutup perban.

“Ya sudah, kamu boleh masuk!” Cleo berjalan ke bangkunya yang berada di bagian belakang. Sekilas dia melihat ke arah Nayla yang sedang menunduk.

“Baik, kita lanjutkan kembali.” Pak Hendra memulai kembali kelas yang sempat terhenti. Pak Hendra terus menerangkan mengenai rumus-rumus pytagoras di depan kelas. Hingga jam pelajaran berakhir, tidak ada satu anakpun yang berani bersuara.

“Jangan lupa kalian kerjakan tugas yang bapak berikan, karena minggu depan kita ulangan.” Setelah berkata begitu pak Hendra segera keluar.

“Ih, kenapa bisa begini sih?” Cleo mengerutu saat merasakan nyeri di tangannya yang tergores. Tidak lama setelah Pak Hendra keluar, Bu Clara masuk dan mereka mulai belajar kimia.

Ya, Cleo adalah anak IPA. Dia sangat menyukai bidang ini, dan juga Cleo adalah salah satu siswa berprestasi. Dia berada di urutan teratas. Cleo mendengarkan dengan cermat penjelasan dari Bu Clara, hingga tak terasa jam istirahatpun tiba, sehingga mereka harus menghentikan pelajaran yang membosankan untuk sebagian siswa, tapi menyenangkan untuknya.

“Kantin, Yuk!” ajak Mutia padanya.

“Ayo!” Cleo mencari dompetnya.

“Bawa dia kesini.” Teriak Sandra dari depan kelas. Kedua sahabatnya segera menarik Nayla ke depan.

“Lepasin, Aku!” Nayla berusaha melawan mereka.

“Diam, Lo!” bentak Leony.

“Sandra, tolong maafin aku!” Nayla kembali memohon. Sandra dan teman-temannya tertawa. Mereka mulai mengacak-acak rambutnya.

“Ayo, San!” Leony sangat bersemangat melihat Sandra yang sedang menguncang cat itu. 

“Kenapa lagi mereka?” tanya Cleo pada Mutia.

“Gak tahu, sejak pagi tadi mereka sudah berulah. sepertinya si Sandra mau melukis dirambutnya.” Jawab Mutia. Sebagian siswa sudah pergi ke kantin, hanya beberapa yang masih tinggal di kelas, termasuk Cleo. Mereka hanya bisa menonton apa yang dilakukan Sandra dan teman-temannya tanpa mau melerai.

“Aku mohon, Jangan!” tangis Nayla semakin kencang saat melihat kaleng cat itu sudah berada di atas kepalanya.

“Dengan begini lo bakal jadi princess tercantik.” Sandra tertawa nyaring diikutin yang lain. Saat akan menekan cat itu tiba-tiba tangannya di cengkram sangat kuat oleh Cleo.

“Hentikan!” Cleo memgambil paksa cat yang ada ditangannya dan membuangnya.

“Apa-apaan, Lo?” teriak Sandra tidak terima karena Cleo ikut campur.

“Jangan buat masalah dengannya.” Cleo kemudian menarik tangan Nayla.

“Hey! Lepasin dia!” teriak Sandra, Leony dan Stella menghalangi mereka.

“Minggir!” Cleo menatap tajam pada mereka. Sementara siswa lain bertanya-tanya apa yang sedang dilakukannya. 

"Kenapa dia ikut campur urusan mereka." ucap beberapa siswa.

“Gak, lo yang minggir!” teriak Stella.

“Lo gak usah ikut campur deh. Mending lo belajar aja sana, biar makin pinter.” ledek Leony.

“Kenapa lo suka banget ikut campur?” tanya Sandra. “Kemarin juga lo nolongin dia lepas dari kita. Apa lo mau jadi pahlawan kesiangan?” tanya Sandra yang berdiri di depannya.

“Gue udah bosan dengan tingkah kalian.” Jawab Cleo.

“Cleo, sudah, nanti kamu kena masalah.” bisik Mutia, tapi Cleo tidak peduli. Dia menatap Nayla yang masih menangis.

"Minggir gak? Lo tau'kan siapa gue?" Sandra berkacak pinggang.

"Gue sangat tahu siapa lo! Tapi, jangan lo pikir gue bakalan takut. Lo bisa berbuat semau lo, karena ini sekolah milik orangtua lo. Tapi, kalau lo macam-macam gue bisa laporin ini ke dinas pendidikan. Bukan hanya lo, sekolah ini juga akan dalam masalah." ancam Cleo.

"Dra, sudah! Jangan cari masalah dengannya. Lo tau sendiri dia siswa terbaik disini. Nanti lo sendiri yang kena masalah." bisik Leony padanya.

"Minggir, Lo!" Sandra mendorong tubuh Nayla saat akan melewati mereka.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Cleo.

"Aku baik-baik saja." jawabnya.

"Kita kantin yuk!" Cleo mengajak Nayla untuk bergabung bersama mereka, tapi Nayla menolak.

"Aku disini saja! Aku gak mau kamu terlibat masalah dengan mereka lagi." jawabnya.

"Kalau kamu tetap disini yang ada mereka akan terus mem-bullymu. Ikutlah denganku." Cleo mengulurkan tangannya, Nayla tampak berpikir. "Sudah, Ayo! Jangan kelamaan mikir." Cleo menarik tangannya. Nayla hanya bisa terharu melihat kebaikan Cleo padanya. Mereka berjalan menuju kantin.

Kantin sangat ramai, terlihat siswa-siswa lainnya sedang sibuk dengan kegiatan maaing-masing. Ada yang asyik bergosip, tertawa ataupun melakukan hal-hal yang terlihat konyol.

"Kalian mau pesan apa?" tanya Cleo pada Nayla dan Mutia. 

"Aku mie rebus pakai telur." seru Mutia.

"Kamu, Nay?" tanyanya pada Nayla yang sejak tadi lebih banyak menunduk.

"Aku juga mie rebus." jawabnya. Cleo memesan apa yang mereka inginkan, setelah itu mereka berjalan menuju meja yang masih kosong. 

"Itu kenapa?" tanya Nayla saat melihat perban di siku tangan Cleo.

"Oh, aku tadi mengalami sedikit insiden saat berangkat." Cleo cengegesan.

"Lo, udah ke UKS?" sela Mutia.

"Udah." jawabnya.

🍀🍀🍀

"Sttt, Cleo tu!" bisik salah satu siswa pada Kiano, ketua osis di sekolah itu. Siswa yang bernama Kiano itu segera menoleh ke meja yang tidak jauh dari tempatnya. Dan, benar saja Celo sedang berada disana menikmati mie rebus yang ada dihadapannya.

"Mau sampai kapan lo bengong terus? Sana samperin." ucap temannya.

"Tapi, dia lagi bareng teman-temannya." Kiano menolak.

"Ah, ketos apaan lo? Begitu aja malu." ledek yang lain. Mendengar ledekan teman-temannya, Kiano langsung berdiri dan memghampiri meja Cleo.

"Hi, Nay!" Kiano bukan menyapa Cleo tapi malah Nayla. Mendengar itu teman-temannya serempak tertawa. Kiano menatap tajam ke arah mereka. Nayla grogi saat Kiano duduk di sebelahnya.

"A-ada apa?" tanya Nayla. Kiano melirik ke arah Cleo yang duduk di depannya. Cleo terlihat tidak peduli, dia asyik menyantap mie yang ada dimangkuknya.

"Kamu mau gak gabung jadi anggota osis? Menurutku kau pantas untuk menjadi salah satu dari kami." ucapnya.

"Tapi, aku ..." Nayla tampak kebingungan. "Aku akan memikirkannya." ucapnya.

"Ok, aku tunggu jawabanmu." Kiano beralih pada Cleo. "Kamu, Cleo?"

"Aku tidak tertarik." tolaknya.

"Tapi, kami membutuhkan siswa sepertimu. Apalagi kamu adalah siswa berprestasi di sekolah kita, jadi aku yakin dengan keberadaanmu di osis akan membawa kemajuan untuk kita semua." Kiano berusaha membujuknya.

"Maaf, tapi aku tidak tertarik." Cleo dengan tegas menolaknya. "Kalian sudah selesai?" tanyanya pada Nayla dan Mutia. Mereka berdua mengangguk. "Kalau begitu, Ayo!" Cleo berdiri diikuti dengan kedua rekannya. Kiano hanya bisa terdiam menatap kepergian Cleo.

"Lo, ditolak?" rekan-rekannya menghampiri Kiano. Mereka tertawa keras melihat sang ketos tidak berkutik di hadapan Cleopatra.

"Diam kalian!" bentaknya, bukannya takut mereka malah tertawa semakin keras.

Kiano Devandra sudah lama menyukai Cleo. Tapi, karena sikap Cleo yang begitu cuek membuatnya sangat susah untuk ditaklukkan. Sementara Kiano, selain tampan, dia juga anak orang kaya ditambah lagi dia adalah ketua osis di SMA mereka. Membuat dirinya menjadi incaran para siswi, tapi tidak dengan Cleo.

"Kenapa kamu gak mau jadi anggota osis?" tanya Mutia pada Cleo.

"Aku malas ikut begituan." jawabnya.

"Tapikan bagus, Cle, semua siswa pengen banget bisa gabung disana." lanjutnya. "Kamu, Nay?" tanya Mutia.

"A-aku ..." Nayla bingung saat pertanyaan itu dilontarkan padanya.

"Kenapa?" tanya Cleo.

"Aku dari dulu memang ingin gabung dengan disana. Tapi, aku merasa gak pantas." Nayla mulai lagi.

"Kalau kamu tertarik, gabung aja. Lagian siapapun boleh gabung kok. Jadi, kamu gak perlu merasa seperti itu." jawab Cleo.

"Benar itu, Nay! Kali aja kalau kamu gabung di osis, Sandra dan teman-temannya gak akan berani buat ganggu kamu lagi." Nayla tampak memikirkan saran dari Mutia. "Itu mereka, baru diomongin udah nonggol." ucap Mutia saat Sandra dan kedua rekannya masuk kelas.

"Aku balik ke bangkuku dulu ya." Nayla berpamitan pada mereka saat Sandra menatap tajam padanya. Begitupun, dengan Mutia.

Sandra berjalan menuju kursinya yang berada di bagian belakang, tak jauh dari kursi Nayla. Matanya terus saja menatap ke arah Nayla, sementara kedua temannya asyik tertawa cekikikan.

"Hey, anak babu! Jangan lupa, pulang sekolah lo harus ke rumah gue." bisiknya saat melewati Nayla. Setelah itu dia duduk di kursinya sambil menatap ke arah Cleo. Cleo yang sejak tadi memperhatikannya begitu terganggu saat melihat Nayla mengangguk lemah didepannya. Cleo ingin berdiri, tapi guru mereka keburu masuk, Sandra tersenyum sinis padanya.

~tbc

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!